Tak terasa Si Kecil sekarang sudah beranjak memasuki usia praremaja ya, Moms! Tentu ada banyak hal yang telah Moms dan buah hati lalui sepanjang pertumbuhan usianya. Dan memasuki usia praremaja, tantangan yang hadir akan semakin beragam. Ya, merawat anak usia praremaja alias preteen memang cukup menantang!

Oleh: Tiffany Warrantyasri & Vonia Lucky/ND

Bukan anak kecil lagi, tetapi belum remaja. Begitulah fase praremaja, suatu masa di mana Si Kecil sedang beranjak remaja atau yang sering disebut ‘anak baru gede’ (ABG). Banyak yang bilang, fase praremaja cukup menantang karena terjadi perubahan pesat dalam berbagai aspek. Tak hanya perubahan fisik, kecerdasan emosi, sosial, dan kognitif anak juga semakin baik. Fase praremaja semakin menantang lagi karena anak sudah mulai menunjukkan rasa butuh privacy dan tahu segalanya. Jadi, jangan kaget kalau tiba-tiba Si Kecil mulai “rebel” ya, Moms.

  Nah, untuk menemani Moms & Dads mengarungi dunia perawatan anak praremaja, M&B telah merangkum panduan dari para pakar. Simak tips lengkap merawat kesehatan fisik anak praremaja dari dr. Yulianto Santoso Kurniawan Sp.A (Dokter Spesialis Anak dari Mayapada Hospital Jakarta). Untuk panduan menjaga kesehatan mental praremaja, M&B juga merangkum penjelasan Naomi Ernawati, M.Psi., psikolog dari KLee lho, Moms.

  Ada juga curhatan dan tips dari 2 celebrity moms yang juga punya anak praremaja, yaitu Ivy Batuta (MC, penyiar, dan presenter) dan Jill van Diest (Penyiar dan MC). Dua Moms ini juga punya cara ampuh dan efektif menjaga anak praremaja mereka tetap happy dan terbuka dengan orang tua. Let’s read on, Moms!



Semakin Kenal Dengan Si Praremaja


Di setiap perubahan usia anak, tentu akan ada perubahan yang mereka alami. Tidak terkecuali pada anak yang memasuki fase pra-remaja atau sudah berusia 10 sampai dengan 14 tahun. Fase ini merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju tahapan sebelum dewasa (remaja). Berbagai perubahan pun akan buah hati Anda alami, baik perubahan fisik maupun psikis.

  Hal ini memang menjadi suatu tantangan bagi Moms dan Dads, terutama dalam mendampingi perubahan yang terjadi. Apalagi, perubahan yang dialami setiap anak juga berbeda-beda sehingga perlu pendampingan yang disesuaikan kembali dengan kondisi buah hati. Karenanya, penting bagi orang tua untuk bisa memahami, bahkan menyamakan persepsi dengan anak agar lebih mengenal mereka.

  Lalu, apa saja hal-hal yang perlu Moms dan Dads ketahui dari dalam diri anak yang berada di fase pra-remaja? Bagaimana cara agar orang tua membantu anak mereka mengenal pribadinya dengan komunikasi yang efektif? Simak pemaparan Naomi Ernawati, M. Psi., Psikolog dari KLee yang akan membantu Anda mengenali buah hati di usia praremaja berikut ini.




7 Masalah Kesehatan Anak Praremaja



Waspadai 7 penyakit yang paling sering terjadi pada anak praremaja ya, Moms!

ABG sering dianggap masa paling sehat, padahal ini masa yang rentan menghadapi masalah kesehatan lho, Moms. Banyak hal di hidup anak praremaja yang bisa memengaruhi kesehatannnya, seperti gaya hidup, lingkungan, dan perilaku berisiko. Apa saja sih, masalah kesehatan yang sering menyerang anak praremaja? Untuk meningkatkan kewaspadaan Moms, yuk ketahui 7 masalah kesehatan fisik dan mental yang sering terjadi pada anak praremaja menurut dr. Yulianto Santoso Kurniawan Sp.A, Dokter Spesialis Anak dari Mayapada Hospital Jakarta.

1. Obesitas

Menurut dr. Yulianto, obesitas merupakan penyakit terkait status gizi anak yang juga sering terjadi pada kelompok praremaja. Mengutip Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), obesitas adalah lemak tubuh yang berlebihan yang disimpan dalam tubuh. Obesitas disebabkan oleh energi (kalori) yang masuk lebih banyak dari energi (kalori) yang keluar.

   Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan pubertas lebih dini (sebelum usia 9 tahun sudah menstruasi) pada anak perempuan merupakan salah satu ciri anak obesitas lho, Moms. Sedangkan ciri obesitas pada anak laki-laki adalah dada membusung dan payudara sedikit membesar, penis mengecil (tidak terlihat secara utuh karena terutup timbunan lemak).

   Obesitas pada praremaja tentu berbahaya. Menurut Kemenkes, contoh bahaya obesitas pada anak adalah pertumbuhan terganggu, gangguan pernapasan, gangguan seksual, prestasi akademis terganggu, hingga lebih rentan terkena penyakit tidak menular (penyakit jantung, pembuluh darah, diabetes, dll).

2. Anemia

Ini adalah kondisi kekurangan sel darah merah. Menurut IDAI, anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien yang paling sering terjadi pada anak di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. ADB terjadi ketika tubuh anak kekurangan zat besi, padahal kurang zat besi pada masa praremaja bisa berdampak buruk lho, Moms. Kemenkes RI menyebutkan ADB bisa berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja, dan produktivitas.

   ADB banyak ditemukan pada masa remaja akibat percepatan tumbuh (growth spurt), sedangkan asupan sehari-harinya mungkin kurang zat besi. IDAI juga menyebutkan kalau ADB semakin sering terjadi pada remaja putri yang mulai menstruasi.

3. Pneumonia

Walau lebih sering terjadi pada bayi dan balita, dr. Yulianto menyebutkan pneumonia masih menjadi ancaman kesehatan yang sering terjadi pada anak praremaja. Pneumonia merupakan radang paru yang diakibatkan bakteri, virus, dan jamur. Keluhannya adalah demam, pilek, batuk (baik batuk kering, berdahak, berdarah), sesak napas, tubuh menggigil, nyeri dada, dan tentunya sulit bernapas.

   Untuk mencegah anak praremaja terkena pneumonia atau radang paru, Moms perlu mengajaknya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menghindari polusi (terutama asap rokok).

4. Diare

Mengutip IDAI, “Diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dan konsistensi tinja lebih encer dari biasanya. Selama terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat.” Penyebab diare tersering adalah infeksi rotavirus yang menyumbang 60-70% kasus diare di Indonesia. Sedangkan infeksi bakteri dan parasit juga bisa menyebabkan diare namun tidak sesering virus. Sekitar 10-20% kasus diare disebabkan bakteri dan 10% disebabkan parasit.

   Jika anak praremaja Anda mengalami diare, waspadai dehidrasi atau tubuh kekurangan cairan ya, Moms. IDAI menyebutkan saat terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat, sedangkan usus sedang kehilangan kemampuannya untuk menyerap cairan dan elektrolit yang masuk ke tubuh. Untuk itu pastikan anak praremaja Anda tidak dehidrasi, ya.

5. Tuberkulosis

Penyakit menular ini mungkin lebih dikenal dengan singkatan TBC. Menurut Kemenkes RI, Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina dengan kasus TBC sekitar 824.000 per tahun. Angka kematian karena TBC juga tinggi lho, Moms, yaitu sekitar 93.000 per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam.

   Data dari Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes RI menyebutkan sebanyak 91% kasus TBC di Indonesia adalah TBC paru yang berpotensi menularkan kepada orang yang sehat di sekitarnya. Untuk mencegahnya, salah satu cara termudah adalah memastikan anak praremaja Anda sudah menerapkan perilaku bersih dan sehat ya, Moms.

6. Kecelakaan lalu lintas

Bukan penyakit, bukan pula hal yang sering terjadi pada masa praremaja. Namun meningkatkan kewaspadaan akan kecelakaan lalu lintas sudah harus ditanamkan sejak anak masih praremaja lho, Moms. “Pada usia remaja ternyata kecelakaan menjadi penyumbang angka kematian yang cukup tinggi. Kecelakaan lalu lintas, tidak pakai helm, tidak pakai seat belt, mengebut, pergi tanpa pengawasan orang tua, dan di luar negeri ada penggunaan senjata api dan kekerasan bersenjata (seperti di Amerika) ini angka kejadiannya meningkat pada usia remaja,” jelas dr. Yulianto.

   Untuk itu dr. Yulianto mengingatkan para orang tua yang memiliki anak usia praremaja agar menanamkan sikap peduli keamanan berlalu lintas sejak dini. “Pada masa remaja terjadi perubahan emosi dan pola pikir yang berbeda dari masa praremaja, sehingga penting bagi orang tua untuk lebih mempersiapkan anak-anak menuju masa remaja,” saran dr. Yulianto.

7. Kesehatan mental

Menurut dr. Yulianto, kasus bunuh diri banyak terjadi pada remaja, dan untuk mencegahnya diperlukan pendidikan kesehatan mental sejak anak masih praremaja. Isu kepercayaan diri dan stres karena tekanan teman sebaya juga bisa mengganggu kesehatan mental praremaja lho, Moms. “Sebaiknya kita memang mempersiapkan kesehatan dari praremaja ke remaja secara berkelanjutan. Tak hanya kesehatan fisik, kesehatan mental juga,” ujar dr. Yulianto.

   Ia juga menambahkan kalau orang tua seringkali hanya fokus pada 5 tahun pertama kehidupan anak, padahal sebagai orang tua kita harus terus memantau segala aspek kesehatan anak. Jangan lupakan bonding dan quality time bersama anak praremaja ya, Moms. Ini juga penting untuk menyempurnakan kesehatan anak fisik dan mental.


Nutrisi untuk Preteen


Yuk, lengkapi nutrisi anak praremaja agar tumbuh kembangnya selalu optimal.


Tumbuh kembang praremaja optimal? Nutrisi tentu menjadi salah satu kunci sukses penunjang tumbuh kembangnya ya, Moms. Nutrisi semakin penting karena di fase praremaja terjadi masa pacu tumbuh atau yang disebut growth spurt. Di fase ini tubuh anak perlu ‘bahan bakar’ berupa nutrisi yang bisa didapat dari makanan sehat. “Pertumbuhan merupakan peningkatan tinggi dan berat badan, maka diperlukan makanan bergizi mencakup makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral),” ujar dr. Yulianto Santoso Kurniawan Sp.A, Dokter Spesialis Anak dari Mayapada Hospital Jakarta.

   Nutrisi apa saja sih yang paling penting untuk menunjang kesehatan mereka? Perlukah tambahan suplemen? Untuk menjawabnya, yuk simak panduan pemenuhan nutrisi anak praremaja dari dr. Yulianto.

1. Ikuti panduan Isi Piringku

Kalau dulu ada 4 sehat 5 sempurna, sekarang ada program Isi Piringku yang membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi seimbang. Kemenkes menyebutkan Isi Piringku untuk remaja adalah:

2. Sesuaikan nutrisi dengan berat & tinggi badan

Menurut dr. Yulianto, umumnya anak 10-12 tahun butuh 1.400-1.600 kalori per hari. Namun kebutuhan tiap anak bisa berbeda-beda, maka lebih disarankan agar berkonsultasi dulu dengan dokter mengenai kebutuhan nutrisi anak.

  “Kebutuhan nutrisi dilihat dari berat dan tinggi badan anak saat ini, kemudian ditentukan berapa berat badan ideal berdasarkan tinggi badannya. Dari situ kita dapat menentukan berat badan ideal dan target berat badan yang ingin kita capai, baru kemudian ditentukan target kalorinya dan disesuaikan dengan nutrisi harian anak,” jelas dr. Yulianto. Untuk menghitung ini memang lebih tepat dibantu oleh dokter anak ya, Moms.

3. Penuhi kebutuhan zat besi

Salah satu nutrisi penting untuk anak praremaja rentang usia 8-12 tahun adalah zat besi, terutama pada anak perempuan yang sudah menstruasi. Kebutuhan harian zat besi adalah 8mg per hari, contoh jumlah zat besi pada makanan sumber zat besi adalah daging merah dan brokoli. Dalam 100 gram daging merah terkandung 2mg zat besi, 100 gram brokoli mengandung 0.3-0.4mg zat besi.

  Berikan anak variasi makanan secara terus menerus dan konsisten. Tidak hanya daging merah, makanan seperti brokoli, daging ayam, sayuran hijau dan ikan-ikan juga memiliki kandungan zat besi yang baik. Yang penting adalah gizi seimbang, jadi pastikan dia mendapat protein hewani, protein nabati, sayuran, dan buah.

  Kalau dibagi dalam komposisi Isi Piringku, secara cepat kita bisa bagi menjadi 4 bagian: ¼ protein hewani, ¼ protein nabati, ¼ sayuran, dan ¼ lagi karbohidrat. Untuk meningkatkan komposisi zat besi pastikan komponen protein hewani menjadi lebih besar dibanding komponen yang lain.

4. Perlukah suplemen?

Suplemen hanya diperlukan jika ada kondisi tertentu. Perlu diketahui, pemberian vitamin dibagi menjadi 2: Pencegahan dan terapi. Kalau terapi artinya pemberian vitamin dan mineral sudah diberikan untuk mengatasi kekurangan. Jadi ada tandanya dulu nih, misal kekurangan zat besi ada anemia, kadar Hb turun, feritin turun. Kalau kurang vitamin C nanti gusinya berdarah, kalau kurang vitamin B12 ada bibir pecah-pecah.

  Untuk rekomendasi pemberian suplemen, sampai saat ini rekomendasi IDAI hanya pemberian suplemen zat besi pada bayi ASI eksklusif dimulai sejak bayi berusia 4 bulan. Sedangkan pemberian suplemen pada usia praremaja belum ada rekomendasinya.

5. Waspada obesitas dan gizi kurang

Menurut IDAI, obesitas adalah lemak tubuh yang berlebihan yang disimpan dalam tubuh. Obesitas disebabkan oleh energi (kalori) yang masuk lebih banyak dari energi (kalori) yang keluar. Angka obesitas pada anak semakin tinggi, terlebih aktivitas fisik anak di masa pandemi menjadi berkurang. Untuk mencegah obesitas, IDAI menyarankan untuk memodifikasi perilaku makan, memastikan anak beraktivitas fisik secara teratur, dan memonitor pertumbuhan anak.

  “Untuk mewaspadai obesitas dan gizi kurang, sangat penting untuk mendeteksi dini. Seringkali anak kalau sudah di atas 5 tahun itu sudah enggak pernah dikontrol lagi ke dokter anak. Datang-datang anak sudah usia 10-12 tahun, yang kurus sudah gendut, yang gendut sudah kurus. Nah, ini yang jadi perhatian, pastikan kesehatan anak tetap terkontrol,” saran dr. Yulianto. M&B




Ragam Aktivitas Seru Untuk Dekatkan Anak Praremaja dengan Orang Tua

Setelah mengenal lebih dalam tentang pribadi buah hati Anda yang beranjak remaja, hal selanjutnya adalah bagaimana cara Moms dan Dads untuk bisa tetap mendampinginya. Meskipun, ada satu hal yang bisa menjadi tantangan bagi Anda, yaitu anak praremaja yang justru mudah berkonflik dengan orang tua.

  Situasi ini bisa terjadi karena umumnya orang tua tidak siap menerima kenyataan bahwa anak sudah beranjak remaja. Tanpa sadar, Moms dan Dads masih menggunakan cara komunikasi ketika mereka masih anakanak. Padahal, gaya komunikasi ini perlu disesuaikan dengan karakteristik anak yang sudah berusia praremaja. Selain sikap orang tua yang lebih mau mendengarkan, hal lain yang juga penting adalah dengan memberikannya ‘waktu sendiri’.

  Masalah yang juga sering muncul adalah perbedaan persepsi antara anak dan orang tua. Cara berpikir anak praremaja faktanya mulai berubah dan berbeda dengan pikiran saat usia mereka masih kanakkanak. Mereka sudah memiliki pendirian dan ingin diakui sebagai orang dewasa. Pemberlakuan aturan serta larangan pun tidak bisa dibuat hanya oleh orang tua saja, tapi ada alasan seperti rasa khawatir di balik aturan tersebut. Bahkan, akan lebih baik jika aturan yang ada didiskusikan dan dinegosiasikan terlebih dahulu dengan sang anak.

Perubahan yang terjadi pada mereka ini tentu memengaruhi caranya berinteraksi dengan lingkungan sekitar, termasuk dengan orang tua. Oleh karena itu, Moms dan Dads perlu tahu trik ampuh untuk menjaga kedekatan antara Anda dan buah hati. Melakukan berbagai aktivitas bersama-sama pun bisa menjadi satu kunci terbaik.

Nah, apa saja aktivitas yang tetap edukatif, seru, antikikuk, dan pastinya efektif meningkatkan bonding orang tua dan anak? Intip daftar lengkap ide-ide, termasuk yang disarankan Naomi Ernawati, M. Psi., Psikolog dari KLee berikut ini.

1. Mendengarkan musik

Di usia praremaja, anak mulai mengenal banyak hal baru, termasuk urusan musikalitas. Selera musik yang ia dengarkan mungkin semakin dewasa dan bisa saja berbeda dengan Moms dan Dads. Karenanya, mendengarkan musik kesukaan anak bisa menjadi momen Anda untuk semakin dekat dan mengenal mereka. Agar makin seru, biarkan mereka bercerita mengenai makna lagu dan juga idola yang sedang disukai tanpa menghakiminya.

2. Movie marathon

Tidak hanya selera musik, selera film juga mungkin saja berbeda antara orang tua dan anak. Tapi, ini juga justru bisa menjadi alasan agar Anda dan buah hati melakukan movie marathon bersama. Daftarnya bisa film jadul yang Moms dan Dads sukai, atau digabungkan dengan pilihan film kesukaan anak. Tapi, pastikan bahwa film tersebut disesuaikan dengan usia anak. Agar semakin seru, sulap ruang TV Anda menjadi bioskop kecil, atau bisa juga buat layar tancap di taman menggunakan proyektor ditemani camilan yang lezat.

3. Membuat project

Anak praremaja bisa saja memiliki ide-ide yang kreatif, tapi sulit untuk mereka keluarkan menjadi sesuatu. Nah, orang tua bisa merencanakan sebuah project sederhana yang bisa dilakukan bersama dalam waktu yang juga tidak terlalu lama. Misalnya, lakukan perubahan pada kamar anak, baik dari cat tembok hingga interior di dalamnya. Minta buah hati Anda memilih setiap detail dalam kamar, kemudian lakukan perubahan secara bertahap dengan melibatkannya secara langsung.

  Anda juga bisa melakukan hal lain yang bisa mengembangkan jiwa seni pada anak, seperti membuat film. Cukup dengan smartphone dan aplikasi editing video yang sederhana, sudah bisa menjadi modal untuk menghasilkan suatu karya. Ajak anak untuk membuat konsep, storyboard, perencanaan syuting, hingga casting pemain.

  Pilihan ide project ini nampak akan memakan banyak waktu dan tenaga. Namun percayalah, bahwa hasilnya juga sebanding dengan tujuannya, yaitu meningkatkan kreativitas anak sambil mencetak kenangan indah yang mengakrabkan hubungan orang tua dan anak.

4. Ambil kursus

Biasanya, les atau kursus hanya diberikan pada anak untuk mengembangkan bakat dan kecerdasan otaknya. Padahal, banyak pilihan kursus yang bisa anak dan orang tua lakukan bersama dan tidak kalah menyenangkan. Misalnya kursus memasak, fotografi, hingga kursus menari. Ada juga kursus olahraga seperti berenang atau tenis yang bisa dilakukan anak bersama Moms dan Dads.

5. Olahraga

Bicara tentang kursus olahraga, Anda juga bisa mencari ide olahraga lain yang bisa dilakukan bersama anak praremaja. Salah satunya bowling, sebagai salah satu olahraga yang seru untuk dilakukan beramai-ramai. Bowling sendiri cukup mudah untuk dimainkan pemula dan peraturan dalam bermainnya pun sederhana. Anda bisa bermain hanya dengan buah hati atau melakukan playdate dan bersaing dengan teman mereka sebagai tim lawan.

6. Rencanakan liburan

Ada banyak aktivitas luar ruangan yang bisa orang tua dan anak rencanakan bersama-sama mulai dari urusan liburan dengan kereta atau pesawat, hingga road trip ke luar kota. Ajak anak untuk menyusun setiap detail perjalanan, mulai dari persiapan kendaraan, tujuan wisata, dan tempat menginap. Tidak lupa juga mempersiapkan cara menyapa orang dengan bahasa setempat di tujuan kunjungan.

  Sempatkan untuk membuat konten media sosial saat melakukan aktivitas bersama-sama, ya. Anak praremaja tentunya sangat senang untuk merekam dan mengabadikan tempat-tempat seru yang dikunjungi. Moms dan Dads tentu tetap perlu mengingatkan anak mengenai aturan aman bermedia sosial. Ingatkan the dos and don'ts, tanpa harus terlalu menggurui apalagi memarahi, sambil Anda mengawasi konten yang dibuat anak sekaligus momen untuk bonding dengannya.

7. Baca buku

Membaca buku dapat menjadi aktivitas yang menyenangkan untuk dilakukan anak praremaja bersama orang tua. Bisa dengan memilih buku yang sama ataupun buku yang berbeda, lalu diskusikan isinya bersamasama. Aktivitas ini tidak hanya meningkatkan kreativitas anak dalam berpikir dan berimajinasi, tetapi juga melatih kemampuannya dalam berbicara di depan umum.

8. Pesta kostum

Momen makan malam sambil menggunakan kostum unik? Pasti seru, deh. Moms dan Dads bisa meminta anak untuk memilih tema pesta, kemudian cobalah adakan pesta kostum bersama seluruh keluarga. Anda juga bisa mengajak saudara atau teman yang seumuran dengan anak agar lebih ramai. Ajak anak untuk menyiapkan diri untuk menjadi MC, serta musik, games, dan menu makanan yang pastinya lezat.

9. Garage sale

Melakukan aktivitas sosial bisa menjadi tantangan tersendiri bagi anak praremaja. Anda bisa mengajaknya untuk membuat garage sale, dengan memilah barang-barang yang sudah terpakai sebelumnya di rumah. Pastikan barang-barang tersebut masih bagus untuk dijual kembali dengan harga yang reasonable.

  Jika mengadakan garage sale di depan rumah sendiri terasa kurang menantang, ajaklah teman-teman atau tetangga untuk membuat acaranya bersama di lapangan sekolah atau area kompleks rumah. Hasil dari penjualannya bisa Anda arahkan untuk disumbangkan ke orangorang yang membutuhkan atau ditabung untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat.

10. Biarkan anak mengajari orang tua

Dari semua aktivitas tersebut, mungkin saja buah hati Anda lebih mengerti tentang segala perencanaan untuk melakukannya. Moms dan Dads tentu bisa memberikan tanggung jawab kepada anak, meski belum bisa sepenuhnya. Biarkan mereka yang mengajarkan Anda dalam mengatur kegiatan, atau detail lain sesuai kebisaannya.

  Bisa juga anak yang memberitahu orang tua saat bermain game favorit atau memainkan alat musik favorit. Disadari atau tidak, hal ini akan membangun bonding antara Anda dan buah hati dengan cara yang menyenangkan. Moms dan Dads bisa semakin mengenal anak pra-remaja, dan anak pun akan merasa diterima dan dipercaya oleh orang tuanya. M&B



Ivy Batuta

“Merawat preteen harus cuek dan enggak boleh baper!”


“Anak preteen tidak bisa terlalu dikekang,” ujar Ivy Batuta, MC, penyiar radio, sekaligus pengajar public speaking. Ibu dari Qiara Quesqi Batuta Napitupulu, 12, dan Zivanka Zara Batuta Napitupulu, 11, ini mengibaratkan pengasuhan preteen dengan bermain layangan, kadang perlu ditarik, kadang perlu diulur. Menurutnya, menjadi orang tua dari anak praremaja perlu agak cuek, tapi anak tetap harus terpantau dengan baik.

  Ivy juga mengaku sekarang mau menjadi orang tua yang lebih bisa menahan emosi dan enggak baper (bawa perasaan), karena perubahan sikap preteen memang cukup menantang dan menguras kesabaran. Seperti apa sih serunya Ivy Batuta merawat 2 anak usia praremaja? Yuk, simak wawancara M&B dengan Ivy.

Seperti apa karakter Q & Z di mata Ivy?

Karakter kedua anak praremaja ini bagai bumi dan langit. Kalau Si Kakak, Qiara, yang lebih akrab disapa Q itu orangnya girly banget. Secara tampilan Q itu Ivy Batuta banget, tetapi sifatnya Pak Edu (Edu Napitupulu, suami Ivy Batuta) banget! Haha. Sedangkan Si Adik, Zivanka atau yang akrab disapa Z ini tampilannya Pak Edu banget, tapi sifatnya Ivy Batuta banget. Q itu rapi, resik, hidupnya serba well-prepared. Kalau Z itu lebih cuek kaya aku, urusan baju ya pakai saja apa yang ada di lemari.

  Usia kedua anakku hanya berbeda 15 bulan, ini bukan enggak sengaja, lho! Haha. Aku dan suami memang berencana seperti itu, kami maunya usia mereka dekat agar bisa tumbuh bersama. Kami kira akan lebih mudah kalau kedua anak usianya berdekatan, kan kurang lebih karakter dan kesukaannya pasti sama. Eh, ternyata jauh berbeda ya.

Sejak jadi preteen, ada sikap, kebiasaan, atau selera yang berubah pada Q & Z?

Ada banget, Q dan Z sejak jadi preteen itu bisa dibilang moody, padahal tadinya enggak, lho. Sebagai ibunya, aku sekarang susah menebak mood mereka karena suasana hatinya bisa berubah-ubah cukup cepat. Bisa sikapnya sedang manis nih, tiba-tiba berubah cranky, berubah sweet lagi, ya begitu saja bolak-balik. Haha. Aku bilang ke mereka kalau perubahan sikap dan mood ini hal wajar, “It’s the hormone speaking,” begitu yang aku sampaikan.

  Q sekarang sudah mulai susah diajak pergi bareng sekeluarga. Dulu kalau aku pergi, Q tuh bisa menelepon terus menerus minta aku cepat pulang, kalau sekarang dia udah enggak pernah mencari aku lagi. Sempat agak kaget tiba-tiba sikap anakku sudah preteen banget gitu, bisa dibilang mulai rebel. Kalau pada Q, perubahan ini mulai terjadi kira-kira sejak 6 bulan lalu. Kalau pada Z, sekarang ini kayaknya dia sedang mulai eskalasi menuju fase preteen itu.

Adakah pola asuh yang berubah sejak anak menjadi preteen?

Iya, ada sih. Kalau dulu aku dan Edu ini tipe orang tua yang ‘banci atur’ alias apa saja harus kami atur. Control freak gitu ya bahasa kerennya. Nah, kalau sekarang sejak anak-anak mulai masuk usia preteen, ibarat tarik-ulur saat bermain layangan, sekarang ini kami sedang mengulur. Menurut kami, preteen itu tidak bisa terlalu ‘ditarik’ atau dikekang, yang ada ‘putus’ nanti talinya.

  Jadi aku dan Edu sedang sedikit cuek, tetapi tetap memantau. Kita tetap tahu anak-anak dan temantemannya lagi suka ngobrolin apa, ada ketertarikan sama apa, punya pilihan bahasa yang seperti apa, tetapi kami berlaga cuek saja. Sejauh kami tahu apa yang dilakukan anak-anak di belakang kami, ya kami berusaha enggak serba mengatur saja.

  Aku dan suami pernah membahas ini secara khusus, keputusannya kami enggak mau mudah terbawa emosi kalau kedua anak preteen kami ini tiba-tiba enggak terlalu sesuai, enggak terlalu menurut. “Tenang, ini memang sedang masanya,” kira-kira gitu mantra kami di dalam hati. Tapi kenyataannya, Bu Ivy selalu lebih cuek dan santai dibanding Pak Edu, dia lebih otoriter! Haha.

Apa saja suka duka menghadapi sikap anak di usia preteen?

Sukanya adalah aku bahagia melihat mereka berubah dari yang anak-anak banget, sekarang jadi seperti bunga yang merekah. Selain tentunya jadi lebih cantik, beragam emosi yang mereka tunjukkan ini menarik banget buat aku. Aku suka menjadi saksi mereka mengalami fase kehidupan yang harus mereka alami, seperti sudah mulai suka melihat lawan jenis misalnya. Itu mengejutkan, my baby is not so baby anymore, tapi kan artinya anakku tumbuh normal, ya. Ibarat bunga, anak-anakku ini merekah sesuai usianya.

  Dukanya ada nggak? Oh, tentu ada! Haha. Pastinya aku jadi lebih lelah, ‘kena mental’ kalau kata anak zaman sekarang. Bahkan tak dipungkiri, anak sudah preteen ini kadang memberi rasa sedih juga buatku. Dalam hati suka berkata, “Duh, dulu aku diidolakan banget sama anak-anak, mau tidur harus berdekatan. Sekarang aku ketemu anak-anak mau ngajak tidur, eh dia kabur!” Awalnya agak baper alias bawa perasaan, tapi lama-lama ya aku cuek saja, ini memang fase di mana anak mulai butuh privacy.


“Preteen itu tidak bisa terlalu ‘ditarik’ atau dikekang, yang ada ‘putus’ nanti talinya.” 


Beda anak, beda gaya komunikasi nggak?

Oh, beda banget! Kalau Q dia maunya diskusi selalu dia yang mulai, kadang suka menghindar atau bahkan menolak gitu kalau diajak diskusi duluan. Bicara dengan Q juga harus santai dan tenang, jangan tiba-tiba nyerocos karena yang ada komunikasinya malah enggak efektif. Beda banget sama Z, dia bisa diajak komunikasi kapan saja. Jadi misalnya saya dan suami lagi mau mengedukasi dia tentang sesuatu gitu, Z bisa langsung menyimak. Yah, begitu deh repotnya punya anak usia preteen, harus pintar-pintar cari cara berkomunikasi biar sama-sama nyaman.

  Usia mereka memang cuma berjarak 15 bulan, bukan berarti akur terus, ribut-ribut dikit pastinya ada. Biasanya sih bukan karena rebutan sesuatu, tetapi lebih ke suka saling meledek. Menurutku itu justru seru sih, karena menurutku itu justru menunjukkan mereka akrab dan kenal banget satu sama lain.

  Kalau dilihat dari sikap yang satu girly banget versus yang satu tomboy banget, ternyata ini juga enggak memicu sibling rivalry, lho. Mereka nyaman dengan gayanya masing-masing dan enggak saling usik. Perbedaan ini justru saling menguntungkan, contohnya Si Kakak yang lebih solitaire ini bisa jadi sosok yang lebih mudah bersosial karena dibantu adiknya.

Seperti apa sih quality time dengan Q dan Z?

Sebenarnya keluarga kami ini kalau ke mana-mana selalu full team berempat terus, tapi memang sekali-kali ada kalanya quality time berdua saja dengan Q atau Z. Untuk saat ini, karena Z punya aktivitas ekstra untuk bermain sepak bola, jadi saya dan suami lagi sering pergi menemani aktivitas Z.

  Nah kalau untuk quality time sekeluarga, ngobrol bareng di rumah juga sudah bisa jadi quality time tersendiri, kok. Enggak harus liburan yang jauh dulu kan untuk menikmati waktu berkualitas dengan keluarga. Terlebih anak-anak sekarang sudah preteen, aktivitasnya sudah banyak, jadi di waktu berkumpul yang semakin terbatas ini saya coba maksimalkan banget untuk selalu dekat dengan mereka.

Aktivitas apa saja yang dilakukan untuk menunjang minat dan bakat Q dan Z?

Kalau untuk Q, itu aktivitas penunjangnya harus dia yang pilih duluan. Q harus ada ketertarikan dengan suatu hal dulu, minta kursus, baru deh kita daftarkan dia ke aktivitas tersebut. Saat ini Q sedang berminat dengan menyanyi dan olahraga berkuda. Kalau Z sejak kecil sudah tahu dia sukanya apa, jadi saya dan suami juga lebih mudah mengenali aktivitas yang cocok untuk menunjang minat dan bakat Z. Saat ini Z sedang fokus banget berlatih sepak bola, tentunya ya kami dukung sepenuhnya dong aktivitas tersebut.

“Menghadapi preteen harus cuek! Jadi jangan baper, jangan overthinking. Tapi cuek yang aku maksud adalah cuek yang tetap memantau, ya.” 

Pesan untuk para Moms agar harmonis terus dengan preteen.

Pesanku cuma satu saja, menghadapi preteen harus cuek! Jadi jangan baper, jangan overthinking. Tapi cuek yang aku maksud adalah cuek yang tetap memantau, ya. Aku juga menjaga komunikasi dengan anak-anak, bahkan hal-hal yang menurut orang tabu untuk dibicarakan dengan anak saja tetap aku bicarakan kalau memang perlu. Contohnya belum lama ini ada kasus penculikan anak di Jakarta, korban bahkan dilecehkan secara seksual juga. Modusnya anak-anak itu ditipu sama orang yang mengaku polisi. Si penculik itu bilangnya mau bawa anak-anak ke kantor polisi karena mereka tidak pakai masker. Kondisi kaya gini relate banget kan di zaman sekarang. Nah, walau kayaknya tabu ya menjelaskan apa itu pelecehan seksual dan pemerkosaan, tapi karena menurut aku mereka perlu tahu, ya aku jelaskan. Aku bahkan jelaskan kalau pelecehan seksual bentuknya banyak, bahkan ada yang tidak bisa divisum. Walau kesannya tabu, kalau memang perlu ya bahas saja dengan anak preteen Anda ya, Moms.

Last question: Ivy Batuta adalah ibu yang...

Santai, enggak gampang panik, dan ibu yang love language atau bahasa cintanya suka memberi hadiah.



Jill van Diest

“Mengubah Pola Asuh Seiring Sang
Putra Beranjak Remaja”


Meski ada yang berubah dari diri anak di usia praremaja, tapi Jill van Diest (43) menikmati setiap perubahan yang terjadi pada Jericho (11). Sang putra yang biasa dipanggil JJ ini pun tidak nampak malu saat menunjukkan kedekatannya dengan sang ibu.

  Kedekatan ini nyatanya tetap mempengaruhi pola asuh Jill yang berubah dan menyesuaikan dengan karakter JJ yang memang beranjak dewasa. Seperti apa pola asuh yang diterapkan dan apakah ada pengaruh dari perubahan JJ pada sikap sang adik, Jemma? Simak obrolan seru Jill van Diest dengan M&B berikut ini, Moms.

Seperti apa karakter si anak preteen dari sisi Moms?

Menurut saya, JJ itu punya rasa ingin tahu yang tinggi, penurut, ramah, dan gigih. Dia juga anak yang “by the book”, artinya mau mengikuti dan taat dengan aturan yang berlaku. Tapi sisi negatifnya JJ adalah keras kepala dan ingin setiap kemauannya harus dituruti.

Sejak jadi preteen, ada sikap, kebiasaan, atau selera yang berubah pada sang anak?

Untuk beberapa sifat seperti gigih, ramah, dan penurut sepertinya sudah ada sejak ia kecil. Tapi, memang ada perubahan yang JJ tunjukkan saat memasuki usia praremaja ini. Seperti semakin nampak jiwa kepemimpinannya, kemudian curiosity yang dia punya membuatnya sering bertanya. Dalam sehari, ada banyak hal yang JJ tanyakan dan saya berusaha untuk bisa menjawabnya. Untuk hal-hal yang tidak bisa saya jawab, saya sampaikan juga ke dia bahwa akan dijawab nanti atau di lain waktu.

Adakah pola asuh yang berubah sejak anak menjadi preteen?

Mau enggak mau, pola asuh juga ikut berubah ketika JJ sudah masuk usia preteen. Karena dia anak pertama dan laki-laki pula, saya sempat melakukan pola asuh otoriter padanya walaupun tidak sekeras itu. Hal tersebut pun saya ubah, karena pola asuh ini saya rasa kurang cocok dengan karakter JJ yang sekarang. Alasannya tentu karena perubahan zaman membuat sifat dan karakternya berubah, sehingga saya perlu menyesuaikan pola asuh dengan hal-hal tersebut.

Apa saja suka duka menghadapi sikap anak di usia preteen?

Meski masih mencari jati diri, tapi menurut saya JJ sudah bisa menjadi dirinya sendiri. Saya tentu senang melihatnya berkembang menjadi pribadi yang baik, menyenangkan, dan ramah. Dia juga masih menjadi anak yang penurut dan mau mengikuti aturan yang ada di keluarga kami. Kalau dukanya muncul saat saya menyadari bahwa suatu saat nanti, sikap JJ mungkin akan berubah. Jika sampai sekarang dia masih mau digandeng tangannya atau memeluk saya dengan erat, hal itu bisa saja tidak ia lakukan lagi. Kalau bahas tantangan, mungkin saat dia sedang susah dinasehati atau perlu disuruh untuk melakukan sesuatu. Hal-hal umum yang mungkin juga dialami anak-anak lain, ya. Tapi untuk saat ini, saya bahagia dengan tumbuh kembang JJ dan yang penting adalah bisa menikmati setiap momen bersamanya.

Bagaimana cara komunikasi efektif Anda dengan si anak preteen?

Terbuka, jujur, dan sebenarnya tidak bisa terlalu galak. Jadi, ketika saya sedang lelah dan tidak bisa menghabiskan banyak waktu dengan JJ, saya sampaikan ke dia. Intinya, saya berusaha untuk tetap ngobrol agar dia bisa mengerti kondisi saya ataupun ayahnya. Karena, anak jaman sekarang lebih kritis tentang banyak hal termasuk larangan. Saat orang tua bilang tidak boleh, mereka akan menanyakan alasannya dan membuat orang tua justru kerepotan. Jadi, yang saya lakukan adalah tarik ulur, di mana satu waktu perlu tegas tapi juga tetap tenang saat menghadapi anak di usia praremaja.

“Its okay to not be okay. Tidak apa kalau kita merasa kelelahan, kewalahan, bahkan jenuh saat menghadapi anak. Akui perasaan tersebut, karena kita sebagai orang tua juga perlu belajar setiap hari.” 

Adakah sibling rivalry antara sang kakak yang sudah preteen dengan adiknya?

Meski JJ dan Jemma memiliki perbedaan usia 6,5 tahun, sepertinya tidak ada istilah sibling rivalry di antara mereka, ya. Karena Jemma sendiri lahir dari doa JJ yang ingin memiliki adik dan diucapkan setiap hari selama 2 tahun, pada saat ia masih kecil. Jadi yang terlihat adalah JJ yang sangat mencintai adiknya, meskipun terkadang juga tetap berantem.

  JJ sendiri sadar kalau dia adalah seorang kakak yang perlu melindungi dan memimpin Jemma. Saya pun tidak menganut ‘yang dibela yang lemah’. Jadi saat Jemma yang melakukan kesalahan, saya nasehati dia dengan tidak melibatkan JJ secara langsung.

“Mau enggak mau, pola asuh juga ikut berubah ketika anak sudah masuk usia praremaja dan karakternya juga ikut berubah.” 

Apakah ada pengaruh dari sikap Si Kakak yang berusia preteen pada perilaku Si Adik?

Tidak, sih. JJ dan Jemma, tuh, akrab sekali. Mereka bersikap selayaknya kakak dan adik sekaligus sahabat untuk satu sama lain. Kadang berantem, tapi setelah itu baikan. Ya, seperti itulah mereka.

Aktivitas apa saja yang sering dilakukan untuk menunjang minat dan bakat anak?

Sebelum pandemi, JJ ikut les piano, latihan berenang, dan beberapa aktivitas lain. Tetapi karena pandemi, saya berusaha untuk tetap memberikan kegiatan yang juga ingin JJ lakukan. Semisal memberikan screen time, menyiapkan camilan, dan juga olahraga bareng.

  Saya dan ayahnya memang rutin berolahraga, tentunya di rumah saja selama pandemi. Karena JJ dan Jemma ikut melihat, jadi ikut melakukan olahraga ringan juga. JJ sendiri mengeluh sering capek ketika hanya di rumah saja. Jadi, dia mulai rutin olahraga, seperti lompat-lompat agar lebih aktif, memicu biar tinggi, dan melatih heart rate juga.

“Agar komunikasi menjadi efektif dengan anak praremaja, yang saya lakukan adalah tarik ulur, di mana satu waktu perlu tegas tapi juga tetap tenang saat menghadapi anak di usia praremaja.” 


Pesan untuk para Moms agar harmonis terus dengan preteen

Pertama, tidak ada salahnya untuk memilah cara pola asuh orang tua kita terdahulu. Ambil yang baik dan mungkin bisa diterapkan sesuai dengan karakter anak praremaja kita. Seperti saya, yang dididik untuk disiplin oleh ibu saya yang cukup galak. Hal ini pun saya lakukan untuk mendisiplinkan anak secara tegas, tapi tidak harus terlalu galak. Meski kita perlu bersikap seperti teman, tapi kita tetap orang tua yang punya perannya sendiri untuk mendidik anak.

  Kedua, biasakan untuk ngobrol dengan anak. Penting untuk orang tua tahu teman mereka, kegiatan yang mereka lakukan, dan hal-hal yang mereka sukai. Lakukan ngobrol saat di mobil, di ruang tamu, di mana saja kesempatannya. Biarkan mereka bercerita apapun yang mereka mau sampaikan. Tapi sebagai orang tua, kita tidak boleh memberikan judge apapun terhadap cerita anak.

  Terakhir, ‘It’s okay to not be okay’. Tidak apa kalau kita merasa kelelahan, kewalahan, bahkan jenuh saat menghadapi anak. Akui perasaan tersebut, karena kita sebagai orang tua juga perlu belajar setiap hari. Ada saja satu hal yang baru tentang anak dan tidak ada manual book untuk itu. Tapi, ingatlah bahwa anak adalah berkat untuk kita. Mereka ada untuk mendampingi kita, bukan hanya kita yang mendampingi mereka. MB


© 2022 Motherandbeyond