Type Keyword(s) to Search
KID

7 Hal yang Paling Sering Menyebabkan Stres pada Anak

7 Hal yang Paling Sering Menyebabkan Stres pada Anak

Enggak cuma orang dewasa, anak usia sekolah juga bisa stres lho, Moms! Mirisnya, stres pada anak sering kali tidak mudah dikenali dan anak tidak berani menceritakan perasaannya ke Moms dan Dads. Untuk itu penting bagi orang tua mencegah stres pada anak dengan mengenali penyebab-penyebab stres pada anak.

Penyebab stres pada anak tentu sangat beragam, bahkan rutinitas baru yang padat juga bisa membuatnya stres. Belum lagi masalah tuntutan akademis yang membuat anak merasa takut jika nilainya kurang memuaskan. Apa lagi sih, masalah yang bisa menyebabkan anak stres? Untuk menjawabnya, M&B telah bertanya langsung pada pakarnya, yaitu Novita Tandry, Msc, Psy, seorang psikolog anak, remaja, dan keluarga. Yuk, waspadai 7 hal yang paling sering bikin anak stres berikut ini, Moms!

1. Orang tua yang stres berlebih

Tahukah Moms kalau stres berlebih yang dialami orang tua bisa menular ke anaknya, lho! “Ibu yang stres, cemas, panik, depresi, biasanya emosinya betul-betul naik turun, dan ini disaksikan oleh anak sebagai contoh teladan di rumah. Jika ibunya tidak bisa menangani stres, yang merupakan bagian kehidupan dari manusia, maka anak-anak jadi enggak punya coping mechanism, mekanisme untuk mengatasi stres tersebut,” jelas Novita Tandry saat Instagram Live bersama @motherandbeyond_id pada 4 Januari 2022 lalu.

2. Tuntutan akademis

Wajar jika orang tua berharap anaknya memiliki nilai akademik yang baik. Namun jika harapan ini berubah menjadi tuntutan tanpa disertai dukungan yang baik, maka hal tersebut bisa menjadi beban bagi anak yang membuatnya stres. Metode pembelajaran online-offline saat pandemi ini juga bisa memberikan tekanan tersendiri bagi anak usia sekolah. Untuk itu Novita Tandry menyarankan agar orang tua lebih memahami kondisi ini agar anak tidak stres karena tuntutan akademis.

3. Jadwal terlalu padat

Kami mengerti, Moms pasti ingin memberikan segala kesempatan terbaik untuk Si Kecil. Moms juga ingin mengembangkan minat dan bakat anak dengan mendaftarkannya ke berbagai kursus, mulai dari kursus akademis, sampai yang nonakademis seperti melukis, piano, berenang, dan sebagainya. Ini tentu baik, tetapi jika jadwalnya terlalu padat justru hanya membuat anak stres lho, Moms. Ingat, anak juga berhak tumbuh bahagia.

4. Perundungan

Bullying banyak sekali macamnya, bahkan sekarang ada juga cyberbullying yang membuat anak bisa dirundung lewat media sosial dan teknologi lainnya. “Komentar dan postingan di media sosial bisa membuat anak mengalami apa yang disebut cyberbullying,” ujar Novita Tandry.

Maka sangat penting bagi Moms untuk selalu menemani dan memantau aktivitas anak di media sosial. Ajarkan juga anak untuk bijak bersikap di media sosial ya, Moms. Jangan lupa, usia anak membuat akun media sosial juga harus sesuai ketentuan medsos tersebut (biasanya minimal 13 tahun), agar anak lebih siap mental dan tidak terpapar konten dewasa.

5. Kurang tidur

“Kelihatannya sederhana, tetapi ternyata menjadi tantangan di masa PJJ (pembelajaran jarak jauh) dan PTMT (pembelajaran tatap muka terbatas). Anak 0 sampai 18 tahun itu harus tidur 10 sampai 11 jam, di masa pandemi ini bisa jadi berkurang waktu tidurnya. Ada anak-anak yang konsultasi ke saya, itu ada yang cuma tidur 6 jam sehari. Itu sangat kurang,” jelas psikolog dengan akun Instagram @novitatandry ini.

Jadi untuk para Moms yang selama ini anaknya sering kurang tidur, sebaiknya pastikan kebutuhan tidur harian Si Kecil terpenuhi ya, Moms. Ini sangat penting untuk menunjang perkembangan fisik dan mentalnya, lho.

6. Masalah keluarga

Tidak melulu soal akademis dan pertemanan, masalah keluarga juga bisa bikin anak stres. Siapa bilang anak SD belum mengerti atau peduli masalah keluarga? Faktanya, pertikaian orang tua, perceraian, dan ada anggota keluarga yang sakit berat merupakan contoh masalah keluarga yang bisa bikin anak stres.

Untuk itu Moms dan Dads sebaiknya lebih bijak menyikapi masalah keluarga di depan anak. Bukan berarti orang tua tidak boleh tampak sedih sama sekali, tetapi bijaklah menjadi contoh dalam menyikapi konflik, karena anak akan merekam dan meniru sikap Anda.

7. Tayangan orang dewasa

Saat ini pilihan tayangan sudah semakin banyak, namun orang tua sering lupa untuk memilah mana tayangan yang sesuai usia anak dan mana yang tidak layak. Terlebih sekarang sudah banyak tayangan berbayar seperti Netflix, HBO Go, Mola TV, dan Disney+ Hotstar, yang menyajikan berbagai film untuk berbagai usia, yang jika tidak dipasang fitur pembatasan usia (age restriction), maka anak bisa menonton semua tayangan untuk segala usia.

Menurut Novita Tandry, tayangan untuk dewasa bisa menjadi stressor atau pemicu stres bagi anak, Moms. Maka Anda perlu mengawasi tayangan untuk anak dan pastikan ia hanya menonton tayangan yang sesuai dengan usianya. 

Untuk memahami lebih lengkap masalah stres yang bisa terjadi pada anak, Moms bisa saksikan tayangan Instagram Live @motherandbeyond_id berikut ini.

(M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Freepik)