Terkadang, Moms tidak punya pilihan lain kecuali berbohong kepada Si Kecil. Pilihan ini mungkin diambil agar ia tidak sedih, marah, atau kecewa. Bahkan ada istilah ‘bohong putih’ atau kebohongan yang dimaksudkan untuk tujuan baik.
Moms atau Dads umumnya menyederhanakan masalah atau melindungi kepolosan anak yang belum cukup umur untuk mengerti topik pembicaraan tertentu dengan membohongi mereka. Padahal, perilaku ini bisa membuat anak menjadi bingung saat beranjak dewasa.
Mereka menjadi kesulitan menyaring informasi, mana yang baik dan mana yang buruk. Berbohong juga bisa membuat nalar mereka kurang berkembang, karena seolah-olah seperti dibungkam dengan jalan pintas. Bahkan yang terburuk, Si Kecil bisa menjadi pembohong cilik. Moms tentu tidak mau hal ini terjadi kan?
Menanggapi hal tersebut, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi, menyatakan bahwa prinsipnya berbohong kepada anak tidak boleh. Dalam situasi apa pun, mengucapkan kebohongan dapat membuat Si Kecil terganggu secara emosional. Contohnya, saat orangtua bercerai, kecelakaan, atau salah satu ada yang meninggal.
Kebenaran tersebut sebenarnya dapat disampaikan kepada anak, namun tidak secara gamblang. Anda sebagai orangtua harus pandai memanfaatkan waktu yang tepat dalam menyampaikannya. Gunakan kalimat dan kosakata sehalus mungkin sehingga anak bisa menerimanya.
Mungkin ia akan sedih, tetapi jika Anda berbohong, akan muncul kebohongan lain di kemudian hari. Maka, Moms lebih baik untuk mulai mengajarkan kejujuran sejak dini. Meski sulit, ini juga bisa membuat Si Kecil lebih kuat dalam menghadapi satu situasi yang tidak menyenangkan. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)