
Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Siklus menstruasi bukan hanya bagian dari kehidupan seorang perempuan, tapi juga merupakan indikator penting kesehatan tubuh. Namun, tidak semua orang memahami apa yang sebenarnya terjadi di tubuh selama siklus menstruasi berlangsung. Untuk itu, yuk kenali serba-serbi siklus menstruasi, mulai dari siklus yang normal, fase-fase dalam siklus menstruasi, serta hormon apa yang berperan penting.
Menstruasi yang normal
Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang unik. Namun, ada beberapa tanda siklus yang dianggap normal, yakni:
- Durasi siklus normal berkisar 21-35 hari.
- Durasi menstruasi biasanya berlangsung selama 3-7 hari.
- Jumlah darah menstruasi yang keluar umumnya sekitar 30-80 ml (setara dengan 2-3 pembalut per hari).
- Gejala menstruasi seperti kram atau mood swing biasanya tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari.
Namun, jika memiliki siklus yang sangat pendek, sangat panjang, atau mengalami perdarahan yang sangat banyak, mungkin ada baiknya Anda berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan tidak ada kelainan yang mendasari.
Baca juga: Sedang Menstruasi? Hindari Dulu 6 Makanan Ini, Moms
Fase dalam siklus menstruasi
Siklus menstruasi terdiri dari beberapa fase yang kompleks, tapi teratur. Siklus ini rata-rata berlangsung sekitar 28 hari, tapi setiap perempuan bisa memiliki durasi yang sedikit berbeda. Berikut ini fase-fase dalam siklus menstruasi.
1. Fase menstruasi
Ini adalah fase yang paling familiar, yaitu saat darah menstruasi keluar melalui vagina. Fase ini terjadi karena lapisan dinding rahim (endometrium) luruh setelah tidak terjadi kehamilan. Biasanya, fase ini berlangsung selama 3-7 hari. Di fase ini hormon estrogen dan progesteron menurun drastis, kemudian tubuh mulai mempersiapkan siklus baru.
2. Fase folikular
Fase ini dimulai bersamaan dengan fase menstruasi dan berlangsung hingga ovulasi. Selama fase ini, folikel-folikel di ovarium mulai berkembang di bawah pengaruh hormon.
Di fase ini, hipotalamus memerintahkan kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon perangsang folikel (FSH) untuk membantu perkembangan beberapa folikel yang mengandung sel telur, tapi biasanya hanya satu folikel yang matang. Di fase ini tingkat estrogen meningkat secara perlahan untuk membantu menebalkan lapisan rahim.
3. Fase ovulasi
Ovulasi terjadi biasanya sekitar hari ke-14 dari siklus. Ini adalah saat sel telur matang dilepaskan dari ovarium dan berpindah ke tuba falopi. Di fase ini terjadi lonjakan hormon luteinizing (LH) yang memicu pelepasan sel telur agar siap dibuahi selama 12-24 jam. Beberapa perempuan mungkin merasakan sedikit nyeri ovulasi atau mengalami lendir serviks yang lebih tebal dan elastis.
4. Fase luteal
Fase terakhir ini berlangsung setelah ovulasi hingga menstruasi dimulai kembali. Di fase ini, tubuh mempersiapkan kemungkinan terjadinya kehamilan. Folikel yang melepaskan sel telur berubah menjadi korpus luteum, yang menghasilkan progesteron.
Progesteron membantu mempertahankan lapisan rahim untuk mendukung kehamilan awal jika pembuahan terjadi. Jika kehamilan tidak terjadi, korpus luteum akan menyusut, hormon progesteron turun, dan siklus baru pun dimulai.
Hormon yang memengaruhi siklus menstruasi
Siklus menstruasi sangat dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon utama. Berikut ini hormon-hormon yang berperan penting dalam memengaruhi siklus menstruasi.
- Hormon estrogen: Berperan dalam menebalkan lapisan rahim selama fase folikular dan mempersiapkan tubuh untuk ovulasi.
- Hormon progesteron: Memastikan dinding rahim tetap siap menerima embrio selama fase luteal.
- Hormon follicle-stimulating (FSH): Merangsang pertumbuhan folikel dalam ovarium selama fase folikular.
- Hormon luteinizing (LH): Memicu ovulasi, yaitu pelepasan sel telur dari ovarium.
Perubahan kadar hormon ini menciptakan pola siklik yang memengaruhi tidak hanya reproduksi, tapi juga emosi, metabolisme, hingga kondisi kulit. Demikianlah penjelasan mengenai fase-fase dalam siklus menstruasi dan hormon-hormon yang memengaruhi siklus menstruasi. (M&B/Ayu/SW/Foto: Freepik)