Type Keyword(s) to Search
KID

PTM Dimulai, Ini Tips agar Anak Terhindar dari Hepatitis Akut Misterius

PTM Dimulai, Ini Tips agar Anak Terhindar dari Hepatitis Akut Misterius

Pembelajaran tatap muka (PTM) bagi anak sekolah tetap dilaksanakan di beberapa daerah di tengah adanya ancaman penyakit hepatitis akut misterius yang menyerang. Wajar jika para orang tua menjadi khawatir, mengingat penyakit tersebut telah menimbulkan korban jiwa.

Sebagaimana kita ketahui, hepatitis akut misterius saat ini sedang menjadi perbincangan di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, hingga kini dikabarkan telah ditemukan sebanyak 15 kasus anak yang terkena hepatitis akut misterius. Penyakit ini diberitakan menyerang anak usia balita hingga anak sekolah berusia belasan tahun. Karena itu, banyak kalangan yang menolak pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.

Mengutip BBC News Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan epidemiolog menyarankan selain menerapkan protokol kesehatan di sekolah untuk mencegah penularan hepatitis akut misterius, pemerintah juga perlu mensyaratkan anak yang mengikuti PTM sudah lebih dulu divaksin COVID-19 dan mendapat imunisasi hepatitis sebagai upaya perlindungan. Hal ini dinilai penting untuk memperkuat imunitas mereka.

Cara agar anak terhindar dari hepatitis akut misterius

Selain itu, orang tua juga diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan memberikan edukasi kepada anak-anaknya dalam upaya pencegahan hepatitis akut misterius. Jika hepatitis akut misterius yang belum diketahui penyebabnya ini menyerang seorang anak, maka gejala awalnya adalah mual, muntah, diare berat, dan demam ringan.

Adapun gejala lanjutan dari serangan penyakit tersebut adalah:

  • Air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna putih pucat.
  • Warna mata dan kulit penderita berubah menguning.
  • Adanya gangguan pembekuan darah.
  • Anak mengalami kejang.
  • Kesadaran menurun.

Melansir laman Sehat Negeriku dari Kementerian Kesehatan RI, meski belum diketahui pasti penyebab penyakit hepatitis akut misterius pada anak ini, Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp.A, Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM FKUI, menyebutkan bahwa dugaan awalnya disebabkan antara lain oleh adenovirus tipe 41, SARS-CoV-2, dan EBV atau Epstein-Barr Virus. Virus tersebut utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernapasan.

Nah, untuk menghindari ancaman hepatitis akut misterius dari saluran cerna, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh anak, yakni:

  • Selalu menjaga kebersihan.
  • Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
  • Guna menghindari anak mengonsumsi makanan sembarangan, orang tua sebaiknya menyiapkan bekal untuk anak.
  • Pastikan makanan yang dikonsumsi anak dalam keadaan matang dan bersih.
  • Hindari penggunaan alat makan bersama dan tidak bergantian memakai alat makan dengan orang lain.
  • Hindari kontak dengan orang yang sakit.

Sedangkan untuk menghindari ancaman hepatitis akut misterius dari saluran pernapasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh anak, yakni:

  • Kurangi mobilitas.
  • Selalu gunakan masker jika bepergian.
  • Jaga jarak dengan orang lain.
  • Hindari keramaian atau kerumunan.

Penanganan hepatitis akut misterius

Orang tua perlu selalu memperhatikan kondisi anak. Untuk itu, ada 4 langkah penting penanganan hepatitis akut misterius, yaitu:

1. Waspada gejala awal seperti diare, mual, muntah, sakit perut dan dapat disertai demam ringan.

2. Jika muncul gejala awal, jangan panik. Segera bawa anak ke puskesmas dan rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lanjutan.

3. Jangan menunggu muncul gejala lanjutan, seperti kulit dan mata anak kuning, agar tidak terlambat.

4. Jika terjadi penurunan kesehatan, segera bawa anak ke rumah sakit dengan fasilitas ICU anak.

Prof. Hanifah juga mengimbau masyarakat untuk waspada dan kenali gejala-gejala awal hepatitis akut, seperti diare, mual, muntah, sakit perut, dan demam ringan. Jika muncul gejala-gejala tersebut, jangan panik dan segera bawa pasien ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk memperoleh pertolongan. Jangan sampai menunggu gejala lanjutan muncul. (M&B/SW/Foto: Visoot2222/Freepik)