Ringgo Agus Rahman (41) pernah menjadi seorang penyiar radio, anak band, dan saat ini aktif sebagai aktor dari berbagai film dan series berkualitas. Ringgo pun dikenal sebagai aktor yang sering kali memerankan karakter humoris dan menyenangkan. Sedikit berbeda di kehidupan nyata, ia adalah sosok ayah yang tidak hanya lucu, tapi juga sangat ‘bucin’ pada sang istri, Sabai Morschek (35), dan kedua anaknya, Bjorka (7) dan Mars (3).
Semenjak menjadi ayah, Ringgo selalu berusaha untuk hadir dalam setiap momen berharga dari kedua putranya. Bahkan, ia rela mengurangi hobi diving dan ‘motoran’ untuk menemukan aktivitas seru yang bisa dilakukan bersama sang anak. No wonder Ringgo bisa disebut juga ‘a loveable father’. Berbagai cerita kedekatan Ringgo Agus Rahman yang menjadi wajah Digital Cover sekaligus Dads Of The Year Mother & Beyond 2023 ini, bisa Moms intip dalam wawancara eksklusif berikut!
Pengantar-jemput anak yang handal, yang tahu mainan yang pasti disukai anak, dan suami yang konsisten bikin kesal istri.
Yang paling pasti sih, karena mengantuk, ya. Tapi selain itu, Mars juga sudah bisa menggunakan otaknya untuk membuat trik manipulasi, nih. Terkadang, dia pakai triknya itu supaya hal yang dia inginkan tuh, bisa terpenuhi, gitu. Mars juga masih suka tantrum, tapi sudah makin jarang sekarang.
Dia lagi suka banget mainan tembak-tembakan yang belinya di pasar itu. Kalau tembakan yang lebih canggih, Mars belum kuat untuk tarik katupnya, jadi susah untuk maininnya. Nah, kalau tembakan yang murah tuh, gampang dimaininnya. Kalau lagi video call, dia suka pamer tembakannya sambil bilang, “Mars punya tembakan keren, lho!”.
Sekarang pun saya suka ngobrol sama dia, terlebih karena cara bicaranya Mars memang bikin gemas juga. Beberapa hari lalu pun, dia sempat bilang “Baba tidur di sebelah aku aja. Jangan pindah-pindah”. Kami berempat memang masih tidur bersama dan biasanya yang tidur di sebelah dia adalah Sabai. Jadi, saat Mars bilang begitu, saya sampai terharu.
Saya dengan Bjorka tuh, punya bahasa cinta yang bisa dibilang unik. Ketika saya bilang, “I love you, Bjorka”, dia akan jawabnya, “I hate you, Baba”. Kalau ini dianggapnya lucu, ya buat anak-anak saya tentunya tidak. Hahahaha…
Saya adalah ayah yang selalu ingin jadi teman main anak-anak. Bahkan sampai nanti Bjorka dan Mars dewasa, saya ingin bisa jadi tempat mereka curhat soal apa pun, termasuk saat mereka suka dengan lawan jenis. Jadi, mereka bisa banyak cerita sama Babanya.
Saya sih, tidak merasa jadi sosok bapak yang humoris, tapi justru bapak yang selalu khawatir tentang anak-anaknya.
Saya baru menyadari kalau ternyata parenting itu adalah sesuatu yang tidak habis dipelajari dan selalu ada hal yang baru, ya. Saya banyak belajar dari adik ipar yang juga seorang psikolog anak. Dari sini pun saya merasa mungkin melakukan beberapa kesalahan dalam hal parenting.
Saya dan Sabai tentunya memperlakukan anak, yang idealnya sama (tanpa membedakan). Tapi, memang kedua anak ini punya karakter dan kepribadian yang berbeda. Jadi dalam parenting, yang pasti saya berusaha untuk selalu hadir di setiap tumbuh kembang mereka dan anak-anak juga menyadari bahwa ayahnya juga selalu ada untuk mereka.
Sekarang, saya tidak bisa menikmati waktu liburan atau banyak momen lainnya kalau tidak bersama dengan anak-anak dan istri. Walaupun ribet, capek, bahkan kalau saya dan istri berantem saat liburan, itu tetap jadi momen yang seru kalau ada anak-anak.
Mungkin ada satu saat di mana Bjorka selalu bilang, “Baba, ayo tidur!” di malam hari. Sebenarnya, yang disuruh tidur itu dia, karena besoknya dia harus sekolah. Tapi, ketika dia mengajak saya tidur pun saya tidak mau menolaknya. Ajakan itu saya anggap sebagai cara Bjorka untuk menunjukkan rasa sayangnya ke saya.
Saya merasa punya banyak ketakutan tentang anak-anak akan menjadi apa. Kayak bagaimana cara untuk membuat anak-anak bisa menyesuaikan dengan situasi dunia yang bahkan saya pun semakin enggak mengerti ini. Bjorka dan Mars juga bisa jadi seseorang yang baik, juga tidak terjebak dengan pemahaman kalau materi itu segalanya. Mereka bisa kuat, tetap bertahan, dan juga menikmati setiap fase dalam kehidupan mereka.
Saya tidak tahu kategori ayah yang sukses itu seperti apa. Apakah tersenyum bangga ketika anak mencapai sesuatu, atau rasa bangganya muncul saat anak menikah. Atau enggak usah jauh-jauh, bagaimana bangganya seorang ayah saat melihat anak lulus SD, deh. Belum tahu sih, perasaannya dan jadi semakin enggak sabar untuk suatu saat nanti bisa merasakannya juga.
Saat Bjorka pertama kali melangkah itu saya sedang tidak bersamanya, walaupun sempat video call. Tapi setelah itu, saya langsung pulang untuk melihat langsung. Rasa bahagianya pasti ada, tapi juga ada penyesalan karena jadi kehilangan satu momen yang berharga banget.
"Meski sudah banyak belajar, saya merasa mungkin masih melakukan kesalahan dalam hal parenting. Dan saya baru menyadari kalau ternyata parenting itu adalah sesuatu yang tidak habis dipelajari dan selalu ada hal yang baru."
Jadi suami dari seorang Sabai itu mudah sekali. Saya tidak merasa dituntut apa pun dan bahkan sudah diberi kepercayaan sepenuhnya saja. Kita juga tidak pernah bertengkar di depan anak-anak, walaupun kalau sedang kesal, ya diam-diaman juga. Dari sisi finansial juga kita tidak memisahkan penghasilan masing-masing. Yang penting sama-sama tahu dengan jumlah pemasukan dan pengeluaran apa pun, semua diobrolin.
Inilah kenapa pentingnya obrolan di masa penjajakan (pendekatan) saat saya dulu pacaran dengan Sabai. Saya bisa menemukan partner yang cocok dalam segala hal, terutama dalam hal ngobrol dan membahas sesuatu. Kita berdua tidak punya hal yang perlu ditutupi atau dihindari, jadi apa pun topiknya pasti bisa jadi bahan obrolan.
"Inilah kenapa pentingnya obrolan di masa penjajakan (pendekatan) saat saya dulu pacaran. Saya bisa menemukan partner yang cocok dalam segala hal, terutama dalam hal ngobrol dan membahas sesuatu."
Kalau versi saya, saya agak mengurangi waktu untuk melakukan hobi yang memang hanya saya sendiri atau berdua saja dengan istri yang bisa nikmati. Sekarang, justru saya sedang mencari di mana anak-anak bisa ikut menikmatinya juga. Punya hobi sendiri juga tidak masalah, asalkan jangan sampai menyita waktu sampai lupa dengan keluarga.
Seperti hobi memotret, objek yang saya ambil adalah anak dan keluarga saya, atau tracking ke jalur yang pendek-pendek juga seru. Kegiatan ini yang mungkin juga bisa jadi hobi yang intinya bisa dilakukan dan menyenangkan untuk kita berempat.
Yang tidak disangka adalah anak-anak ingat setiap hal kecil yang mereka dapat ketika melakukan suatu kegiatan bareng-bareng. Dan keribetan saat bepergian bersama inilah yang justru jadi hal yang paling saya suka.
Jadi, hanya sekadar jalan-jalan di CFD sekeluarga pun sudah bisa jadi quality time dan pasti akan mereka ingat sampai kapan pun. Karena anak-anak pastinya nanti akan punya dunianya sendiri, jadi sekarang dinikmati saja setiap momen kecil dan berharga bersama mereka. M&B