Dermatitis atopik, atau biasa disebut juga dengan eksim atopik, adalah kondisi kulit kronis yang menyebabkan serangan gatal-gatal. Penyakit ini membuat kulit menjadi meradang, berwarna kemerahan, gatal, kering, dan pecah-pecah. Ini merupakan jenis penyakit jangka panjang (kronis), gejalanya dapat membaik lalu kembali menjadi parah, dan biasanya terjadi dua atau tiga kali dalam satu bulan.
Dermatitis atopik merupakan bentuk eksim yang paling umum terjadi. Eksim sendiri merupakan kondisi peradangan di kulit yang ditandai dengan adanya kulit kering dan berwarna kemerahan, sedangkan kata atopik mengacu pada orang-orang yang cenderung memiliki alergi tertentu.
Dermatitis atopik adalah kondisi yang umum, memengaruhi banyak bayi dan anak-anak. Penyakit ini dapat muncul pada anak sebelum usia 5 tahun dan berlanjut hingga dewasa. Bagi beberapa anak, eksim atopik dapat membaik atau bahkan hilang. Kondisi ini lebih umum terjadi pada orang-orang yang memiliki riwayat keluarga yang mengidap eksim, alergi, atau asma.
Jika Si Kecil memiliki penyakit ini, ia mungkin juga memiliki kondisi alergi lainnya seperti asma. Dermatitis atopik dapat menyebabkan gatal-gatal parah yang dapat mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari.
Penyebab Dermatitis Atopik
Menurut dr. Boris Januar Sp.A., dermatitis atopik berhubungan dengan aktivitas daya tahan tubuh yang berlebihan. Hal ini menyebabkan tubuh melakukan reaksi yang berlebihan terhadap iritan atau bakteri yang sebenarnya tidak berbahaya bagi kulit. Penyakit ini dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan. Oleh karena itu, dermatitis atopik banyak ditemukan pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit asma.
Baca juga: Jika Kulit Wajah Bayi Kasar
Gejala Dermatitis Atopik
Gejala yang sering timbul pada penderita dermatitis atopik adalah rasa gatal yang tidak tertahankan di bagian yang terkena penyakit ini. Gejala tersebut disertai dengan kulit bersisik, peradangan dan bersifat kambuhan yang dirasakan di bagian yang gatal, kadang sebelum rasa gatal di kulit sudah muncul.
Kulit kemerahan umumnya muncul pada tangan, wajah, lutut, kaki, dan beberapa bagian tubuh lainnya. Selain itu, pada kulit yang terkena gejala penyakit tersebut akan menebal dan sangat kering atau menjadi keropeng. Penyakit ini cenderung hilang dan timbul. Perlu diingat bahwa dermatitis atopik ini bersifat terkendali.
Adapun gejala dermatitis atopik pada anak adalah sebagai berikut:
⢠Dermatitis atopik kadang muncul pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir.
⢠Pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan kaki, atau tungkai bayi berbentuk ruam berkeropeng yang berwarna merah dan berair. Dermatitis atopik sering kali menghilang pada usia 3-4 tahun, meskipun biasanya akan muncul kembali.
⢠Pada anak-anak dan dewasa, ruam sering kali muncul dan kambuh kembali hanya pada satu atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut bagian depan, atau belakang lutut.
⢠Rasa gatal sering kali menyebabkan penggarukan yang tak terkendali sehingga penyakitnya semakin buruk.
⢠Pengarukan dan penggosokan juga bisa merobek kulit dan menciptakan jalan masuk untuk bakteri sehingga terjadi infeksi.
Mengatasi Dermatitis Atopik
⢠Dermatitis atopik umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol. Sebagian penderita mengalami perbaikan sesuai dengan bertambahnya usia. Langkah pertama dalam penatalaksanaan penderita dermatitis atopik adalah menghindari dan mengurangi faktor penyebab, misalnya makanan, faktor inhalan, atau faktor pembentuk sel. Para ahli juga berpendapat bahwa bayi yang memperoleh ASI lebih jarang menderita dermatitis atopik dibandingkan bayi yang tidak.
⢠Perawatan kulit hidrasi adalah terapi dermatitis atopik yang sangat penting. Untuk mendapatkan hidrasi yang baik, diperlukan peningkatan kandungan air pada kulit dengan cara mandi selama 15-20 menit dua kali sehari dengan tidak menggunakan air panas dan tidak menambahkan oil atau minyak karena memengaruhi penetrasi air.
⢠Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekeringan kulit dan peradangan, serta memelihara hidrasi kulit dapat dilakukan dengan mandi memakai sabun tanpa pewangi. Jangan menggunakan sabun yang bersifat alkalis.
⢠Pengobatan dengan antibiotik harus komprehensif dan harus mencakup semua patogen dalam konteks pengaturan klinis. (M&B/SW/Dok. Freepik)