BUMP TO BIRTH

Tanya Jawab tentang Obesitas saat Hamil



Kenaikan berat badan saat hamil memang wajar terjadi. Namun Moms tetap harus memantau berat badan Anda agar terhindar dari pregobesitas. Istilah ini merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pregnancy dan obesitas yang bisa diartikan sebagai keadaan di mana Moms mengalami kenaikan berat badan berlebih saat hamil.

Nah, untuk mengetahui tentang obesitas dan kehamilan, Moms bisa simak hasil perbincangan Tim Mother&Baby Indonesia bersama dr. Ardiansjah Dara, Sp.OG, M.Kes dari MRCCC Siloam Hospital Semanggi, Jakarta, saat MB InstaLive dan FBLive beberapa waktu lalu dengan tema "Obesitas Saat Hamil".

T: Apa tanda seorang mengalami obesitas?

J: Untuk mengetahui apakah seorang dikategorikan obesitas atau tidak, acuannya adalah BMI (Body Mass Index). BMI dapat dihitung dengan cara berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter) kuadrat. Angka yang didapat merupakan angka BMI Anda. Acuan dari BMI sebagai berikut: di bawah 18 termasuk kategori underweight, 18-25 normal, 25-30 overweight, dan lebih dari 30 termasuk kategori obesitas.

Berbicara obesitas dalam kehamilan, kita harus menghitung berdasarkan BMI sebelum wanita tersebut hamil. Sebagai contoh, seorang wanita sebelum hamil memiliki BMI 24, berarti ia masih normal. Nanti akan ada acuan, jika BMI-nya normal, sampai berapa kilogram kenaikan berat badan yang masih diperbolehkan selama kehamilan hingga menjelang persalinan.

Normalnya, kenaikan berat badan ibu hamil sekitar 15-16 kg selama kehamilan, atau naik 1,5 kg setiap bulannya. Itu dengan catatan jika BMI-nya termasuk normal sebelum ia hamil. Sedangkan untuk wanita yang mengalami obesitas (BMI lebih dari 30) sebelum hamil, kenaikan berat badan yang masih diperbolehkan oleh dokter selama kehamilan maksimal adalah 8-9 kg.

T: Apa dampak obesitas bagi ibu hamil?

J: Ketika seorang wanita hamil dan ia dalam kondisi obesitas, yang dikhawatirkan adalah adanya perubahan metabolisme di tubuhnya. Ia bisa terkena hipertensi, diabetes, atau bahkan bisa mengalami keguguran karena hormon yang tidak seimbang.

Saat proses persalinan juga akan lebih sulit, jalan lahir janin menjadi terganggu, dan kemungkinan besar mengalami operasi Caesar saat bersalin. Jadi, ada banyak dampak yang bisa dialami ibu hamil yang obesitas.

Obesitas juga tidak hanya bermasalah pada saat hamil, tapi juga sebelum kehamilan dan sesudah melahirkan. Wanita yang obesitas akan sulit hamil, dan pada saat hamil pun ia bisa mengalami berbagai masalah kesehatan pada kehamilan dan janinnya. Kemudian pada saat melahirkan juga bisa timbul banyak masalah, dan bayi yang dilahirkan pun bisa berisiko mengalami obesitas.

T: Jika sudah telanjur mengalami obesitas, apa yang sebaiknya dilakukan ibu hamil?

J: Jika seorang wanita yang obesitas hamil, selain berkonsultasi dengan dokter kandungan, ia juga perlu berkonsultasi dengan dokter gizi untuk menjaga kesehatan kehamilan dan janinnya. Dokter biasanya akan menekankan bahwa Anda sekarang hamil tapi masuk kategori obesitas, berarti Anda harus memerhatikan peningkatan berat badan, mengatur pola makan, dan melakukan olahraga secara teratur. Selain itu, suami juga harus berperan dalam mendukung Anda memerhatikan berat badan dan pola makan Anda.

T: Apa saja tips untuk mencegah obesitas saat hamil?

J: Pertama, sebenarnya seorang wanita jika ingin hamil sebaiknya menjaga berat badannya supaya terhindar dari pregobesitas dan saat hamil tidak dalam kondisi obesitas. Kedua, jika sudah terjadi kehamilan dengan obesitas, perhatikan asupan makanan dan minuman, kurangi yang manis-manis, dan lakukan olahraga secara teratur 2-3 kali seminggu yang bersifat cardiovaskular, seperti berenang. (Susanto Wibowo/Dok. M&B)