Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Hamil Anggur, Penyebab, Gejala, dan Cara Menanganinya

Hamil Anggur, Penyebab, Gejala, dan Cara Menanganinya

Moms, Anda mungkin pernah mendengar tentang istilah hamil anggur. Hamil anggur atau dalam istilah medis disebut mola hydatidosa adalah kondisi di mana telur yang telah dibuahi sperma tidak berkembang menjadi janin normal.

Memang, belum banyak orang yang mengetahui penyebab dari kondisi ini. Hamil anggur disebabkan adanya ketidakseimbangan kromosom saat kehamilan. Sel telur yang sudah dibuahi tidak berkembang secara normal, begitu pula dengan plasenta yang tidak berkembang secara normal.


Penyebab Hamil Anggur

Hamil anggur merupakan kehamilan yang gagal, karena terdapat kelainan pada proses perkembangan di sel telur. Pada kasus hamil anggur, kondisi sel telur yang telah dibuahi sperma tidak berkembang menjadi janin normal, begitu pula dengan plasenta yang tidak berkembang secara normal. Hal tersebut membuat janin tidak tumbuh dalam rahim.

Sel telur yang tidak berkembang tadi akhirnya membentuk sekumpulan kista atau gelembung berwarna berisi cairan dan memiliki bentuk seperti anggur putih. Ukuran rahim juga tampak lebih besar daripada usia kandungan sesungguhnya.

Kondisi ini sebenarnya termasuk yang jarang terjadi, namun bisa dialami oleh wanita yang hamil di atas 40 tahun. Wanita yang berusia di bawah 20 tahun, kekurangan protein, atau menderita penyakit kronis juga bisa mengalami hamil anggur.


Jenis Hamil Anggur

Hamil anggur sendiri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu hamil anggur lengkap dan hamil anggur parsial. Kasus hamil anggur lengkap terjadi ketika sel telur yang dibuahi oleh sperma dan tidak berkembang menjadi janin. Hal ini dapat menjadi jaringan abnormal yang semakin memenuhi rahim. Pada hamil anggur lengkap, seluruh isi rahim hanyalah gelembung-gelembung yang dipenuhi cairan.

Sedangkan hamil anggur parsial terjadi saat sel telur normal dibuahi oleh dua sperma, lalu timbul jaringan plasenta abnormal yang akan tumbuh bersama janin yang abnormal. Kemudian, janin mengalami kerusakan fatal dan tidak lagi berkembang. Pada kasus ini, rahim berisi gelembung-gelembung cairan juga janin yang pertumbuhannya tidak sempurna, sehingga janin tidak mampu berkembang.


Gejala Hamil Anggur

Gejala yang muncul di awal serupa dengan kehamilan normal pada umumnya. Namun semakin lama, tanda-tandanya berubah menjadi lebih instens. Di antaranya terjadi perdarahan dari vagina, khususnya pada trimester pertama hingga menimbulkan anemia.

Rasa mual dan muntah juga menjadi lebih parah. Adanya kista berbentuk anggur keluar dari dalam vagina. Tak hanya itu, muncul juga rasa nyeri pada tulang panggul. Bagi wanita yang menderita hipertensi juga perlu mewaspadai gangguan kehamilan ini.

Penderita hamil anggur cenderung mengalami hipertensi, urine mengandung protein, dan terjadi pembengkakan atau oedema. Pada waktu dilakukan pemeriksaan, detak jantung janin pun tidak terdengar. Umumnya, kehamilan ini akan gugur sebelum bulan ke-4 dan jaringan abnormal yang keluar berupa gelembung-gelembung kecil berisi cairan.


Penanganan Hamil Anggur

Hamil anggur pada umumnya akan sulit dideteksi jika tanpa proses USG, karena gejala-gejala yang muncul sama dengan kehamilan normal. Pada kondisi seperti ini, hamil anggur akan dapat dideteksi jika kehamilan sudah memasuki minggu ke-10 sampai minggu ke-14. Risiko hamil anggur lebih tinggi terjadi pada wanita yang pernah mengalami keguguran. Sedangkan kehamilan pada wanita yang usianya di bawah 20 tahun atau di atas 45 tahun, juga memiliki risiko hamil anggur. Karena itu, untuk mendeteksi dan mengetahuinya, diperlukan pemeriksaan USG.

Walaupun begitu, Moms jangan khawatir dulu. Dengan penanganan yang tepat, semua kasus hamil anggur dapat disembuhkan. Sebagai langkah penyembuhan, perlu dilakukan kuret atau membuang kista tersebut. Pemeriksaan pun tetap berlanjut selama 6 bulan pasca tindakan medis dilakukan.

Selain itu, bukan berarti saat Anda mengalami hamil anggur, Anda tidak bisa hamil lagi. Kemungkinan Anda untuk bisa kembali mengandung masih besar, namun tentunya setelah mendapatkan penanganan yang tepat ya, Moms. Kehamilan berikutnya akan lebih aman jika menunggu masa pemulihan selama satu tahun. (M&B/SW/Dok. Freepik)