Tak ada yang lebih membahagiakan selain bisa melihat tumbuh kembang anak dengan baik. Hal ini pun turut dirasakan entertainer satu ini. Masa pandemi membawa berkah tersendiri bagi Edric karena ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan Si Kecil dan melihat momen tumbuh kembang putrinya yang tak jarang membuatnya kagum. Nah, bagaimana keseruan Edric saat mengasuh Si Kecil, Abbie? Seperti apa pula sosok Edric sebenarnya sebagai ayah dibalik citra ceria dan kocak yang melekat dalam dirinya? Yuk, simak wawancara seru Mother & Beyond bersama Edric berikut ini, Moms.
Bagi saya mengasuh anak, khususnya di masa pandemi, seperti blessing in disguise, ya. Saya senang bisa mengikuti tumbuh kembang Abbie. Mulai dari saat ia baru bisa jalan, lompat, bicara, dan pertama kali ia bisa bernyanyi juga saya menyaksikannya. Bisa dibilang tidak ada momen tumbuh kembang Abbie yang terlewat, karena semuanya kita lalui bersama.
Saat ini sih seru banget ya, karena Abbie kan juga sudah bisa diajak ngobrol dan main. Meski mungkin ada yang bilang bila membesarkan anak di usia seperti Abbie lebih melelahkan. Tapi bagi saya wajar sih, lari-larian sedikit tidak apa-apa lah, hitung- hitung olahraga. Kalau saat masih bayi paling kan gantiin popok, jagain Abbie saat makan, pokoknya tidak lepas tangan juga sih untuk mengurus Abbie saat itu.
Saat Abbie sudah bisa berhitung 1-20 di usianya yang belum genap berusia dua tahun. Awalnya Abbie belajar dari flash card. Kami ajarkan ia berhitung 1-10 dengan dua bahasa, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Setelah bisa berhitung 1-10, saya dan istri naikkan lagi nih target berhitungnya. Akhirnya Abbie berhasil bisa berhitung sampai 20, dan ini cukup membuat kami kaget sih.
Hal mengagumkan lainnya adalah saat Abbie sudah bisa nyanyi. Rasanya semua lagu bisa ia nyanyikan. Awalnya Abbie nyanyi dengan pelafalan yang tidak detail, tapi ia bernyanyi sesuai nada. Mungkin ia belajar dari video yang ditontonnya di YouTube.
Screen time paling hanya saat Abbie makan, atau sengaja kita gunakan memang untuk mengajak Abbie belajar, kan banyak juga ya video-video edukatif yang bisa ditonton. Tapi sejauh ini kami lebih banyak mengajak Abbie melakukan aktivitas fisik, sih. Misalnya saya sengaja menyewa perosotan di rumah, jadi ia bisa main. Meski di usia Abbie memang lebih banyak bermain, tapi waktu belajar juga tetap harus ada.
Memang ada juga orang tua yang menyekolahkan anaknya di usia 6 bulan. Tapi sejauh ini saya tidak mengharuskan Abbie untuk sekolah cepat-cepat. Saya tidak mau ia kehilangan masa kecilnya, masa di mana ia sedang senang-senangnya bermain.
Bukannya tidak mendukung anak untuk tumbuh pintar, tapi menurut saya, kalau sekolah di usia yang masih kecil biasanya hanya sebagai wadah untuk bersosialisasi atau berteman. Sedangkan menurut saya Abbie ini sudah sangat friendly anaknya. Saat ketemu siapapun juga ia pasti menyapa. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan saya pikir Abbie pasti nanti bisa bersosialisasi dengan baik.
Selain itu, biasanya sekolah anak-anak di usia dini paling belajar bernyanyi, membaca, yang intinya ini bisa diajarkan orang tua di rumah. Semuanya memang kembali pada pilihan masing-masing orang tua ya, kalau saya dan istri saat ini memilih untuk menghabiskan waktu bersama Abbie, terlebih saat ini masih pandemi.
Kalau anak takut akan Tuhan, otomatis ia akan mengerti mana hal yang baik dan buruk. Ini juga nantinya bisa menjadi norma-norma dalam hidupnya.
Sama aja sih, sebenarnya. Tapi di sisi lain saya mungkin agak protektif ke anak. Saya kan orangnya agak germ freak, jadi saat Abbie pegang ini dan itu sedikit ya langsung ingetin “Abbie jangan ya, nak”. Tapi untungnya dinetralisir oleh istri saya. Kebetulan ia lebih santai dan alami orangnya, misalnya kalau jalan di rumput, ya tidak apa-apa bila tidak pakai sepatu. Sedangkan kalau saya kan berpikirnya takut nanti ada ada cacing, semut, segala macam lah.
Mungkin tidak ada yang signifikan. Saya masih kerja dan masih dengan kegilaan yang sama. Hanya saja mungkin sekarang hidup saya menjadi penuh kebahagiaan. Tidak seperti dulu sebelum menikah dan punya anak, yang mungkin kesepian. Sekarang kalau pulang kerja sudah ada istri dan anak, jadi bisa ajak mereka ngobrol, bisa ajak anak main, jadi semuanya lengkap. Terus jadi ingin cepat-cepat pulang ke rumah juga saat sedang kerja karena ada yang dikangenin. Meski lelah sehabis pulang kerja, saya bisa semangat lagi kalau lihat anak.
Sejauh ini saya belum merasa kesulitan selama mengasuh anak. Namun kalau melihat ayah-ayah lainnya, mungkin akan lebih sulit atau menantang ketika menghadapi anak di usia remaja. Kalau sekarang kan Abbie masih bisa kita jaga banget, masih tergantung orang tuanya sekali lah. Kalau hal yang menyenangkan dan berkesan untuk saya adalah saat Abbie bilang I love you pada saya, rasanya langsung nyes gitu.
Ya Abbie suka melihat saya saat bikin konten, nyanyi-nyanyi atau bikin apalah gitu. Tentu saya senang, karena memang konten yang saya buat kan untuk segala umur, tidak ada konten yang berbahaya, jorok, dewasa. Jadi Abbie juga suka liatin dan ikutan joget. Happy lah pokoknya kalau lihat anak suka dengan apa yang kita lakukan.
Hal ini penting banget. Menurut saya ini adalah dasar dari segalanya. Bila kita sudah menanamkan konsep “takut akan Tuhan” pada anak sejak dini, nantinya kita tidak perlu repot lagi memberi tahu anak mana yang baik dan buruk. Kalau anak takut akan Tuhan, otomatis ia akan mengerti mana hal yang baik dan buruk. Ini juga nantinya bisa menjadi norma-norma dalam hidupnya, lah.
Untuk mengajarkan anak takut akan Tuhan saya memulainya dengan membiasakan Abbie melakukan segala sesuatu diawali dengan berdoa terlebih dahulu. Mau makan, tidur, bangun pagi ya berdoa dulu. Saya juga mengenalkan Tuhan pada Abbie, tentunya dengan gaya bahasa sesuai usia Abbie, ya. Selain itu juga menceritakan cerita-cerita Alkitab. Untungnya saya dulu seorang guru sekolah minggu, jadi bisa lah, mengajarkan anak sedikit-sedikit.
Seorang ayah harus menjadi teladan bagi anak-anaknya karena bagaimanapun anak bercermin dari orang tuanya. Jadi apa yang dilakukan orang tua juga bisa mencerminkan kelak anak akan jadi seperti apa.
Hari ayah itu tidak kalah pentingnya dari hari ibu. Kalau tidak ada ayah kan berarti anak juga tidak lahir kan, hehe. Bagi saya sosok ayah itu adalah ia yang bisa diandalkan, seseorang yang bisa jadi panutan. Jadi saya memaknai hari ayah dengan berusaha menjadi ayah yang bisa menjadi teladan dan dapat diandalkan oleh anak-anaknya. Kenapa harus menjadi teladan? Karena bagaimanapun anak bercermin dari orang tuanya. Jadi apa yang dilakukan orang tua juga bisa mencerminkan kelak anak akan jadi seperti apa. Jadi sebagai ayah ya kita harus bisa menjaga perilaku dan menjadikan anak-anak kita menjadi sosok yang lebih baik dari kita.
Happy, grateful, dan joyful. Tiga hal inilah yang saya rasakan sebagai ayah saat ini.
Saya berharap semoga Abbie bisa menjadi anak yang selalu dekat dengan Tuhan dan keluarga, sayang dengan orang-orang didekatnya, dan bisa menjadi berkat untuk orang banyak. Selain itu saya juga mau Abbie bisa tetap jadi dirinya sendiri, bisa melakukan apapun yang ia senangi tanpa merugikan orang lain.