Momen mengASIhi bisa dipenuhi oleh berbagai tantangan yang membuat pengalaman ini terasa berat. Namun ketika ditanya soal lika-liku mengASIhi, Asmirandah menjawabnya dengan tenang dan tanpa beban. “Sebenarnya enggak ada,” tuturnya sembari tertawa kecil.
Menurut istri dari Jonas Rivanno ini, momen mengASIhi tak perlu menjadi sumber kekhawatiran jika dibekali dengan informasi dan dukungan yang cukup. Dengan begini, ibu dapat merasa lebih tenang serta bahagia saat mengASIhi Si Kecil.
Penasaran bagaimana aktris yang sering dipanggil Andah ini menjalani momen mengASIhinya? Yuk, simak wawancara eksklusif M&B bersama Asmirandah berikut ini, Moms!
Puji Tuhan, baik. Tapi kami pernah terkena COVID-19 di bulan Maret. Ternyata, enggak enak, ya. Waktu itu satu rumah, satu keluarga, semuanya terinfeksi COVID-19. Kan, katanya kalau terinfeksi varian omicron kemungkinan akan sembuh setelah 5-6 hari. Tapi waktu itu aku sampai 12 hari!
Saat itu aku sedang hamil, jadi aku enggak bisa minum obat apa pun. Rasanya benar-benar enggak enak. Waktu itu gejala yang aku alami termasuk cukup parah, sampai meriang dan menggigil. Hanya saja, karena memang lagi hamil, jadi aku juga mengalami muntah-muntah yang luar biasa.
Ya, Chloe sempat ASI eksklusif. Sampai sekarang pun, kini Chloe berusia 1 tahun 7 bulan, masih konsumsi ASI. Kalau buat aku, selama ini ya jalani saja. Meskipun begitu, kini Chloe sudah enggak konsumsi ASI setiap hari. Jadi aku tetap memberikan Chloe berbagai jenis susu ASI, sejak ia berusia 1 tahun 2 bulan. Sudah begitu pun, Chloe tetap lebih pilih ASI daripada susu lain.
Kalau menurutku penting, ya. Karena apa pun yang terjadi pada Chloe, aku selalu konsultasi ke dokter anak. Seperti saat Chloe sakit batuk dan flu yang pertama kalinya, aku langsung tanya ke dokter tentang penyebabnya. Saat itu aku benar-benar perhatikan. Ternyata virus atau bakteri bisa didapat dari mainan. Jadi aku lebih baik membuang mainan kecil daripada malah membahayakan anak.
Istilahnya, kita jangan sotoy, gitu. Karena kalau bertanya ke dokter, maka ada pertanggung jawabannya. Tapi kalau bertanya ke orang yang sudah punya anak, lalu ternyata cara mereka enggak cocok dengan anak kita, maka kita enggak bisa mempertanggung jawabkannya.
Kebetulan dokter spesialis anakku bisa dibilang muda dan tenang banget pembawaannya. Jadi ketika ada momen di mana aku khawatir soal urusan mengASIhi, dia meresponnya dengan tenang. Saat itu aku bingung, apakah tidak apa-apa jika aku masih menyusui Chloe? Dokter kemudian menjawabnya dengan tenang, katanya, “Lho, malah bagus kok, Mom”.
Jujur, aku senang banget dengan pengalaman mengASIhiku. Aku, kan, direct breastfeeding dengan Chloe. Jadi, kalau ke mana-mana enak, enggak perlu bawa botol susu. Semuanya jadi lebih praktis. Jadi kalau Chloe ingin menyusu, ya tinggal menyusu saja. Paling nanti tinggal pakai apron menyusui, atau menyusui di mobil.
Pernah, sih. Tapi aku enggak mengonsumsinya setiap hari. Saat itu, Chloe sedang tumbuh pesat-pesatnya dan nempel terus karena enggak mau berhenti menyusu. Nah, ketika itu aku mulai bertanya-tanya, apakah ASIku cukup?
Kemudian aku mulai konsumsi ASI booster, bukan karena takut, tapi agar kandungan ASI bisa lebih bergizi. Soalnya, dengan aktivitas yang banyak, aku jadi sering lupa makan. Takutnya gizi ASI-ku kurang. Jadi menurutku, ASI booster membantu banget untuk mendukung proses mengASIhiku saat itu.
Soal penting atau tidak, sebenarnya tergantung. Soalnya tubuh manusia, kan, beda-beda. Jadi tergantung tubuh ibu masing-masing. Mungkin bisa menjadi penting untuk satu ibu, tapi bisa juga biasa saja untuk ibu yang lain.
Saat hamil, bukan hanya istrinya saja yang hamil, tapi suami juga hamil. Karena kehamilan itu milik berdua.. Jadi setelah lahir pun, merupakan anak milik berdua.. Oleh karena itu harus saling support.
Ini berdasarkan pengalaman aku, ya. Di saat Chloe ingin selalu menyusu, aku bertanya-tanya, akan kah pasokan ASI-ku cukup untuk Chloe? Saat itu aku juga pumping ASI, tapi hanya keluar sedikit. Aku jadi semakin bertanya-tanya, apakah memang ASI-ku kurang untuk Chloe?
Kadang hal-hal seperti itu yang membuat ibu jadi stres dan malah membuat ASI enggak keluar. Karena yang paling utama dari proses mengASIhi adalah tenang dan bahagia. Kalau kita tenang dan bahagia, ASI bisa mengalir begitu saja.
Selain itu, cara memompa ASI juga harus dipelajari dengan benar. Soalnya, ternyata waktu itu cara pumping aku salah. Saat itu aku sampai video call dengan dokter anakku. Jadi sebenarnya banyak banget yang harus dipelajari, apalagi oleh ibu baru.
Kalau tantangan sebenarnya bisa dibilang enggak ada. Hanya saja, ketika gigi-giginya sudah mulai tumbuh, Chloe mulai suka menggigit. Apalagi ketika ia sedang merasa gemas, ya Tuhan sakit sekali. Haha. Waktu itu aku sampai minta tolong ke Chloe, agar ia segera melepas gigitannya.
Bisa dibilang aku bersyukur banget karena aku mendapatkan dokter kandungan dan dokter anak yang tenang. Jadi, aku jadi ikut belajar banyak hal dari dokter kandungan saat aku hamil. “Pokoknya Andah jalani semuanya dengan tenang, happy, enggak usah berpikir buruk apa pun, enggak usah baca di media sosial soal mitos-mitos,” katanya. Oleh karena itu, aku jadi enggak begitu terdampak dengan mitos-mitos yang ada.
Suamiku support banget, sih. Maksudnya, ia sebisa mungkin menyediakan semua yang aku butuhkan. Contohnya, saat aku butuh makan sesuatu, ia langsung berusaha mencarikan makanan itu untukku. Pokoknya, ia selalu berusaha agar aku bisa terus happy.
Saat konsultasi ke dokter anak pun ia selalu ikut, meski ia sedang sibuk sekalipun. Jadi Vanno juga mendengarkan penjelasan dokter dan mengikuti perkembangan anaknya. Kami konsultasi selalu pagi, agar ia sebisa mungkin ikut. Nah, setelah itu kami baru berpisah untuk melakukan kegiatan masing-masing, Vanno pergi syuting dan aku kembali ke rumah.
3 hal saja? Hmm, ada banyak banget, aku bingung. Haha.
Pertama, melahirkan adalah hal yang enggak bisa dilupakan. Itu adalah momen di mana seribu perasaan bercampur aduk menjadi satu. Sudah pasti happy, sampai segala sesuatu yang sakit enggak ada artinya. Just like happy tears.
Kemudian, MPASI. MPASI adalah hal yang luar biasa, sih. Tantangan tentang mencari cara agar anak bisa suka makan apa saja karena sudah mau mengenal makanan, adalah momen yang super mengagumkan. Sebelum menjadi orang tua, aku takut bakal ada GTM atau masalah lainnya. Hal-hal seperti itu kemudian selalu aku bawa dalam doa, agar anak enggak GTM dan suka makanan apa saja. Soalnya, menurutku MPASI adalah salah satu tahapan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan Chloe.
Yang ketiga adalah melihat tumbuh kembang Chloe. Apalagi melihat saat Chloe pertama kali melangkahkan kaki dan berjalan. Menurutku, itu adalah suatu momen yang enggak bisa aku lupakan. Kalau celotehan, kan, sejak bayi Chloe sudah mengeluarkan celotehan hingga akhirnya sekarang bisa bicara. Tapi kalau melangkah, adalah momen yang bisa bikin aku berpikir, “Ih, kok aku enggak lihat dia jalan, sih?!”
Aku merasa menjadi ibu yang paling beruntung, karena saat itu aku benar-benar ada di samping Chloe saat ia pertama kali berhasil melangkah.
Santai kali, ya? Haha. Kami santai, tapi yang penting tetap ada ketegasan. Enggak boleh, ya, enggak boleh. Tapi bukan berarti tanpa alasannya. Kami enggak akan melarang sesuatu tanpa alasan.
Aku benar-benar membebaskan Chloe untuk eksplor apa pun yang ia inginkan. Jadi misalnya mau corat-coret di mana pun boleh, pakaiannya kotor enggak apa-apa, nanti tinggal ganti.
Tipsnya yang pasti tenang dan bahagia. Bahagia itu banyak artinya, ya. Tapi yang paling penting adalah enggak stres. Kalau tenang, artinya kita menjalaninya dengan cara yang tenang-tenang saja. Jadi, enggak perlu memikirkan tentang segala sesuatu hingga ke hal-hal yang enggak penting.
Misalnya anak sedang menangis, kita harus rileks agar bisa mencari cara untuk menenangkan anak kita. Soalnya, anak bisa merasakan emosi orang tua, lho. Kalau kita ikutan panik, anak juga akan panik dan malah tidak berhenti menangis.
Melahirkan adalah momen di mana seribu perasaan bercampur aduk menjadi satu. Sudah pasti happy, sampai segala sesuatu yang sakit enggak ada artinya. Just like happy tears.
Terakhir, saling support sebagai pasangan suami dan istri. Jadi saat hamil, bukan hanya istrinya saja yang hamil, tapi suami juga hamil. Karena kehamilan itu milik berdua, menurutku. Jadi setelah lahir pun, merupakan anak milik berdua. Oleh karena itu, masing-masing pasangan harus saling support satu sama lain.
Misalnya, suaminya kerja dan ibunya menjadi ibu rumah tangga. Di situasi ini enggak berarti ayahnya enggak membantu menjaga atau merawat anak setelah pulang bekerja. Kan, ayahnya bisa membantu dengan cara yang berbeda juga. Aku dan Vanno selalu menyediakan waktu untuk merawat Chloe. Di saat Chloe sudah bersama aku seharian, maka Chloe akan menghabiskan waktu bersama papanya setelah Vanno pulang. Nah, dengan begitu aku bisa istirahat dan me time.