Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2017, 36 dari 1.000 perempuan melahirkan di usia 15-19 tahun. Hal ini juga sebagai bukti adanya penurunan penggunaan kontrasepsi modern yang signifikan sebesar 4 persen, pada usia muda sampai 29 tahun.
Diperkirakan juga terjadi 500 ribu kehamilan remaja perempuan setiap tahunnya. Kondisi ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh dua penyebab utama. Pertama, rendahnya pengetahuan anak mudah terhadap kesehatan reproduksi (KESPRO).
Selain itu, para remaja, khususnya di daerah terpencil, memiliki keterbatasan dalam mengakses informasi yang akurat dan tepercaya tentang kontrasepsi. Karenanya, untuk menyambut Hari Kontrasepsi Sedunia pada 26 September, DKT Indonesia mengadakan diskusi bertema ‘Terencana Sejak Muda’.
Diskusi ini dilakukan untuk membangun kesadaran para generasi millenials mengenai pentingnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi secara menyeluruh. Termasuk dalam penggunaan kontrasepsi modern untuk mencegah kehamilan di usia muda atau di bawah 17-24 tahun.
Dr. Uf Bagazi, SpOG dari Rumah Sakit Brawijaya Antasari menjelaskan bahwa proses kehamilan di bawah usia tersebut sangat berisiko, di antaranya:
• Keguguran,
• Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan,
• Mudah terjadi infeksi,
• Anemia kehamilan atau kekurangan zat besi,
• Keracunan kehamilan (gestosis),
• Kematian ibu yang tinggi.
Dengan situasi ini, pemerintah melalui BKKBN yang bekerjasama dengan DKT Indonesia terus berupaya mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya perencanaan keluarga. Khususnya dengan melakukan metode kontrasepsi modern yang hasilnya terbukti lebih efektif dan efisien.
“Selain itu, kami berharap agar pasangan yang akan menikah nantinya lebih aktif mencari tahu mengenai informasi yang akurat seputar kontrasepsi pada sumber yang tepercaya. Sehingga tidak mudah termakan mitos tentang kontrasepsi,” jelas drg. Widwiono, M.Kes, Direktur Bina Kesertaan Keluarga Berencana (KB).
Generasi millenials sendiri sebenarnya bisa mencari berbagai informasi dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, kehamilan, dan kontrasepsi secara mandiri. Ketika mereka bisa memahaminya, maka tentu pencegahan hamil di usia terlalu muda bisa dilakukan.
Jika pasangan muda dapat menunda atau menjarakkan kehamilan, tentu dapat merasakan manfaat, khususnya pada kesehatan reproduksi mereka ketika menggunakan kontrasepsi sesuai pilihan. Manfaat yang dijabarkan dr. Uf Bagazi ini di antaranya adalah:
• Terjaganya kesehatan reproduksi sehingga meminimalisir risiko penyakit yang berkaitan dengan organ reproduksi, seperti kanker payudara, kanker serviks, dan lain sebagainya,
• Mencegah terjadinya gangguan fisik dan psikologis akibat kehamilan yang tidak direncanakan,
• Memiliki persiapan yang matang terkait dengan perencanaan kehamilan,
• Dapat meningkatkan kualitas diri dan mewujudkan mimpinya.
Jadi, bagi Moms dan Dads yang menikah di usia muda, ada baiknya untuk mulai merencanakan program memiliki anak sejak awal. Ini dapat berpengaruh pada kehidupan di masa depan, untuk kesejahteraan keluarga.
Anda juga perlu mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi untuk menjarakkan kehamilan. Berbagai jenis kontrasepsi seperti pil, injeksi/suntik, implan, IUD/spiral, dan kondom, menjadi pilihan yang dapat didiskusikan dengan pasangan dan tenaga medis (bidan, dokter kandungan).(Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik, DKT Indonesia)