Pertama kali diciptakan pada 1907, kini plastik sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Hampir seluruh aktivitas manusia menggunakan bahan sintetis ini, mulai dari sedotan minum hingga aksesoris fesyen. Tapi, penggunaan plastik menimbulkan banyak dampak negatif bagi lingkungan, karena tidak dapat terurai sempurna dan bisa bersifat racun bagi makhluk hidup.
Greenpeace, sebagai organisasi kampanye independen yang fokus pada isu lingkungan, menjadikan isu ini sebagai salah satu isu utama yang harus ditangani masyarakat. Hal ini tidak lain karena dampak negatif yang semakin banyak dan berbahaya seiring dengan berjalannya waktu.
“Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Hasanuddin dan UC Davis tahun 2015, membuktikan bahwa 18 persen ikan dan 55 persen spesies yang dijual di Pasar Ikan Paotere Makassar mengandung partikel plastik,” tutur Muharram Atha Rasyadi selaku Juru kampanye Urban Greenpeace Indonesia saat ditemui beberapa waktu lalu.
Tak tinggal diam, Greenpeace Indonesia mengeluarkan kampanye #PantangPlastik. Kampanye ini berupaya mengurangi konsumsi plastik sekali pakai di Tanah Air. Daur ulang bukanlah solusi utama permasalahan limbah plastik, melainkan mengurangi konsumsi. Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa 91 persen plastik dunia belum didaur ulang.
Kampanye kemudian dilanjutkan dengan workshop “Less is More”. Kegiatan yang dilaksanakan pada 11 Agustus silam ini bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk memproduksi beberapa barang sendiri, sehingga penggunaan plastik bisa berkurang.
Tak berhenti di situ saja, pada 15 September lalu Greenpeace Indonesia mengajak masyarakat Indonesia untuk turut langsung membersihkan sampah plastik di pantai-pantai Indonesia. Memanfaatkan momen World Cleanup Day tahun ini, Greenpeace Indonesia bersama beberapa komunitas lokal yang tergabung dalam gerakan #breakfreefromplastic menyambangi beberapa pantai Indonesia untuk membersihkan sampah plastik serta memilah-milahnya.
Aksi hari ini dilakukan di Pantai Kuk Cituis (Pantai Mencari Jodoh) di Tangerang dan Pantai Pandansari di Yogyakarta. Selain itu, pada tanggal 16 September aksi ini dilakukan pula di Bali dan beberapa kota lainnya.
Penggunaan plastik yang sangat masif ini tak bisa dilepaskan dari peran produsen plastik. Dengan gencarnya suplai dari perusahaan, maka volume sampak plastik pun menjadi tak terbendung. Padahal, dari seluruh limbah sampah dunia hanya 9 persen sampah yang bisa didaur ulang. “Korporasi tidak dapat ‘mencuci tangan’ dari krisis polusi plastik dan menyalahkan masyarakat sepanjang waktu,” ucap Von Hernandez, Koordinator Global #breakfreefromplastic.
Yuk, mulai kurangi penggunaan plastik sehari-hari, Moms! Jangan sampai sampah plastik yang kita pakai hari ini berakhir di perut ikan-ikan yang dimakan anak-cucu kita. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Greenpeace)