Sebagai aktris dan entrepreneur, Atiqah Hasiholan (41) tetap memprioritaskan perannya sebagai seorang ibu dan istri. Sejak menikah dengan Rio Dewanto (35) dan hadirnya Salma Jihane Putri Dewanto (5), Atiqah tidak lagi mengutamakan karier. Baginya, kedekatan keluarga adalah hal utama yang harus diprioritaskan.
Sebagai sosok Kartini masa kini, Atiqah Hasiholan mengaku banyak mencuri ilmu (baik ilmu kehidupan maupun parenting) dari para wanita hebat, termasuk dari ibunya sendiri, Ratna Sarumpaet. Adakah pola asuh ibunya yang diteruskan Atiqah dalam membesarkan Salma? Simak jawaban dan curhatan Atiqah dalam wawancara eksklusif M&B berikut ini.
Kesibukan utama sudah pasti mengurus prioritasku: Anak dan suami. Selain itu, aku sedang menjalankan bisnis sebuah cafe di Jakarta Timur, namanya TuanTanah. Terus berkarier di dunia entertainment juga masih dijalankan. Itu saja kesibukannya, pokoknya semua pekerjaan disesuaikan dengan prioritasku, yaitu keluarga.
Banyak banget perempuan hebat di sekeliling aku. Aku sering ‘curi’ ilmu mereka, karena mereka memang sangat inspiring. Siapa saja wanita hebat menurut Atiqah? Ada banyak, mulai dari tokoh yang sudah dikenal luas, sampai ke ibuku sendiri, Ratna Sarumpaet.
Ketika kita dari kecil sudah melihat sikap itu, kita jadi melihatnya sebagai sesuatu yang memang sudah seharusnya. Secara tidak langsung, it becomes who I am now. Perlu diakui memang banyak banget pengaruh dari ibu yang membentuk karakter saya saat ini. Sikap dan gaya asuh ibu yang menjunjung kedisiplinan memang aku ambil dan lanjutkan untuk membesarkan Salma. Aku ingin seperti ibuku dalam membimbing anak, beliau disiplin namun tetap terbuka dengan anak sehingga aku selalu merasa dekat dan nyaman.
Prioritas utama aku adalah keterbukaan dalam hubungan antara aku dan Salma, sejak sekarang sampai nanti Salma dewasa kelak. Itu my main goal. Apapun perjalanan kehidupan yang akan Salma jalankan nanti, selama dia merasa nyaman untuk terbuka dengan aku, itu akan mempermudahku untuk terus mendampingi Salma.
Selain ingin selalu saling terbuka, aku juga menerapkan pola asuh kedisiplinan dengan cara yang tetap nyaman, agar main goal untuk saling terbuka itu tetap terjaga. Seperti apa sih, bentuk disiplin yang aku terapkan? Misalnya begini, kalau Salma bersikap kurang menyenangkan di sebuah pesta, aku sebagai orang tuanya punya dua pilihan: Langsung marahin di depan orang banyak, atau beri pengertian baik-baik di rumah. Aku pilih menerapkan kedisiplinan di rumah, saat aku dan anak sudah sama-sama tenang.
Aku akan menyortir pilihan-pilihan yang bisa mempermalukan anak atau yang bisa membuatnya merasa jauh dari aku. Seperti itu pola asuh aku, tetap disiplin tetapi harus mengutamakan kedekatan dan keterbukaan ibu-anak.
Caraku membagi waktu tentu dengan menentukan dulu skala prioritas. Saat ini, sudah pasti prioritas aku adalah keluarga, yaitu Rio dan Salma. Kemudian yang lainnya mengikuti prioritas tersebut, dalam hal ini Salma yang perlu lebih banyak perhatian, kan.
Mungkin ada kalanya aku jadi tidak bisa mengambil pekerjaan karena prioritasku (suami dan anak) harus diutamakan. Alhamdulillah ada saja jalannya untuk membagi waktu sesuai prioritas ini. Tapi secara keseluruhan, at the end, apa yang mau aku capai tetap bisa tercapai walau harus juggling bagi waktunya.
Alhamdulillah Salma enggak pernah ngambek sampai tantrum seperti itu. Salma anak yang sangat kooperatif. Salma itu yang penting dikasih waktu terlebih dahulu untuk diajak bicara, dikasih penjelasan yang logis, kita briefing dulu untuk memberi gambaran situasinya akan seperti apa. Kalau sudah jelas dan Salma mengerti, dia pasti kooperatif banget.
Seperti saat akan photoshoot hari ini dengan Mother & Beyond, dari jauh-jauh hari aku sudah jelaskan nanti akan pakai baju apa, ngapain aja, ketemu siapa saja, dll. Aku bilang, “Nanti akan ada tim makeup, tim kamera, tim stylist, dan banyak tim lainnya. Kita percayakan tugas mereka masing-masing, jadi kita ikutin arahan mereka. Kalau enggak mengikuti mereka, nanti pekerjaannya jadi berantakan, tidak sesuai, tidak selesai-selesai, dan kita enggak bisa cepat pulang, deh.” Setelah diberi penjelasan seperti itu, Salma langsung mengerti dan mudah diajak kerja sama.
Kalau di Youtube itu aku melihatnya bukan seperti dunia entertainment, ya. Kami membuat video Youtube itu memang karena Salma mau, dia yang meminta punya channel sendiri di Youtube. Salma ini anaknya memang aktif, suka ngomong, karakternya menyenangkan, dan suka explore pengalaman baru. Jadi aku dan Rio sebagai orang tua cuma bisa memfasilitasi keinginan Salma, terlebih karena Salma memang terlihat mau, antusias, dan enjoy membuat video Youtube.
Memfasilitasi Salma membuat channel Youtube, bukan ingin menarik dia ke dunia entertainment, bukan berarti Salma harus jadi aktris. Kami membebaskan saja Salma mau jadi apa kelak, aku dan Rio cuma bisa mendukung minat dan bakat anak. Aku dan Rio cuma bisa merespons keinginan Salma, kalau nantinya memang mau jadi aktris ya silakan saja, kami dukung segala cita-cita Salma.
Dekat seperti umumnya kedekatan bapak-anak gitu, kalau sehari-hari memang Salma lebih sering sama aku karena Rio setiap hari bekerja, kan. Bagi Salma, Rio itu memang bapak yang seru, walau pun tetap saja apa-apa balik lagi ke ketiak ibunya, haha. Salma itu kalau misalnya aku sedang harus ke luar kota atau luar negeri selama beberapa hari, baru deh dia bisa menangis kalau sampai ditinggal kerja juga sama Papanya.
Ini bukan soal lebih sayang ibu atau bapak, ya. Hubungan Salma dengan Rio dan aku sama-sama dekat. Kalau sama aku dekat karena memang dari lahir Salma nempel terus sama aku. Rio walau lebih sering pergi untuk bekerja, tetapi kalau sampai rumah selalu memberikan waktu dan perhatian terbaik untuk Salma. Jadi keluarga kecil kami ini memang menjaga kedekatan banget.
Memfasilitasi Salma membuat channel Youtube, bukan berarti Salma harus jadi aktris. Kami membebaskan Salma memilih profesi apa kelak, aku dan Rio cuma bisa mendukung minat dan bakatnya.
Rio itu memang pada dasarnya sosok yang penyayang dengan semua orang, jadi kebayang deh ya, ke anaknya itu sayangnya seperti apa. Dia selalu memberikan waktu dan perhatian yang maksimal untuk keluarga. Menurut saya, Salma beruntung memiliki ayah perhatian dan penyayang seperti Rio.
Untuk quality time, ngapain saja asal bertiga tuh, juga sudah quality time menurutku. Bonus saja kalau ada kesempatan untuk liburan jalan-jalan ke suatu destinasi wisata, tapi kan ini agak sulit karena harus menyesuaikan dengan aktivitas dan kesibukan masing-masing. Jadi menurutku, quality time kami di rumah saja sudah bisa maksimal banget.
Salma ini anaknya sangat pengertian, enggak pernah menuntut harus diajak jalan-jalan ke mana gitu. Saking pengertiannya, aku dan Rio merasa harus hati-hati karena takutnya kita tidak tahu apa yang Salma benarbenar rasakan. Ada beberapa kali di mana kita mau pergi tapi tiba-tiba batal, dan itu Salma bilang, “It’s okay. I’m fine, don’t worry,” dengan manis dan pengertiannya. Salma ini tough banget, sampai aku dan Rio takut dia menyembunyikan perasaannya. Kami maunya Salma bisa menunjukkan emosinya ketika dia marah, sedih, takut, dan lainnya, tidak perlu disembunyikan.
Ada, dong! Setiap kali aku merasa down atau kurang semangat menjalankan sesuatu, aku selalu beri afirmasi positif ke diri sendiri dengan kalimat-kalimat sederhana. Salah satu ‘mantra ajaib’ yang sering aku tanamkan ke diriku saat down adalah: Today is gonna be the best day of my life.