Berawal dari direct message, berakhir di pelaminan. Perjalanan cinta pasangan Bunga Jelitha (supermodel, aktris, Puteri Indonesia 2017) & Syamsir Alam (pesepak bola, host, entrepreneur) memang seru dan menyenangkan. Kini mereka sedang menikmati setiap milestone dalam perjalanan menjadi orang tua dari 2 balita, Akleema dan Ansel. Bunga yang mengabdikan diri sebagai ibu rumah tangga pun mengaku tidak ingin ketinggalan setiap detik tumbuh kembang anak-anaknya. Bunga dan Alam bahkan berkomitmen untuk merawat kedua anaknya sendiri, tanpa bantuan pengasuh, lho.
Pasangan seru dan ceria ini ternyata tak luput dari adu argumen dan momen salah paham, tapi selalu ada “jurus ampuh” untuk menjaga keharmonisan keluarga. Bagaimana dua orang dengan latar belakang dan karakter yang jauh berbeda ini menjaga rumah tangga agar selalu hangat? Seperti apa serunya keluarga Bunga & Alam yang terkenal selalu kompak, seru, dan jauh dari gosip ini? Di bulan penuh cinta ini, yuk ikut M&B ngobrol lebih akrab dengan pasangan Bunga Jelitha & Syamsir Alam!
Bunga: Kalau aku sibuknya mengurus anak dan suami saja, karena aku memang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga full time, tanpa bantuan pengasuh.
Alam: Aku saat ini sedang sibuk shooting untuk sebuah program travelling. Jadi, sebulan itu bisa 14-17 hari di luar kota untuk shooting. Selain itu aku juga masih bermain sepak bola, tapi bukan yang profesional, hanya yang seru-seru saja.
Alam: Kita tuh ketemunya lewat DM (direct message) di Instagram! Haha. Aku tuh, memang suka memberi semangat untuk semua anak bangsa yang mengharumkan nama Indonesia ke kancah internasional. Kebetulan saat itu Bunga sedang mengikuti ajang Miss Universe mewakili Indonesia. Bangga dong aku, jadi aku DM Bunga. Padahal saat itu aku enggak kenal Bunga. Kira-kira isi pesannya, “Semangat, ya! Buat Indonesia bangga!” seperti itu. Aku enggak berharap dibalas, karena Bunga sedang ngetop banget, kan. Dalam hatiku, “Ah, enggak mungkin lah aku di-notice.”
Bunga: Kalau Alam enggak tahu siapa aku, aku justru tahu Syamsir Alam karena aku suka sepak bola. Entah kenapa, mungkin jalan Allah juga ya, dari sekian banyak DM tuh, cuma message dari Alam yang aku capture dan balas. Dari situ DM berlanjut, saling tukar nomor HP, semakin dekat, sampai akhirnya menikah dan punya dua anak, deh! Haha.
Bunga: Kalau baru menikah sih mungkin enggak banyak kagetnya, ya. Dulu pas masih pacaran pun kita cukup sering ketemu, jadi sudah terbayang seperti apa karakter Alam. Sering agak kagetnya tuh, sama diri sendiri pas mulai punya anak, di mana ada rasa sensitif dengar omongan orang, bentuk badan berubah, terus harus 24 jam mengurus anak.
Alam: Kalau Bunga sih, aku enggak terlalu lihat ada perubahan sebelum dan setelah punya anak, yang berubah justru aku. Aku itu suka traveling kan, ya, misalnya aku pernah ke Uruguay yang di pesawatnya saja memakan waktu 28 jam, belum termasuk transit. Perjalanan kaya gitu tuh, dulu aku cuek saja, tetapi sejak punya anak aku jadi sangat amat takut naik pesawat. Turbulence sedikit saja, langsung takut dan langsung terbayang wajah anak-anakku. Jadi overthinking gitu!
Bunga: Dari dulu enggak tahu kenapa aku senang dengan pekerjaan ibu rumah tangga. Terus, aku memang senang sama anak kecil. Dari sebelum menikah pun aku sudah bilang sama Alam, “Kalau kita jodoh dan kita cepat dikaruniai anak, aku ingin mengurus sendiri.” Aku ingin tahu setiap detik perkembangan mereka sampai besar nanti.
Alam: Aku pastinya sangat support, karena kebetulan aku sangat dekat dengan ibu aku. Aku sempat berdoa kalau aku punya istri nanti, aku mau yang kriterianya mendekati ibu aku. Bersyukur banget doa itu dijawab dengan hadirnya Bunga sebagai pasangan hidupku.
Sejujurnya, banyak yang menyayangkan kenapa Bunga harus jadi ibu rumah tangga, padahal kariernya sedang bagus banget. Tapi aku bilang, “Enggak apa Bunga enggak bekerja, toh saya sanggup bekerja dan membiayai anak-anak saya. Nanti ada waktunya kok Bunga kembali ke karier yang dia cintai, ketika anak-anak sudah agak besar sedikit.”
Enggak ada yang salah antara menjadi wanita karier atau ibu rumah tangga, dua-duanya sama-sama bagus, tinggal kembali ke masing-masing individunya saja. Kalau untuk Bunga, menjadi ibu rumah tangga adalah keputusannya yang harus saya dukung dan hormati.
Alam: Pernah banget dan setiap hari pasti ada salah paham yang terjadi. Kalau Bunga itu misal merasa enggak suka dengan suatu hal, pasti dia ngambek dan diam. Diamnya ini bisa sampai tahun depan! Haha, bercanda, ya. Sedangkan aku tipenya kalau masalah kecil aku anggap enggak ada, kalau masalah besar aku kecilkan. Aku enggak suka berlarut-larut dalam masalah, jadi aku pasti langsung godain Bunga kalau tahu dia ngambek.
Bunga: Momen salah paham paling sering sih, dari cara bicara Alam, karena dia aslinya dari Sumatera jadi nada bicaranya tinggi terus! Haha. Sedangkan aku tipe yang enggak bisa dibentak sedikit saja, padahal Alam tuh enggak ngebentak. Alam ngomong biasa saja bisa terasa “ngegas” di kuping aku.
Bunga: Kalau dari orang lain sejauh ini gak pernah, mereka justru lebih banyak support aku. Apalagi dari keluarga, teman, orang-orang terdekat itu semuanya support perjalanan aku menjadi ibu. Alhamdulillah enggak ada yang mencibir perubahan bentuk tubuh dan penampilan aku sejak hamil, melahirkan, menyusui.
Jujur, aku justru merasa pernahnya berperang dengan diri aku sendiri. Aku dulu sering merasa insecure gitu, baik dengan penampilan, pola asuh, pekerjaan, dan banyak hal lainnya. Aku merasa jauh dari sempurna. Pernah sih, ada followers Instagram yang bilang, “Di angkatan Puteri Indonesia ini, Bunga yang paling enggak kelihatan sibuk bekerja. Yang lainnya kan, kerja ini itu.” Wah, ada masanya kalimat seperti itu membuatku down.
Memangnya kenapa sih, dengan menjadi ibu rumah tangga? Kan, IRT juga sibuk bekerja di rumah. Tetapi beruntungnya aku memiliki Alam yang sangat supportive, jadi aku enggak ambil pusing tuh, kalimat negatif seperti itu.
Bunga: Jujur awalnya seperti merasa, “Duh, badanku dulu kaya gitu, lho. Kok, sekarang beda, ya.” Rasa itu sering muncul, terutama kalau pas lihat videoku menjadi Miss Universe. Tapi aku bawa santai saja, sambil yakin suatu hari bisa seperti itu lagi (walau enggak 100% sama). Aku tuh, mulai merasa bisa mencintai diri aku sendiri lagi ketika Ansel mulai bisa berjalan dan mulai disapih, mungkin karena merasa satu per satu milestone anak mulai selesai, ya. Sekarang aku mulai peduli penampilan, bahkan mulai minta belikan skincare ke Alam.
Bunga: Kalau ritual khusus biar semangat lagi sebenarnya enggak ada yang spesial, sih. Kalau lagi down itu yang aku lakukan adalah menatap anak-anakku lagi, memandangi mereka tersenyum dan tertawa riang. Itu semua sudah bisa menjadi mood booster tersendiri buatku, aku langsung semangat lagi.
Aku pernah sedang capek dan menangis, Akleema kebetulan lihat dan bertanya, “Mima, kok menangis, sih? Kenapa?” Setelah aku jelaskan kalau setiap manusia ada masanya lelah dan sedih, terus Akleema memeluk aku biar enggak sedih lagi. Wah, itu rasanya tersentuh banget. Jadi, hadirnya Akleema dan Ansel tuh, memang membuat aku jadi semangat lagi, sedihku hilang, dan mood aku bagus lagi.
Alam: Sayangnya aku sering missed mengenali Bunga sedang bad mood atau ngambek, karena Bunga ngambeknya diam, dan aku bukan tipe yang bisa dikodein saja. Aku lebih suka apapun itu, ya diomongin saja, jangan tiba-tiba diam. Kalau Bunga lagi tiba-tiba ngambek, aku rasanya mau pindah ke planet Mars aja, deh! Haha.
But anyway, kalau Bunga lagi bad mood atau keliatan mulai cranky gitu, aku sih tanya saja apa yang ia rasakan. Aku ajak ngobrol biar Bunga bisa keluarkan unek-uneknya. Setelah itu, Bunga kebetulan suka makan camilan, jadi suka aku “sogok” pakai martabak cokelat.
Alam: Kalau aku sebelum menikah, iya suka cemburu. Aku kalau enggak suka, ya tanya langsung saja ke Bunga, “Itu siapa, sih?” kira-kira begitu. Aku ungkapkan apa yang membuat hatiku enggak nyaman.
Bunga: Punya pasangan atlet sepak bola dan punya program traveling, sudah pasti penggemarnya banyak, baik pria dan wanita. Kalau aku sama fans Alam yang wanita, ya enggak begitu cemburu, karena aku sudah tahu risikonya akan seperti itu.
Alam: Sejak punya anak itu kita baru bisa nge-date atau quality time berdua di bulan lalu (Desember 2023), itu kami nonton bioskop berdua saja. Ternyata itu canggung, ya! Haha. Rasanya kaya anak SMA baru pacaran.
Bunga: Biasanya kalau pergi, sampai parkiran itu langsung bagi tugas dengan Alam, siapa yang gendong anak, siapa yang bawa tas, dll. Pas nge-date berdua itu rasanya aneh, turun mobil kok, cuma berdua dan bisa bergandengan tangan! Haha.
" Saat down, yang aku lakukan adalah menatap anak-anakku lagi. Memandangi mereka tersenyum dan tertawa riang bisa menjadi mood booster tersendiri."
Alam: Kalau aku pribadi, aku ada pengalaman orang tuaku bercerai waktu aku kelas 3 SD. Jadi, aku akan lakukan segala hal agar anak-anakku tidak merasakan yang aku rasakan, di mana Hari Raya harus ke dua rumah orang tua yang berbeda, itu aku enggak mau. Aku juga pernah dengar kata-kata, “Sesuatu yang rusak itu bukan dibuang, tapi diperbaiki.” Nah, pakem itulah yang aku pakai untuk menjaga keharmonisan keluarga kami.
Bunga: Aku bersyukur banget bisa sampai di tahap ini. Di dunia modelling aku sudah merasakan panggung yang megah sekelas Miss Universe, jadi sekarang fokusku ingin menjadi istri dan ibu yang baik dulu untuk keluargaku. Menurutku, pada akhirnya wanita itu untuk anak dan suami, jadi mimpiku adalah bisa mendidik anak-anakku dengan baik sampai mereka besar nanti.
Bunga: Jujur, Alam itu mungkin enggak terlalu telaten mengurus anak, tetapi dia sangat helpful membantu pekerjaan rumah tangga. Aku salut banget karena Alam itu mau memandikan anak, walau bagi aku si virgo yang perfeksionis dalam bekerja ini suka merasa kurang maksimal ya, haha. Untuk pekerjaan rumah tangga sih, kita kerjakan sama-sama aja, Alam sangat mau membantu apapun itu, entah cuci piring, menyapu, mengepel.
" Aku kalau ada masalah kecil, aku anggap enggak ada. Kalau masalah besar, aku kecilkan. Aku enggak suka berlarut-larut dalam masalah."
Alam: Pastinya aku ayah yang penyayang, penjaga, dan hebat. Bunga: Ada kalanya aku ibu yang insecure dan overthinking. Tetapi menurutku aku adalah ibu yang hebat dan kuat.
Bunga: Alam itu family man banget! Sikapnya masih konsisten sama ketika masih pacaran dulu. Dari dulu dia masih sering kirim kabar dan kirim pesan “I love you” gitu, itu masih dilakukan sampai sekarang. Itu yang bikin aku salut sama dia. Apalagi kita kan, sudah punya anak ya, ada anak perempuan juga, biasanya suami jauh lebih perhatian ke anaknya dibanding ke istri, tapi Alam enggak begitu, lho. Perhatian Alam ke aku tuh, masih utuh dan bisa banget membuatku enggak khawatir.
Alam: Bunga itu karakternya seperti ibuku. Bunga bisa berpikiran modern tapi dia rela melepas segalanya untuk mengurus anak-anak kami. Satu lagi, aku paling jatuh cinta sama karakter Bunga yang pemaaf, karena aku sering bikin salah.
Bunga: Terima kasih untuk cinta dan kasih sayangnya selama ini. Maaf kalau misalkan aku jauh dari kata istri dan ibu yang sempurna. Maaf kalau selama aku jadi ibu, aku suka lupa peran aku sebagai istri, seperti harus memberi perhatian atau sekadar mengingatkan minum vitamin. Tapi, percayalah kalau aku harus memilih antara anak atau suami, aku akan memilih suami, karena aku tahu anak-anak akan memiliki waktunya sendiri. Dan, Insya Allah kita diberi umur panjang untuk menghabiskan masa tua kita bersama.
Alam: Menurutku kamu sebagai istri tidak ada kurangnya. Dengan kamu menjaga dan mendidik anak-anak kita dengan baik saja itu sudah hal yang luar biasa buat aku. Kamu luar biasa banget. Tetaplah jadi kamu yang sekarang, jangan pernah berubah. Nanti, kita akan punya waktu yang panjang untuk menikmati masa-masa tua berdua. I love you, Mima!
" Menurutku, pada akhirnya wanita itu untuk anak dan suami, jadi mimpiku adalah bisa mendidik anak-anakku dengan baik sampai mereka besar nanti."