Sebagai sumber kehidupan, itulah arti menjadi seorang ibu bagi Nadine Chandrawinata (38). Celebrity mom sekaligus Puteri Indonesia 2005 ini menyadari betul betapa penting peran seorang ibu bagi anak dan keluarga kecilnya, sehingga ia memutuskan untuk mempersiapkan diri sebelum sang buah hati, Nadi Djiwa Anggara, terlahir ke dunia pada 22 Februari 2022.
Demi menjadi seorang ibu yang baik, Nadine pun rela berubah. Lantas, apa sajakah perubahan yang terjadi dalam diri istri dari aktor Dimas Anggara (34) tersebut? Berikut wawancara eksklusif M&B bersama Nadine Chandrawinata. Yuk, disimak, Moms!
Yang paling membuat nervous? Semuanya! Tapi dalam arti nervous yang berbeda-beda. Nah, nervous tuh sesungguhnya bukan hal yang menakutkan, melainkan hal wajar karena artinya kita peduli terhadap apa yang akan kita lakukan.
Jadi kalau menyinggung soal nervous, semuanya nervous tapi dengan kondisi yang berbeda dan persiapan yang berbeda juga.
Karena masih pandemi, persiapan yang saya lakukan seperti mengambil kelas-kelas online tentang bagaimana cara memandikan bayi dan perkenalan dengan semua peralatan bayi. Persiapan lainnya, seperti berkenalan dengan badan kita sendiri. Saya jadi tahu, bayi ini saat berada di dalam kandungan seperti apa? Dia dilindungi apa? Serta apa yang bisa dan tidak bisa dikonsumsi ibu? Semua persiapan ini dilakukan melalui kelas online, karena saya juga ingin “berkenalan” dengan badan saya sendiri. Menurut saya, persiapan semacam ini penting, terutama sebagai new mom.
Nah kalau dahulu, mencari informasi biasanya hanya lewat buku. Sedangkan saat ini, banyak yang menyelenggarakan kelas parenting. Lalu juga banyak bidan yang bagus banget, dan mau terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan edukasi.
Menurut saya, menjadi seorang ibu memang harus mempersiapkan diri secara fisik maupun mental. Dan ketika memutuskan untuk menjadi seorang ibu, kita harus tahu apa yang menjadi prioritas.
Pastinya, “kewarasan” seorang ibu juga harus dijaga. Saat menghadapi masalah, kita harus tahu bagaimana cara menenangkan diri lalu baru mengurus anak.
Menyenangkan pastinya. Apalagi Djiwa juga sudah sangat ditunggu-tunggu dan datang pada saat bulan yang tepat. Bulan Februari, yang bertepatan dengan datangnya hari kasih sayang. Dan Djiwa lahir di Bali!
Sesungguhnya, kami tidak memiliki rencana untuk melahirkan Djiwa di Bali. Tapi waktu berjalan dan tiba-tiba kami berpikir ‘Bagaimana kalau kita ke Bali saja’.
Saat itu, kami road trip ke Bali karena di usia kehamilan 7 bulan, saya tidak bisa naik pesawat. Kembali ke Jakarta, saat Djiwa berusia satu bulan. Itu pun dilakukan dengan road trip.
Bagi saya dan Dimas, memiliki anak adalah sesuatu yang menyenangkan meski kami tahu banyak yang harus ditolerir sebagai orang tua. Kami harus memangkas waktu istirahat, waktu kerja, hingga waktu nongkrong. Tapi Djiwa adalah buah hati yang sudah kami tunggu-tunggu, sehingga kami juga tahu mana yang harus diprioritaskan.
Sumber. Jadi yang membuat saya amazed banget dari seorang ibu adalah kita bisa memberi makan kepada anak dari badan kita sendiri, dari ciptaan Tuhan ini. Selain itu, seorang ibu juga bisa melahirkan seorang keturunan. Hal itulah yang membuat saya begitu amazed. Kagum terhadap seorang ibu.
Selain itu, seorang ibu bisa memberikan sumber kehidupan kepada yang lain, terutama bagi anak. Selain itu, kekokohan rumah tangga juga bersumber dari sosok seorang ibu. Semua pengaitnya adalah ibu.
Sama seperti namanya, Nadi Djiwa Anggara, yang mengalirkan kehidupan. Saya harap dia bisa menjadi penyambung bagi kehidupan-kehidupan lain.
Perubahan dalam diri saya? Hmm.. Saya kini menjadi morning person. Jadi lebih teratur. Dulu, saya sulit banget bangun pagi. Tapi sekarang bisa bangun pagi karena Djiwa.
Lalu saya juga lebih sering mempersiapkan segala sesuatu untuk orang lain, seperti untuk Djiwa dan Dimas. Setelah itu, baru saya mempersiapkan untuk diri saya sendiri.
Jadi, saya lebih teratur. Saya jadi memiliki sistem yang lebih baik untuk menjalankan kehidupan berumah tangga.
Dan yang tak kalah penting, saya bisa bilang tidak untuk pergi ke luar rumah atau bertemu teman, karena saya menyadari bahwa ini adalah waktu buat anak. Jadi lebih tahu prioritas dalam menentukan mana yang terbaik.
Dimas menjadi lebih tenang. Dahulu, dia memang sudah memiliki sifat kebapakan walau mungkin tidak terlihat. Tapi sekarang lebih tenang lagi. Lebih kalem.
Saat ini, saya masih mengurus yayasan saya yang bernama Sea Soldier, yaitu yayasan peduli lingkungan yang terdapat di 15 kota di Indonesia. Jadi selain menjalankan peran sebagai ibu, saya juga menjadi salah satu founder di yayasan ini.
Lantas saya juga masih menjadi narasumber di sejumlah event dan di setiap pekerjaan, saya sebisa mungkin membawa Djiwa agar dia tahu bahwa inilah pekerjaan ibunya.
Saya juga kerap membawa Djiwa ke lokasi syuting. Tapi bukan berarti dia harus menjalani profesi yang sama seperti orang tuanya. Dia hanya perlu tahu, orang tuanya kerja apa.
Pastinya bisa memberikan kehidupan dan bisa memberikan ASI bagi Djiwa. Bagi saya, hal itu rasanya luar biasa. Selain itu, bisa melihat proses kehidupan Djiwa day by day membuat saya amazed karena menjadi seorang ibu penuh dengan tanggung jawab
Sebagai orang tua, kita bisa saja memberikan sebagian tanggung jawab tersebut kepada orang lain. Tapi momen dengan anak tidak bisa kembali lagi. Itu momen milik kita, milik seorang ibu dan seorang bapak yang tidak bisa digantikan oleh apapun.
Saya sebisa mungkin dan secepat mungkin, ingin memperkenalkan alam kepada Djiwa karena hal itu memang bagus buat dia. Dari bayi biasanya, anak sudah memperlihatkan dia alergi atau sensitif terhadap apa. Nah Djiwa, hingga saat ini tidak ada sensitif atau alergi terhadap sesuatu sehingga saya cukup berani untuk membawanya ke luar.
Setiap hari, Djiwa diajak berjemur di bawah matahari. Berenang juga hampir setiap hari. Tapi berenang juga diawali dari bak, tidak langsung masuk ke kolam. Lalu saya guyur. Jadi dia terbiasa dengan guyuran dari atas atau air hujan. Lalu memperkenalkan air panas dan air dingin. Saya memang membiasakan Djiwa mandi air dingin.
Dengan membiasakan diri berada di alam, dia juga bisa belajar tekstur, misalnya menginjak tanah, menginjak rumput. Pokoknya supaya Djiwa bisa tahu lebih banyak. Tapi tetap diperhatikan agar tanah atau rumput tidak masuk mulut.
Sebagai orang tua, kita bisa saja memberikan sebagian tanggung jawab tersebut kepada orang lain. Tapi momen dengan anak tidak bisa kembali lagi. Itu momen milik kita.
Karena masih bayi, setiap trip tentu ada rewelnya sedikit. Akan tetapi tidak sering. Malah bisa dibilang, Djiwa jauh lebih tenang saat berada di luar rumah ketimbang saat berada di rumah.
Kalau di rumah, bapak dan ibunya harus lebih pintar entertain dia padahal masih harus mengerjakan hal lain. Sehingga terkadang, Djiwa jauh lebih cranky saat berada di rumah.
Selain itu, Djiwa senang banget ketemu orang baru. Ketemu keramaian, dia suka. Pokoknya Djiwa happy!
Sama seperti namanya, Nadi Djiwa Anggara, yang berarti mengalirkan kehidupan. Saya harap dia bisa menjadi penyambung bagi kehidupan kehidupan lain. Menjadi sosok yang memompa kehidupan.