Riafinola

Riafinola Ifani Sari (43), atau yang dikenal dengan sapaan Nola Be3, tidak menyangka akan mendapat ‘kejutan manis’ pada masa pandemi ini. Setelah dikaruniai 3 orang anak yang sudah menginjak remaja, penyanyi sekaligus istri dari Baldy Mulya Putra (43) ini kembali hamil.
Riafinola

Ada rasa khawatir terbesit di benak Nola mengingat dirinya hamil di usia yang sudah tidak terlalu muda lagi. Belum lagi, Nola juga sempat bingung bagaimana memberitahukan kabar bahagia ini kepada sang suami dan ketiga buah hatinya, Adyla Rafa Naura Ayu (16), Adyano Rafi Bevan Putra (14), dan Anodya Shula Neona Ayu (12). Lantas bagaimana reaksi mereka saat mengetahui akan memiliki adik lagi? Dan bagaimana cara Nola menghilangkan keresahannya saat mengetahui hamil anak keempat? Untuk mengetahui kisahnya, simak wawancara seru Mother & Beyond bersama Nola berikut ini.

Bagaimana perasaannya saat mengetahui hamil anak keempat di usia 42 tahun?

Perasaannya? Ehm… awalnya, jujur takut. Takut banget karena tidak pernah menyangka, tidak pernah berpikir bisa hamil lagi di usia 42 menuju 43. Apalagi saya dan Baldy tidak pernah berencana untuk menambah momongan. Dan tidak pernah juga memprogram untuk memiliki anak lagi.

Akan tetapi semuanya kembali lagi ditentukan oleh Allah. Allah yang berkehendak walaupun awalnya ketika mengetahui hasil test pack kaget banget dan tidak tahu harus bagaimana. Badan sempat gemetaran. Ditambah lagi, saya punya gangguan tiroid dan langsung berpikir, wah kalau hamil lagi pasti harus cek segala macam. Cek darah lah, cek hormon.

Saya juga baru menyadari selama bulan puasa kok tidak pernah menstruasi hingga mendekati Lebaran. Maka saya pun iseng membeli test pack. Begitu melihat hasil test pack, perasaan saya bercampur aduk. Bingung mau ngomong ke suami bagaimana karena saya memang fokus untuk membesarkan anak-anak. Apalagi sebentar lagi ada yang mau kuliah, mau SMA, dan ada yang baru SMP. Jadi benar-benar fokusnya ke arah situ dan karier anak-anak. Jadi benar-benar tidak kepikiran.

Saya menunggu dua hari setelah mengetahui hasil test pack hingga akhirnya memutuskan untuk memberitahu soal kehamilan ini. Karena saya sendiri butuh waktu untuk menenangkan diri terlebih dahulu. Dan cara memberitahunya juga langsung ke suami sekaligus anak-anak.

Riafinola

Apakah ada kekhawatiran tertentu yang berkaitan dengan usia Anda dan hamil pada masa pandemi?

Kekhawatiran pasti ada karena kalau saya baca tentang wanita yang hamil di atas usia 35 atau 40, pasti ada risikonya. Awalnya semua itu sangat mengganggu, hingga akhirnya saya ke dokter melakukan pemeriksaan, cek darah, tokso, tiroid dan segalanya. Alhamdulillah hasilnya baik. Dilihat dari bulan ke bulan melalui USG, pertumbuhan bayinya pun sesuai. Makanya yang awalnya sangat khawatir, lama-kelamaan saya menjadi lebih lega. Saya menjadi lebih tenang.

Selain itu, ternyata banyak juga ibu-ibu di media sosial yang memberikan kekuatan dan doa. Dan ternyata banyak ibu yang usianya di atas saya yang baru dikaruniai anak dan mereka bisa tetap melahirkan bayi yang sehat. Hal ini menjadi salah satu kekuatan yang membuat saya yakin dan optimis.

Riafinola

Bagaimana reaksi suami?

Reaksi suami? Dia kaget banget. Dia juga shock awalnya karena memang tidak pernah merencanakan kehamilan keempat ini. Dan dia sempat yang diam saja selama beberapa hari karena khawatir. Tidur pun sempat memunggungi saya karena mungkin bingung harus bersikap bagaimana. Maklum, segala rencana mulai dari asuransi dan lain sebagainya sudah diatur oleh suami.

Namun kembali lagi seperti saya bilang, kalau Allah sudah berkehendak ingin memberikan tambahan anak untuk kita, ya berarti memang sudah ketentuan-Nya. Akhirnya, suami juga dengan senang hati menerima kehamilan ini.


riafinola
riafinola
riafinola
riafinola

Bagaimana reaksi anak-anak saat mengetahui mereka akan memiliki adik lagi? Siapa yang paling antusias menanti kehadiran sang calon bayi?

Anak-anak sih pastinya senang, ya. Naura sampai nangis dan Neona juga. Bevan, seperti suami saya, sempat khawatir karena mamanya sudah usianya sudah tidak muda lagi. Setelah saya periksa ke dokter, baru deh, anak-anak jadi pada tenang, semakin happy, dan antusias banget. Saking antusiasnya, anak-anak diberi uang jajan untuk belanja di online shop malah membeli baju bayi buat calon adiknya. Kalau orang dahulu bilang kan, baru boleh belanja saat usia kandungan di atas usia 7 bulan. Tapi anak-anak belum mengerti jadi mereka main belanja-belanja saja walaupun belum tahu jenis kelaminnya apa.

Si bungsu, Neona, saat ini sudah berusia 12 tahun? Kira-kira masih ingat cara mengasuh bayi saat adiknya lahir?

Alhamdulillah, saya masih ingat cara mengasuh bayi. Masih ingat cara memandikannya. Masih ingat rangkaiannya lah, seperti menyusui dan lain sebagainya, karena sebelumnya saya mengurus sendiri ketiga anak saya. Mengasuh mereka sendiri jadi insyaallah masih ingat.

  Tapi bukan berarti saya santai-santai saja dan tidak belajar lagi. Saya tetap harus mencari tahu perkembangannya, karena tentunya banyak hal yang berubah dalam mengasuh bayi.

Ada persiapan khusus untuk menyambut kelahiran calon bayi?

Persiapan khusus sepertinya tidak ada. Saya hanya mempersiapkan kondisi kesehatan agar lebih baik. Lalu pada kehamilan ini, lebih berusaha menjaga konsumsi makanan yang lebih sehat. Dan selama PPKM juga berusaha untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan di rumah agar hati kita juga tetap senang sebagai seorang ibu.

       Saat mengetahui hasil test pack, saya kaget. Kaget banget dan tidak tahu harus bagaimana. Badan gemetar. Tapi segalanya sudah ditentukan oleh Allah SWT  

Naura kini berusia 16 tahun, Bevan 14 tahun, dan Neona 12 tahun. Bisa diceritakan pengalaman mengasuh dan membesarkan mereka sejak bayi? Apa perbedaanya?

Bagi saya, tidak ada perbedaan dalam mengasuh Naura, Bevan, maupun Neona. Sejak mereka lahir, semua selalu saya bawa ke mana- mana. Saya menyusui hingga dua tahun, bahkan Neona mendapatkan ASI hingga 2 tahun 10 bulan. Jadi saya melakukan segalanya dengan tangan sendiri, termasuk soal pemberian MPASI (makanan pendamping ASI) mereka. Walau ada show ke luar kota, saya tetap membawa anak- anak dan memasak untuk mereka sebelum bernyanyi.

Jadi soal cara mengasuh ketiganya mungkin tidak ada yang berbeda. Hanya saja, Naura lebih cranky waktu kecil karena akan langsung menangis jika berpisah dari saya. Tapi Bevan dan Neona tidak.

Riafinola
Riafinola

Apakah pernah menemui kesulitan saat membesarkan Naura, Bevan, maupun Neona?

Tidak, sih. Tapi tentunya setiap orang tua pernah mengalami naik dan turun dalam membesarkan anak karena orang tua tidak selalu benar. Jadi saat anak-anak bertumbuh, orang tua juga belajar bertumbuh. Anak-anak bertumbuh menjadi manusia dewasa, sedangkan orang tua bertumbuh agar bisa menjadi sosok yang lebih matang. Jadi buat saya, sebaiknya orang tua sama-sama belajar agar tidak menemui kesulitan dalam membesarkan anak-anak.

Apa pengalaman paling berkesan atau tak terlupakan saat membesarkan Naura, Bevan, dan Neona?

Semuanya berkesan karena membesarkan anak adalah anugerah. Bisa dekat dengan anak juga anugerah. Jadi, segala pengalaman menjadi seorang ibu sangat berkesan bagi saya.

Riafinola

Pernahkah menghadapi sibling rivalry di antara anak-anak? Bagaimana mengatasinya?

Pastinya adanya momen seperti itu. Anak-anak merasa bersaing antara yang satu dengan yang lain. Tapi yang paling penting, saya merasakan bahwa rasa saling sayang mereka jauh lebih kuat daripada apapun. Seperti misalnya, Naura sedang mempersiapkan pendaftaran untuk kuliah, Neona sudah sedih dan mellow. Padahal kakaknya juga tidak ke mana-mana dan baru akan kuliah tahun depan. Dan Neona tuh, benar-benar mendampingi kakaknya, membantunya. Hal kecil semacam itulah memiliki efek besar bagi saya, karena menunjukkan bahwa anak-anak semakin sayang.

Apakah tantangan terbesar menjadi seorang ibu dan bagaimana menghadapinya?

Ego dan sikap posesif seorang ibu yang sulit untuk dihindari. Dan menurut saya, hal itu adalah sesuatu yang alami. Jadi buat saya penting untuk dekat dengan anak, bisa berkomunikasi dengan baik, bisa mengerti mereka, dan mereka juga bisa mengerti kita sebagai orang tua. Selain itu, kita juga harus bisa menerima hal-hal yang enak maupun tidak enak sebagai orang tua.

  Sesungguhnya, semua itu bisa dilakukan melalui proses. Tapi tantangan terbesar adalah bagaimana kita bisa berbesar hati terhadap hal yang mungkin membuat kita terkejut, seperti betapa cepat anak-anak tumbuh besar.

  Misalnya Neona, kayanya cepat sekali waktu berlalu dan sekarang dia sudah mulai akil baligh. Padahal, terkadang kita masih memperlakukan dia seperti anak kecil yang tidak bisa apa-apa. Di sisi lain, sikap seperti itulah yang sering kali membuat anak terbatas untuk melakukan apa yang sebenarnya mereka bisa.

Bagi saya, menjadi seorang ibu tentunya harus mencoba dekat dengan anak. Dengan begitu, kita akan tahu apa kebutuhan mereka. Lalu mereka juga bisa jujur dan kita harus bisa menerima koreksi dari anak-anak. Kalau memang salah, tak ada salahnya orang tua untuk meminta maaf. Dan ketika ada miskomunikasi sebaiknya dibicarakan sehingga tidak ada pemisah antara orang tua dan anak-anak.

Tips membagi waktu dan perhatian untuk ibu yang memiliki banyak anak?

Anak saya baru mau empat lho, belum banyak, hehehe… Selama masa PPKM seperti saat ini kita semua di rumah saja dan melakukan segalanya se-natural mungkin. Kita memang bisa melakukan segalanya bersama-sama. Namun di usia anak-anak saat ini, mereka lebih membutuhkan privasi. Anak-anak sudah terbiasa bercerita. Tapi ketika mereka ingin menjaga privasinya, kita juga harus mengerti.




© 2021 Motherandbeyond Indonesia