Banyak ahli kesehatan mengungkapkan, para wanita harus lebih mewaspadai ancaman anemia dibanding pria. Ancaman anemia dimulai sejak masa remaja, yaitu saat wanita usia remaja mengalami menstruasi yang menguras banyak cadangan vitamin, kalsium (Ca), dan zat besi (Fe).
Selain fase menstruasi, kondisi rawan yang dihadapi wanita adalah saat masa kehamilan dan menyusui. Ciri anemia yang melanda bumil pada dasarnya mirip dengan gejala anemia pada umumnya. Gejala yang umum timbul-- jantung berdebar-debar, pucat, bernapas lebih cepat, cepat lelah, sakit kepala, mudah letih, terasa lemah dan pusing, kurang nafsu makan, kebugaran tubuh menurun, serta terganggunya penyembuhan luka.
Kondisi di Indonesia
Walaupun sejak 1970 pemerintah menerapkan program tablet tambah darah (TTD) untuk bumil, ternyata program ini belum banyak mengurangi bumil anemia hingga kini. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2010 menunjukkan, 80,7 persen wanita usia 10-59 tahun telah mendapatkan TTD. Namun, hanya 18 persen yang mengonsumsi TTD sesuai anjuran. Data lain menyebutkan, bumil dengan anemia di Indonesia mencapai 40–50 persen. Itu berarti, 5 dari 10 ibu hamil di Indonesia mengalami anemia.
Secara umum, penyebab anemia pada bumil adalah meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin. Dalam beberapa kasus, anemia terjadi karena pola makan terganggu saat masa kehamilan. Selain itu, banyak pula ditemukan bahwa jumlah cadangan zat besi pada bumil sangat kurang akibat menstruasi atau persalinan sebelumnya. Untuk lebih menegaskan diagnosis apakah Anda terserang anemia atau tidak, biasanya dokter merekomendasikan Anda untuk melakukan pemeriksaan darah atau kadar hemoglobin. Penting untuk diingat, jangan sampai penanganan anemia terlambat karena bisa menyebabkan gangguan terhadap kehamilan dan janin. (Gita/DMO/Dok. M&B)
Baca Juga: Cara Mengatasi Anemia Saat Kehamilan