Rencana memiliki anak bisa dilakukan bahkan sejak usia awal 20-an. Namun pada kenyataannya, hal ini sulit direalisasikan. Entah karena masalah kesehatan dari kedua pasangan atau hanya ingin menunda karena karier atau pekerjaan.
Maka, tak jarang seorang ibu bisa melahirkan di usia 20-an, atau melakukannya ketika memasuki 30-an sampai 40-an. Lalu sebenarnya, apa perbedaan yang dialami ketika sang ibu melahirkan di masing-masing usia tersebut? Manakah usia yang paling tepat untuk melahirkan Si Kecil?
Usia 20-an
Menurut dr. Yanuar Yassin MIB, Sp.OG dari RS Pondok Indah, tingkat keberhasilan persalinan seseorang sangat dipengaruhi oleh power(kekuatan atau dorongan), passage(jalan lahir), dan passager(janin). Pada usia 20-an, tubuh dirasa cukup prima untuk melahirkan secara normal.
Pada usia ini, ibu memiliki kekuatan atau poweryang cukup baik untuk mengejan dan mendorong janin. Rongga panggul sebagai jalan lahir bayi pun telah berkembang lebih matang, sehingga bisa dilalui kepala bayi yang ukuran normalnya berdiameter antara 9-10 cm.
Organ reproduksi, seperti rahim dan vagina, juga sudah kuat untuk mendukung persalinan. Meski pada usia 20-an kekuatan fisik cukup untuk mendukung persalinan, namun sejumlah ahli dari Amerika Serikat mengatakan bahwa usia terbaik untuk melahirkan anak pertama mengacu pada angka 25 tahun ke atas.
Usia di bawah 24 tahun dinilai bukan usia yang baik untuk melahirkan anak pertama. Lewat riset, mereka menemukan jika melahirkan pada pertengahan 20-an ke bawah dapat memberikan efek buruk pada stamina ibu di masa depan saat berusia 40 tahun.
Usia 30-an
Semakin banyak orang yang melahirkan anak pertama di awal usia 30-an. Pada usia tersebut, tubuh masih dalam kondisi prima meskipun tidak seprima saat berusia 20-an. Namun, usia 30-an disebutkan bukan waktu yang tepat untuk melahirkan anak pertama.
Hal ini disebabkan otot-otot yang terlibat dalam persalinan cenderung lebih lemah bagi ibu yang pertama kali melahirkan di usia tersebut. Hal itu dapat berdampak pada waktu persalinan akan berlangsung lebih lama.
Jika ditinjau dari segi psikis, pada usia 30-an adalah usia sangat matang bagi seorang wanita untuk memiliki bayi. Anda sudah sangat siap menjadi ibu pada usia ini, karena didukung dengan kesiapan dan finansial yang memadai.
Di sisi lain, persalinan pada usia 35 tahun ke atas harus diwaspadai karena kondisi tubuh gampang lelah. Selain itu, karena ada sejumlah risiko komplikasi, ibu berusia 35 tahun ke atas cukup besar kemungkinannya untuk bersalin secara Caesar. Risiko tersebut di antaranya preeklampsia, plasenta previa, plasenta abruption, berat bayi kurang, dan bayi lahir prematur.
Usia 40-an
Usia ini termasuk dalam usia sulit melahirkan. Proses melahirkan butuh energi ekstra. Tanpa adanya tenaga yang kuat, ibu akan sulit mengejan sehingga justru berbahaya bagi bayi yang dilahirkan. Semakin tua usia ibu, dikhawatirkan tenaga sudah relatif menurun, meski tidak dapat disamaratakan antara individu satu dengan lainnya.
Di saat melahirkan, pembukaan mulut rahim mungkin akan terasa sulit, sehingga bayi bisa mengalami stres. Sebuah studi memperingatkan bahwa wanita yang hamil di atas 40 tahun 3 kali lipat lebih tinggi kemungkinan melakukan persalinan Caesar. Mereka juga lebih berisiko mengalami intervensi saat masa persalinan, misalnya mendapatkan epidural, dibandingkan dengan wanita usia sekitar 20 tahun.
Penelitian yang dilakukan para ahli asal Inggris tersebut mengemukakan wanita yang menunda memiliki anak sampai usia 30-40 tahun akan sulit menjadi seorang ibu, sebab persalinan sangat berisiko dan infertilitas pun meningkat. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)