Masa MPASI adalah salah satu fase yang ditunggu-tunggu oleh setiap ibu. Yuk, simak panduannya agar MPASI Si Kecil berjalan dengan sukses!

Moms, sudah bukan rahasia lagi bahwa ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik bagi bayi Anda sampai ia berusia 6 bulan. Tak ada sumber makanan lain yang dianjurkan selain pemberian ASI, karena ASI mengandung semua kebutuhan energi dan zat gizi yang diperlukan bayi Anda di masa awal kehidupannya, yang juga bermanfaat untuk mendukung tumbuh kembang bayi secara optimal.

  Setelah usia 6 bulan, pemberian ASI saja ternyata sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan nutrisi bayi Anda Moms. Di usia 6 sampai 24 bulan ini, Si Kecil perlu diberikan makanan pendamping ASI atau MPASI untuk memenuhi asupan nutrisinya. Tetapi perlu diingat bahwa peran MPASI ini bukan untuk menggantikan ASI. Moms tetap bisa melanjutkan pemberian ASI pada Si Kecil meski ia telah mengonsumsi makanan tambahan atau MPASI tersebut.

  Saat tiba masa peralihan dari mengASIhi ke masa MPASI, tentunya Moms perlu membekali diri dengan sejumlah pengetahuan terkait MPASI. Karena seiring berjalannya waktu dan zaman berganti, informasi atau penelitian tentang MPASI pasti diperbaharui. Selain dengan mencari sebanyak mungkin informasi terkait MPASI, jangan lupa pula untuk melakukan beberapa persiapan demi kesuksesan pemberian MPASI pada Si Kecil.

  Kali ini, M&B akan memberikan informasi terkait MPASI dan juga cerita sukses para celebrity Moms Indonesia saat memberi MPASI untuk Si Kecil. Simak, yuk!

MPASI From Time to Time

Mungkin Moms pernah mendengar bahwa orang tua dulu sudah memberikan makanan padat atau MPASI saat usia bayi baru tiga bulan dengan menu pisang. Atau justru ada yang mulai memberi MPASI anaknya pada usia 4 bulan. Namun seperti telah disinggung sebelumnya bahwa umumnya pemberian MPASI dimulai saat bayi berusia 6 bulan.

  Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), selain dikarenakan kebutuhan nutrisi bayi baik makronutrien maupun mikronutrien tidak dapat terpenuhi hanya oleh ASI, pada usia ini keterampilan makan (oromotor skills) bayi juga terus berkembang dan bayi mulai memperlihatkan minat akan makanan lain selain susu (ASI atau susu formula). Karenanya dengan memulai pemberian MPASI pada saat yang tepat, ini akan sangat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang bayi.

  Tak hanya soal waktu yang tepat, dari segi menu MPASI yang diberikan pada bayi juga mengalami perubahan. Bila dulu Si Kecil dikenalkan dengan menu tunggal, saat ini menu MPASI 4 bintang lebih dianjurkan karena dinilai lebih baik dalam memenuhi gizi Si Kecil.



Persiapan yang Harus Dilakukan untuk Memulai MPASI

Saat Si Kecil memasuki masa MPASI, Moms pasti sudah tak sabar mengenalkan berbagai makanan pada bayi Anda. Di samping rasa excited, tetapi mungkin rasa khawatir juga menghinggapi Anda. Berbagai pertanyaan muncul di kepala Anda. mulai dari apakah Si Kecil akan menyukai makanan yang diberikan nanti? Apakah makanan ini akan menimbulkan reaksi alergi? Besok bikin menu apa, ya? Duh, kebutuhan nutrisinya sudah terpenuhi belum, ya? Dan masih banyak pertanyaan dan kekhawatiran lainnya.

  Namun, bila Anda sudah melakukan berbagai persiapan sebelum Si Kecil memasuki masa MPASI ini, tentunya Moms akan bisa lebih santai ketika mendampingi Si Kecil menikmati masa MPASI-nya. Nah, persiapan apa saja yang perlu Anda lakukan saat Si Kecil Anda akan memulai MPASI?





Berkenalan dengan Menu MPASI 4 Bintang

Bila dulu bayi diperkenalkan dengan menu tunggaI yaitu menu yang terbuat dari satu jenis makanan saja untuk mengenalkan rasa dan tekstur makanan, kini Anda disarankan untuk memberikan menu MPASI 4 bintang yang memadukan berbagai jenis nutrisi penting, yang bisa mendukung tumbuh kembang buah hati Anda.

  Menu MPASI 4 bintang ini merupakan menu makanan yang terdiri dari empat unsur gizi, yaitu karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayuran maupun buah. Dengan unsur gizi yang ada pada menu MPASI 4 bintang diharapkan kebutuhan gizi anak bisa terpenuhi, meski sebenarnya kebutuhan gizi bayi tidak terbatas pada 4 unsur gizi tersebut saja.

  Sejalan dengan hal ini, sebenarnya IDAI tidak menyarankan pemberian menu MPASI 4 bintang. Pasalnya menu ini hanya memenuhi empat unsur nutrisi saja, sementara nutrisi lain seperti lemak, vitamin, dan mineral juga penting untuk dimasukkan ke dalam MPASI Si Kecil.

  Maka sudah menjadi tugas Moms untuk memastikan kecukupan gizi Si Kecil. Pastikan Moms mengetahui tentang aturan pemberian MPASI yang sehat dan sesuai dengan kebutuhan bayi. Dengan memberikan MPASI dalam jumlah dan komposisi yang tepat, tentu Si Kecil tidak akan mengalami kekurangan gizi dan tumbuh kembangnya berjalan secara optimal. Pemenuhan unsur gizi, baik yang ada di menu MPASI 4 bintang serta nutrisi baik lainnya untuk Si Kecil bisa didapatkan dari sumber makanan berikut:

• Karbohidrat: nasi, roti, gandum, ubi, singkong, kentang, jagung, oatmeal.
• Protein hewani: daging sapi, ayam, ikan salmon.
• Protein nabati: tahu, tempe, jamur, dan kacang-kacangan.
• Sayuran dan buah: bayam, buncis, brokoli, tomat, labu, pisang,jeruk, dan pepaya.
• Lemak sehat: alpukat, telur, minyak zaitun, chia seed.
• Zat besi: hati sapi atau hati ayam, udang, sayuran berdaun hijau.
• Kalsium: susu dan produk susu, misalnya keju dan yogurt.
• Zinc: biji-bijian, kacang-kacangan.
• Vitamin A: wortel, minyak ikan, jagung, pisang.



Ide Menu MPASI 4 Bintang

Saat memberikan MPASI pada Si Kecil, pastikan Anda melakukannya secara bertahap dengan memerhatikan tekstur, jumlah, dan waktu pemberian. Seiring pertumbuhan bayi Anda, tentu jumlah makanan pun akan bertambah.

  Berikut ini ide menu-menu MPASI empat bintang sesuai usia anak yang bisa Anda praktikkan di rumah:


Masalah yang Biasa Terjadi Saat Memulai MPASI

Saat Si Kecil memasuki usia MPASI, Moms tentu ingin agar ia dapat menikmati setiap menu yang diberikan. Sayangnya, proses memberikan makanan selain ASI ini mungkin tidak selalu berjalan mulus. Setidaknya, ada 10 masalah yang bisa terjadi ketika Moms mulai memberikan MPASI untuk bayi Anda, yakni:


1. Memberikan Terlalu Dini

Pada usia 4-6 bulan, secara umum bayi sudah mampu menopang kepalanya sendiri. Kondisi gusi Si Kecil juga sudah mulai mengeras dan nampak gigi yang tumbuh. Sistem pencernaannya juga sudah dapat menyerap jenis makanan yang lebih padat dan berfungsi dengan baik. Meski begitu, Moms tetap harus menahan diri untuk memberikan MPASI secara paksa.

   Biarkan Si Kecil yang menunjukkan minatnya terhadap suatu makanan secara alami. Jika dipaksakan, justru bisa membuatnya stres saat waktu makan tiba. Risiko terjadinya kondisi regurgitasi (naiknya makanan dari lambung ke kerongkongan/mulut) serta obesitas juga bisa meningkat seiring bertambahnya usia anak.


2. Mengabaikan Keamanan

Ada banyak aspek yang perlu Moms perhatikan saat hendak memberikan MPASI. Mulai dari waktu, kebersihan alat makan (termasuk tangan bayi), jenis makanan, hingga cara pemberian yang tepat. Jika diabaikan begitu saja, Si Kecil akan berisiko mengalami infeksi pada saluran cerna, seperti diare dan muntah-muntah. Pemberian MPASI secara asal juga dapat menimbulkan reaksi alergi, perdarahan pada saluran cerna, hingga keracunan makanan.


3. Bayi Menolak Makanan Baru

Ketika Moms memberikan makanan padat untuk pertama kalinya kepada bayi, mungkin ia akan menolaknya. Hal ini tentu wajar terjadi, karena Si Kecil masih belum terbiasa dengan tekstur maupun sensasi rasa dari setiap makanan tersebut. Penolakan juga bisa dikarenakan kondisi bayi yang sudah lelah atau kekenyangan.

   Atasi situasi ini dengan memberikan porsi kecil terlebih dahulu. Kemudian, secara bertahap Moms bisa kenalkan bayi pada berbagai jenis makanan baru dengan tekstur dan rasa yang sama ataupun berbeda. Anda juga perlu mengatur ulang jadwal makan, menyusui, dan istirahatnya di fase awal pemberian MPASI.



4. Gerakan Tutup Mulut (GTM)

Salah satu situasi yang bisa menghambat pemberian MPASI adalah GTM atau gerakan tutup mulut. Ketika bayi mulai menolak dan tidak mau memakan setiap menu yang diberikan, maka Moms harus tahu penyebabnya. Mungkin Si Kecil sedang sakit, baru saja selesai menyusu, atau jadwal makan yang keliru.

   Dari berbagai penyebab ini, Anda pun bisa mencari solusi yang tepat. Salah satunya dengan mengenalkan lebih banyak variasi makanan dan tawarkan hingga anak mampu menerimanya. Pengenalan ini bisa dibarengi dengan makanan kesukaan Si Kecil dengan rasa yang berbeda. Jika usianya di atas 9 bulan, Moms dapat memberikan finger food dengan tetap mengawasinya saat makan.


5. Makan yang Berantakan

Di fase MPASI ini, Si Kecil juga memasuki usia di mana ia makin bersemangat untuk eksplorasi hal baru. Makanan yang ada di hadapannya pun menjadi ‘bahan percobaan’ untuk mengenal rasa, tekstur, serta bau. Jadi, jangan heran saat bayi mulai mengambil makanannya dengan tangan dan tiba-tiba seluruh wajah hingga pakaiannya menjadi kotor. Tak perlu emosi, Moms justru bisa menyiapkan alas sebelum anak makan agar area yang berantakan bisa lebih mudah dibersihkan.


6. Picky Eater

Selain GTM, masalah lain yang juga bisa terjadi saat fase MPASI adalah Si Kecil jadi suka pilah-pilih makanan. Sebutan picky eater ini ditujukan untuk anak yang mungkin belum siap menerima jenis makanan baru atau memang sedang memiliki kondisi yang kurang baik. Kunci mengatasinya tentu dengan kesabaran dari Moms. Tetap kenalkan bayi dengan beragam variasi makanan tanpa memaksanya, ya.


7. Muntah dan Refluks

Meski anak sudah nampak mampu menerima MPASI, bisa saja ia mengalami muntah saat makan. Kemungkinan kondisi ini terjadi karena sistem pencernaan yang belum sempurna hingga menyebabkan refluks (makanan naik kembali dari perut). Karena belum bisa menahan rasa tidak nyaman, makanan yang sudah masuk akan dimuntahkan kembali. Moms dapat mencegah Si Kecil mengalami kondisi ini dengan beberapa langkah, yaitu:

• Coba untuk memberi makan secara perlahan dengan porsi suapan yang tidak terlalu banyak.
• Saat makan, bayi dalam posisi duduk yang baik.
• Kendurkan celana atau popok bayi saat makan.
• Biasakan untuk menggendong bayi dalam posisi tegak setelah makan.


8. Diare dan Konstipasi

Selain karena kondisi tubuh yang kurang baik, beberapa menu MPASI memang bisa menyebabkan bayi alami diare. Di fase awal pemberian makanan ini juga dapat memicu Si Kecil mengalami masalah konstipasi, seperti jarang atau kesulitan buang air besar. Segera konsultasikan ke dokter apa bila diare semakin parah dan muncul tanda-tanda dehidrasi.


9. Alergi dan Intoleransi Terhadap Makanan Tertentu

Setiap tubuh anak mungkin memiliki reaksi yang berbeda pada setiap makanan yang dikonsumsi. Maka, mungkin saja Si Kecil memiliki alergi atau bahkan intoleransi terhadap makanan tertentu yang bisa diketahui pada masa MPASI. Moms bisa mencoba menu yang memicu alergi, seperti susu atau makanan laut. Jika Anda menemukan kecurigaan pada beberapa jenis makanan, pastikan berdiskusi dengan dokter anak untuk mengetahui cara mengatasi yang tepat.


10. Terlambat Kenalkan Pergantian Jenis Makanan

1Keterlambatan Moms mengenalkan berbagai jenis makanan pada Si Kecil bisa menimbulkan masalah, termasuk picky eater. Jika Anda hanya memberikan menu yang disukai anak tanpa menggantinya secara bertahap, maka ia akan lebih mudah menolak jenis makanan lainnya. Hal ini akan membuat anak sulit menerima menu yang variatif dan tentu dapat menghambat tumbuh kembangnya.


Mitos atau Fakta, Ya?

Sebelum menghadapi fase MPASI, Moms tentu sudah mencari tahu banyak informasi dahulu. Tapi, ada beberapa hal yang hanya sekadar mitos dan perlu Anda cari tahu kebenarannya. Dengan begitu, proses pemberian MPASI untuk Si Kecil akan lebih mudah. Sebagai panduan, simak mitos beserta fakta tentang MPASI yang penting untuk Moms ketahui berikut ini:


Rekomendasi Peralatan MPASI Unik untuk Si Kecil

Untuk mendukung proses pemberian MPASI, Moms harus lebih kreatif dalam mengolah berbagai menu untuk Si Kecil. Tapi, peralatan makan yang menarik perhatian anak juga penting untuk disiapkan. M&B punya beberapa rekomendasi peralatan yang unik, lucu, dan pasti disukai Si Kecil untuk mendukung proses pemberian MPASI!


1. HelloMellow

Benda yang cukup penting untuk disediakan saat Si Kecil hendak diberi MPASI adalah bib atau celemek. Fungsinya untuk mencegah noda makanan menempel di baju anak, sehingga usahakan agar ukurannya mampu menutupi seluruh leher sampai ke dada. Moms bisa memakaikan waterproof baby bib dari Hellow Mellow. Bib ini memiliki desain preppy yang menggemaskan, namun berfungsi maksimal karena terdapat kantung yang juga melindungi lantai dari tumpahan makanan Si Kecil. Moms bisa memilih warna Rainwashed atau Seaweed pada bib berbahan polyester Oeko Tex yang terjamin aman saat dipakai anak-anak usia 6 bulan ke atas. Beli di sini


2. Little Kanva (cutlery)

Pemilihan alat makan yang tepat juga akan mampu menarik perhatian anak saat makan. Selain warna yang cerah, bentuk lucu serta bahan yang aman juga wajib Moms perhatikan. Salah satu alat makan unik dari Little Kanva tentu bisa Anda berikan untuk temani Si Kecil menikmati MPASI.

  Beragam bentuk hewan, seperti singa, gajah, domba, koala, maupun rubah bisa menjadi alat makan favorit buah hati. Keamanannya tentu terjadi karena piring beserta sendok dan garpunya terbuat dari bahan kayu jati dan juga mahogani yang sudah food grade dan terjamin keamanannya. Beli di sini


3. Mugu Baby

Saat fase MPASI, Si Kecil tidak hanya belajar mengenal beragam makanan, tetapi juga cara minum selain menyusu. Sebelum menggunakan gelas yang airnya justru akan terbuang ketika dimainkan Si Kecil, berikan saja training bottle terlebih dahulu. Botol minum dari Mugu Baby bisa menjadi pilihan Moms, karena terbuat dari bahan Polypropylene yang sudah terbukti bebas BPA.

  BPA atau bisphenol-A sendiri merupakan zat kimia yang dapat terserap oleh makanan atau minuman. Jika zat ini masuk ke tubuh manusia, maka bisa menimbulkan masalah kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang. Terdapat dua ukuran botol, yaitu 220 ml dan 330 ml yang dilengkapi sedotan dengan gravity ball sehingga bayi tidak mudah tersedak. Training bottle ini juga memiliki pegangan yang didesain ergonomis, sehingga mudah dipegang dengan erat oleh Si Kecil. Beli di sini


4. Oonew

Berapa banyak wadah yang Moms gunakan untuk menyiapkan MPASI Si Kecil? Tak hanya untuk mendinginkan, tapi juga memanaskan bahkan menghaluskan makanan sudah membutuhkan lebih dari tiga wadah. Dan untuk memudahkan Anda melakukan ketiga tahapan itu, gunakan OONEW Baby Insulated Bowl yang hadir dengan warna perpaduan hijau dan oranye.

  Mangkuk ini tidak hanya mampu melakukan tiga hal penting untuk MPASI sehat anak, tetapi juga memiliki desain yang unik. Menggunakan bahan dasar 316 stainless steel yang anti karat pada bagian dalam mangkuk, yang membuatnya kuat dan tahan lama. Selain mampu menghantarkan panas secara cepat dan merata pada menu MPASI, mangkuk ajaib 3in1 ini juga sudah bebas BPA. Beli di sini


5. Kanna

Satu lagi alat makan unik dari Kanna yang bisa Moms pilih untuk mendukung proses pemberian MPASI Si Kecil. Feeding set ini terbuat dari bahan silikon khusus yang sudah teruji bebas BPA dan menjadi tanda bahwa aman dipakai makan oleh anak-anak. Yang istimewa dari alat makan ini adalah bahannya yang lentur namun kuat.

  Bagian bawah dari mangkuknya bahkan mampu menempel di meja, sehingga tidak mudah jatuh jika Si Kecil menggerakkannya saat makan. Warnanya yang tergolong warm sangat cocok untuk Moms yang suka mengoleksi alat makan serta gelas dengan desain sederhana dan warna senada. Beli di sini


6. Beaba

Untuk mengolah makanan menjadi lebih mudah dikonsumsi bayi, biasanya memerlukan peralatan yang terbilang rumit. Dengan perkembangan teknologi, saat ini sudah hadir quick-cooker yang akan memudahkan Moms menyiapkan MPASI dalam waktu cepat serta bertekstur pas untuk Si Kecil. Salah satunya adalah Beaba Babycook Solo dengan pilihan warna yang cantik dan desain yang unik.

  Tak hanya menghangatkan dan mencairkan (defrost), alat ini mampu mengukus lebih dari 3 makanan sekaligus. Selain itu, terdapat juga blender yang bisa menghaluskan menu MPASI dengan tekstur yang pas dan sudah siap hanya dalam waktu 15 menit. Si Kecil jadi tidak perlu menunggu lama deh, Moms! Beli di sini


7. Sugar Baby

Agar Si Kecil menjadi lebih tenang saat makan, tentu dibutuhkan bangku khusus atau high chair yang kokoh. Sugarbaby My Chair (Baby Booster & High Chair) mampu memenuhi kebutuhan kursi Si Kecil dengan 6 fitur kursi makan dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan perkembangan anak. Selain menjadi kursi tinggi, Anda juga bisa mengubahnya menjadi kursi makan di lantai atau diikatkan di kursi makan, sehingga sejajar dengan kursi makan anggota keluarga lainnya.

  Kursi ini sudah memiliki standar keamanan Eropa dan bebas BPA. Keunggulannya adalah dilengkapi dengan bantalan kursi yang empuk serta meja yang dapat dilepas-pasang, sehingga mudah dibersihkan. Terdapat juga tali pengaman 3 titik, yang menjaga Si Kecil tetap duduk dengan baik dan tidak mudah terjatuh saat makan. Beli di sini



Rahasia Sukses MPASI a la Mona Ratuliu


Kesabaran seorang ibu adalah salah satu faktor keberhasilan pemberian MPASI pada anak. Hal inilah yang dikatakan artis cantik, Mona Ratuliu, 39. Pasalnya tak dimungkiri bahwa banyak

tantangan yang akan dihadapi saat masa pemberian MPASI Si Kecil. Ibu dari empat orang anak yaitu Davina Shafa Felisa, 18, Baraka Rahadian Nezar, 12, Syanala Kania Salsabila, 9, dan Numa Kamala Srikandi, 1 tahun 3 bulan, juga mengatakan bahwa makan adalah proses belajar seorang anak dan harus dilakukan dengan senang hati. Nah, kesabaran ibu ini lah yang berpengaruh dalam membuat suasana makan anak menjadi menyenangkan.

  Meski mungkin telah memiliki cukup banyak pengalaman dalam mendampingi anak-anaknya di masa pemberian MPASI, istri dari Artis, Indra Brasco, 46, ini tak henti-hentinya memperbaharui pengetahuannya seputar MPASI, terutama saat putri bungsunya mulai MPASI. Apalagi yang Mona lakukan demi kesuksesan pemberian MPASI pada Si Kecil? Persiapan apa yang ia lakukan saat buah hatinya akan MPASI? Serta bagaimana pula ia menghadapi tantangan yang ada saat masa MPASI Si Kecil, Numa? Simak wawancara eksklusif M&B dengan Mom satu ini!


Adakah perbedaan saat memberi MPASI dari zaman anak pertama sampai anak keempat saat ini?

Ada, dan beda banget! Dulu zaman anak pertama (Mima), saya memberikan pisang dan biskuit bayi yang ditambahkan air, lalu dihaluskan untuk MPASI pertamanya. Kemudian di zaman anak kedua (Raka) dan anak ketiga (Nala), menu MPASI yang diberikan sama, yaitu menu tunggal menggunakan makanan pokok setempat, karena jarak usia mereka hanya berbeda sekitar tiga tahun. Jadi saya kasih nasi yang dihaluskan. Untuk lauk, misalnya daging, dikasihnya dalam beberapa hari saja, misalnya empat hari saja. Nanti kalau tidak timbul alergi, baru saya kasih coba ayam, kalau tidak alergi lagi, lanjut berikan menu baru lainnya.

  Di zaman anak keempat (Numa), saya pikir aturan pemberian MPASI masih sama, ternyata setelah saya update, aturannya sudah berbeda. Tapi menurut saya, aturan pemberian MPASI di zaman Numa lah yang paling masuk akal. Selain lebih baik dari segi pemenuhan gizinya, anak juga jadi lebih cepat beradaptasi dengan makanan yang ada di meja. Kalau dulu kan, menu makanan orang dewasa dan bayi harus berbeda. Jadi kita harus cari menu khusus untuk bayi pada saat itu. Nah kalau sekarang kan tidak, jadi Numa bisa lebih cepat menyesuaikan diri dengan menu makanan orang dewasa.

  Selain itu ada juga perbedaan waktu dalam pemberian MPASI. Waktu zaman Mima, saya berikan ia MPASI di usia 4 bulan, di mana ia juga masih ASI eksklusif. Karena waktu itu sedang di masa transisi aturan pemberian MPASI, dari usia 4 bulan lalu berpindah kebijakannya menjadi usia 6 bulan. Waktu itu saya belum paham sekali kan, jadi saya putuskan untuk memberi MPASI di usia 4 bulan, dan memang waktu itu aturan pemberian ASI di usia 6 bulan ini masih sangat baru. Nah, zaman anak kedua sampai keempat baru deh semuanya sama, saya berikan saat usia 6 bulan.


Bagaimana persiapan Anda saat Si Kecil akan MPASI?

Persiapan pertama tentu ilmu. Kebetulan saya selalu mengikuti aturan kesehatan soal pemberian ASI, baik dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) atau Badan Kesehatan Dunia (WHO). Ibaratnya perlu tahu dulu lah, pakem-pakemnya.

  Kemudian saya berusaha juga untuk memperbaharui informasi seputar MPASI. Karena sebenarnya membuat MPASI itu kan sederhana, apalagi seperti di zaman anak kedua saya dulu, yang hanya diberi menu tunggal dan tidak boleh diberi tambahan gula dan garam sebelum usia satu tahun. Kalau sekarang kan sudah boleh, namun dengan batasan-batasan tertentu, dan sekarang menu MPASI juga bisa disamakan dengan menu makanan orang dewasa, tinggal rasa dan tekstur disesuaikan.

  Zaman dulu juga anak-anak kan, baru boleh makan nasi di usia 1 tahun ke atas. Kalau sekarang anak berusia 9 bulan saja sudah ada yang GTM (gerakan tutup mulut) dan ternyata maunya makan makanan kasar. Mengetahui masalah makan saat masa MPASI ini juga tak kalah penting, agar bila suatu saat anak mengalami masalah makan, ibu bisa mencari solusinya dengan lebih cepat.


Bagaimana pengalaman Numa saat MPASI pertama? Apa makanan yang Anda berikan?

Saat pertama kali MPASI, di usia Numa yang pas menginjak 6 bulan, kami sekeluarga sedang liburan di Bandung. Saat diberikan MPASI, Numa kayaknya masih bingung, karena terlihat dari wajahnya. Waktu itu saya membuatkan menu yang mudah dicari di sekitar tempat menginap saja, jadi saya buatkan nasi, sup daging dan sayur bayam. Saya pilih sup daging karena saat pemberian MPASI kan yang utama perlu diperhatikan adalah zat besinya. Tentunya karena masih pertama kali makan, ya makannya tidak habis. Tapi hari kedua Numa sudah lebih siap menerima MPASI, karena sebelumnya kan kita kasih MPASI sehari dua kali. Jadi ia memang tidak langsung bisa lancar makannya, tapi bagi saya sudah lumayan oke lah di pengalaman makan pertamanya saat itu.

      Faktor keberhasilan pemberian MPASI diantarnya kesabaran ibu, melek ilmu dengan mengikuti akun-akun media sosial yang mengedukasi tentang MPASI  

Bagaimana dengan aturan pemberian MPASI Si Kecil?

Kalau soal waktu makan sebenarnya fleksibel. Meski memang saya setuju bahwa makan di saat yang tepat itu penting. Secara pola asuh juga bila anak memiliki jadwal-jadwal kegiatan setiap harinya dengan tepat waktu itu penting. Jadi setiap ada komitmen ya dia akan komit, misalnya makan di jam sekian, tidur di jam sekian, jadi penting sekali anak memiliki rutinitas seperti itu setiap harinya. Tapi kalau kita menyesuaikan jadwal IDAI di mana harus makan jam 6, kemudian nyatanya Numa bangunnya jam setengah 7 kan mau bagaimana lagi, tidak mungkin dibangunkan kan, Numa-nya.

  Sejauh ini sih, untungnya jadwal makan Numa selalu tepat waktu, dan sehari pasti tiga kali makan. Tapi kalau jadwal ngemil nih, yang agak susah untuk tepat waktu. Karena Numa hobi sekali ngemil, jadi jam ngemilnya random, hehe. Untuk mengakalinya, saya suka beri ia apel yang agak keras, jadi walaupun ia mengunyah terus, tapi ia tidak kekenyangan dan tetap mau makan makanan utama.


      Mengetahui masalah makan saat masa MPASI itu penting, agar bila suatu saat anak mengalaminya, ibu bisa mencari solusinya dengan lebih cepat  

Apa ada drama alergi saat pemberian MPASI pada Si Kecil?

Numa kebetulan alerginya banyak sekali. Mulai dari seafood, telur, sampai produk olahan susu ia tidak bisa makan. Jadi saya cukup merasa terbatas nih, mengelola menu makanannya. Misalnya menu-menu yang pakai bahan dasar susu atau keju itu kan, sebenarnya seru banget ya buatnya, anak- anak biasanya suka, kan. Sudah gurih, bagus untuk membantu menaikkan berat badan anak, sementara Numa tidak bisa makan. Jadi alerginya semacam jadi tantangan buat saya saat masa MPASI-nya sih, karena Numa bisanya makan menu yang itu-itu saja, kan.

  Untuk mengakalinya bisa memang diberi sayur-sayuran. Namun sayuran sendiri kan, sebenarnya bukan prioritas. Sayuran itu biasanya buat camilan atau kalau anak mau belajar makan sayur. Sementara sekarang itu prioritasnya adalah karbohidrat dan protein hewani. Numa sih, mau saja saat diberikan sayur, waktu itu ia pernah ngemil buncis rebus, tapi kalau terlalu keras mungkin akan ia keluarkan dari mulutnya. Bisa juga diberi buah-buahan, dan untungnya Numa memang paling suka makan buah.


Ada masalah makan saat pemberian MPASI pada Numa?

Problem-nya adalah Numa ini suka ngemil tapi tidak suka makan makanan utama. Tiap bulan ada saja deh, drama seperti itu. Untuk mengatasinya, biasanya saya cari tahu kenapa ia tidak mau makan. Misalnya ia sempat tidak mau makan karena ternyata mau tumbuh gigi, kalau begini kan mau bagaimana lagi ya, harus dilewati prosesnya. Akhirnya saya coba beri makanan-makanan dingin agar gusinya nyaman.

  Cara lainnya saat mengatasi anak tidak mau makan saya coba buatkan menu-menu baru, karena nampaknya Numa senang merasakan makanan baru dan cepat bosan dengan rasa makanan yang sama. Jadi kalau anak GTM, saya biasanya coba-coba aja dulu beri dia beberapa makanan berbeda dan berusaha memberikan stimulasi agar ia mau makan makanan utamanya.


Menurut Anda apa faktor keberhasilan saat pemberian MPASI?

Faktor keberhasilan pemberian MPASI yang utama tentu kesabaran seorang ibu. Karena tantangan saat memberi MPASI itu pasti banyak sekali. Ibu juga harus tahu bahwa makan itu adalah proses belajar. Jadi anak itu tidak bisa pintar makan secara tiba-tiba. Begitupun dengan mengunyah dan menelan, semua ini berproses. Makanya tak heran kita suka lihat kenapa anak gemar mengemut tangannya, atau memasukkan benda ke dalam mulut sebelum MPASI.

  Selain itu, ibu juga harus banyak akal. Kalau sekarang kan, enak sekali ya ada media sosial, bisa sharing tentang MPASI, mungkin kita juga bisa mengaplikasikan tips-tips dari para ibu-ibu lain dalam mendampingi anak di masa MPASI.


Ada tips agar sukses saat memberi Anak MPASI?

Selain melek ilmu, mungkin Moms bisa mengikuti akun-akun media sosial yang mengedukasi tentang MPASI atau praktisi kesehatan, dokter anak khususnya. Misalnya, kalau saya follow akun Instagramnya dr. Meta Herdiana Hanindita, Sp.A (K), juara banget lah, beliau pokoknya. Beliau

      Mengetahui masalah makan saat masa MPASI itu penting, agar bila suatu saat anak mengalaminya, ibu bisa mencari solusinya dengan lebih cepat  

tidak putus-putusnya memberikan edukasi ke pengikutnya, pun tentang MPASI ini. Terkadang kan, beliau juga suka membuat kuis di Instagram story-nya, saya coba ikuti dan ternyata saya masih suka salah jawab. Iseng-iseng ikut kuis ini kan jadi wadah untuk mengasah pengetahuan kita sebagai ibu, ya. Karena terkadang baca satu kali saja belum tentu langsung mengerti, namanya juga ibu-ibu kan, bacanya sambil mengasuh anak. Tapi kalau berkali-kali, nantinya kan, akan tahu dan paham juga.

  Tak lupa juga, cari tahu sebanyak-banyaknya tentang MPASI, entah dasar-dasarnya, masalah-masalah makan pada anak, misalnya mengatasi anak GTM, menstimulasi anak agar bisa mengunyah atau menelan, serta semua hal yang berkaitan dengan MPASI. Terakhir, semua kembali pada kesabaran ibu. Karena waktu makan itu kan harus menyenangkan, jadi jangan sampai anak malah membenci waktu makan, misalnya karena dimarahi ibunya terus saat makan, ini kan bisa membuat anak trauma. Jadi kesabaran juga berpengaruh agar ibu juga bisa membuat suasana makan anak menjadi menyenangkan.


MPASI Tanpa Disuapi a la Alice Norin


Memilih untuk memberikan MPASI tanpa menyuapi Si Kecil dipilih Alice Norin (34) untuk kedua puterinya, Alita Naora Lawi dan Alana Naira Lawi. Ibu sekaligus model dan aktris ini pun memiliki alasan saat memilih metode baby led weaning atau BLW.

  Alice sudah menerapkan pemberian MPASI secara BLW sejak Alita memasuki usia 6 bulan. Sayangnya, cara ini kurang berhasil saat diterapkan pada sang anak pertama. Meski begitu, nyatanya metode ini dapat diterapkan dengan baik pada tumbuh kembang Alana. Lalu, apa alasan Alice menggunakan metode BLW sebagai cara untuk memberikan MPASI kepada kedua buah hatinya? Simak cerita eksklusif M&B bersama Alice Norin berikut ini yuk, Moms!


Apa tantangan di masa menyusui hingga memasuki fase MPASI?

Proses menyusui anak pertama saya, Alita cukup lancar karena saya bisa sampai menyediakan stok ASI selama satu bulan. Lalu masuk fase MPASI, saya menerapkan metode baby led weaning (BLW) pada Alita. Sayangnya, hal ini kurang berhasil dengan baik.

  Berbeda dengan anak kedua, Alana di mana saya justru tidak dapat menyetok ASI. Pada proses menyusui pun beberapa kali puting saya lecet karena Alana lebih sering menyusu dengan dot dan botol dibandingkan direct breastfeeding. Saya sampai harus ke konselor laktasi berkonsultasi dan menangani kondisi tersebut dengan menggunakan nipple silicone. Tetapi mengejutkannya, proses MPASI Alana dengan BLW yang dijalankan saat ini justru bisa dibilang cukup berhasil.


Adakah kesulitan dari penerapan metode BLW?

Walaupun BLW memiliki prinsip “membebaskan anak makan apa saja”, tapi variasi makanan yang diberikan juga harus sama banyaknya. Hal ini yang membuat penerapan BLW pada Alita hanya berjalan sekitar 50 persen. Ya, pada saat itu ilmu saya mengenai metode ini memang masih belum sempurna.

  Karena alasan itulah saya berusaha untuk menerapkan metode ini pada Alana dengan sebaik mungkin. Pemberian buah dan menu makanan lain pun dibuat semakin beragam, misalnya spaghetti disajikan saat masih hangat serta yang sudah didinginkan dahulu. Dengan begitu, lidah Si Kecil akan mengenal berbagai macam rasa hingga tekstur sejak dini dan mau mencoba beragam menu lainnya ketika semakin besar.


Mengapa memilih BLW?

Saya mengikuti kelas sebagai panduan untuk menerapkan MPASI dengan metode BLW yang diadakan oleh seorang ahli gizi dari Amerika. Meski harus belajar tengah malam mengikuti jam dari negara tersebut, ada beberapa alasan khusus yang membuat saya memilih metode ini. Pertama, saya ingin anak saya menjadi independent eater. Kedua, BLW nyatanya mampu mencegah anak menjadi picky eater nantinya.

Bagaimana persiapan di awal fase MPASI?

Dari proses ini, saya belajar bahwa yang paling utama adalah kesiapan anak untuk bisa makan sendiri. Seperti kemampuannya untuk duduk tegak saat makan dengan metode BLW ataupun ibu yang menyuapi anak. Jadi, persiapannya lebih ke Alana yang sudah mulai menunjukkan sejak usia 6,5 bulan.

  Saya juga tidak memaksakan anak untuk makan satu porsi mangkuk yang sudah disiapkan. Karena lambung anak yang masih kecil, jadi rasa kenyangnya juga lebih cepat datang. Dan perlu diingat bahwa ini masih makanan pendamping ASI, jadi saya masih mengutamakan pemberian ASI hingga Alana sudah bisa disapih nanti.


Seperti apa panduan menerapkan metode BLW?

Dari metode BLW, tidak ada aturan khusus yang menyulitkan saya memberikan MPASI pada anak. Namun, dianjurkan kurang lebih ada 100 jenis makanan yang sebisa mungkin sudah dikenalkan pada bayi di awal MPASI hingga usia di bawah satu tahun. Mulai dari buah, sayur, daging merah, seafood, ikan, ayam, dan makanan lain yang diolah.

  Panduan yang saya dapat pun masih terbilang cukup umum untuk dilakukan oleh ibu lain juga. Misalnya, jenis makanan yang bisa diberikan untuk tahap satu bulan pertama. Bahkan ada juga tips and trick yang bisa membantu proses makan jadi lebih lancar. Intinya, tujuan dari BLW ini mengenalkan Si Kecil dengan banyak makanan hingga ia mengetahui apa saja yang bisa ia santap dan yang mungkin ia sukai.Selain itu, panduan BLW yang juga penting adalah tidak menggunakan gula, garam ataupun penyedap rasa lainnya pada MPASI untuk anak di bawah usia 1 tahun. Sebab, keduanya dapat mempengaruhi perkembangan otak anak dan membuat anak jadi suka ‘ngemil’ saat bertambahnya usia.

  Saya tentu tidak mau Alita maupun Alana jadi makan terlalu banyak hanya karena merasa perlu makan ‘menu manis’ setelah menyantap ‘menu gurih’. Ini yang bisa memicu mereka alami obesitas serta penyakit berbahaya lainnya. Jadi, saya memang harus menyiapkan serta mengolah menu MPASI Si Kecil sendiri, termasuk saat mengajak mereka jalan-jalan.

      The more we read and learn tentang fase MPASI, proses pemberiannya pada Si Kecil tentu akan maksimal  

Pernahkan anak alami GTM (Gerakan Tutup Mulut)?

Bagi saya, penerapan metode BLW untuk MPASI Si Kecil justru tidak menyebabkan ia mengalami GTM. Yang terpenting adalah penyajian makanan yang aman, mencuci tangan anak sebelum makan, dan jadwal makan yang teratur sejak awal.Dengan begitu, anak sudah siap saat waktu makan tiba. Menu yang diberikan juga saya ubah setiap beberapa hari sekali supaya Alana tidak cepat bosan.

  Metode BLW juga nyatanya dapat membantu ibu mengetahui reaksi alergi yang anak alami pada makanan. Beruntungnya, sampai saat ini Alana belum menunjukkan tubuhnya alergi pada makanan tertentu.


Apa faktor keberhasilan dari MPASI menurut Anda?

Bagi saya, ilmu yang saya sebagai ibu miliki bisa diterapkan dengan baik pada fase MPASI anak. Jika perlu, sejak hamil seorang ibu sudah mencari tahu trik pemberian MPASI yang baik untuk anaknya sendiri.

  Saya sendiri melakukan riset dari sumber-sumber yang pasti, mempelajarinya dan jika perlu, berdiskusi dengan teman-teman untuk saling bertukar pikiran. The more we read and learn tentang fase MPASI, proses pemberiannya pada Si Kecil tentu akan maksimal.

  Selain itu, support system dari keluarga bahkan pengasuh anak juga mendukung keberhasilan memberikan MPASI pada Alana saat ini.


      Penting untuk diingat bahwa Si Kecil yang berusia 6 bulan masih menerima ASI, yang ditambahkan makanan pendamping untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya  

Adakah tips agar fase MPASI Si Kecil sukses?

Selain banyak riset dan diskusi, kita sebagai ibu juga perlu memiliki tujuan akhir untuk masa depan Si Kecil. Seperti saya yang ingin anak-anak bisa menikmati makanan apapun tanpa rasa geli sebelum mencobanya. Tapi pastikan bahwa anak memang mendapatkan asupan yang cukup, tidak berlebihan atau kekurangan.

  Karena penting untuk diingat bahwa Si Kecil yang berusia 6 bulan masih menerima ASI, yang ditambahkan makanan pendamping untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Jadi, tidak apa-apa kalau Alana tidak makan nasi, selama dia bisa mendapatkan karbohidrat dari kentang atau pasta. Porsinya juga tidak harus satu mangkuk makan penuh, tetap perlu disesuaikan dengan kemampuan makan Si Kecil yang tentunya masih menyusu.

  Jadwal dan durasi makan baiknya juga disesuaikan dengan usia anak. Seperti di awal MPASI, Alana hanya makan sekali sehari, hanya untuk mengenalkan sekaligus membiarkannya eksplorasi makanan yang diberikan. Seiring bertambahnya usia, jadwal dan durasi makan anak bisa ditambah secara bertahap sampai 3 kali sehari di luar jadwal menu camilan, ya.

      Tujuan dari metode BLW adalah mengenalkan banyak makanan kepada Si Kecil yang bisa mencegahnya menjadi picky eater  

  Terakhir, kita sebagai orang tua juga perlu memberikan contoh kepada anak secara langsung. Jika ingin anak suka sayur, biarkan dia mencicipi salad yang sedang Moms nikmati. Tapi, misalnya Moms tidak suka menu olahan keju, makanan ini tetap perlu dikenalkan kepada anak. Lakukan proses pemberian MPASI senyaman dan sudah sesuai dengan target kita agar Si Kecil bisa memiliki tumbuh kembang yang optimal.



© 2021 Motherandbaby Indonesia