Fenomena talasemia memang seperti gunung es. Tidak terlihat, tetapi banyak yang mengalami. Sebuah data bahkan menunjukkan, 6-10 persen penduduk Indonesia membawa sifat ini. Sementara dilansir dari Baby Centre, bayi yang lahir dengan talasemia beta mayor atau talasemia alfa yang sudah dalam kondisi parah membutuhkan transfusi darah secara teratur untuk bertahan hidup. Pasien talasemia mayor pun biasanya memerlukan transfusi darah dan terapi sepanjang hidupnya. Transfusi tersebut berfungsi untuk memperbaiki pasokan sel darah merah.
Transfusi darah yang diperlukan oleh para penderita talasemia ini ternyata memiliki efek. Seiring berjalannya waktu, zat besi yang terbawa saat transfusi dapat menumpuk di dalam tubuhnya. Hal ini dapat menimbulkan bahaya dan merusak perkembangan organ tubuhnya, seperti komplikasi pada hati, jantung, dan tulang.
Kondisi kelebihan zat besi sebenarnya dapat diatasi dengan mengonsumsi obat terapi kelasi yang berfungsi menetralisir zat besi dalam tubuh. Selain itu, bayi talasemia juga membutuhkan tambahan asupan asam folat untuk membantu membentuk sel darah merah yang sehat.
Pengobatan talasemia dinilai dapat meningkatkan kualitas hidup pengidap talasemia beta dan alfa, termasuk mereka yang sudah parah. Semakin dini bayi talasemia diobati dengan baik, semakin besar pula harapan hidupnya.
Darah yang mengandung sel induk dari tali plasenta atau ari-ari yang diambil saat kelahiran, juga dapat digunakan sebagai obat untuk talasemia. Dalam kondisi tertentu, talasemia beta mayor dapat disembuhkan dengan transplantasi tulang dari donor yang cocok, seperti dari saudara kandung. Namun, transplantasi sumsum tulang memiliki risiko yang cukup tinggi dan menyakitkan.
Deteksi dini untuk penyakit talasemia sangatlah penting untuk dilakukan. Selain penyakit ini tidak dapat disembuhkan, mereka yang membawa sifat talasemia tidak dapat dibedakan dengan individu normal secara fisik. Risiko talasemia ini dapat dikurangi jika setiap orang memiliki kesadaran untuk melakukan tes skrining talasemia pada bayi-bayi mereka. Untuk wanita yang belum menikah, disarankan untuk melakukan tes ini bersama pasangan guna mengurangi risiko terjadinya penurunan gen talasemia kepada Sang Anak kelak. (Aulia/DMO/Dok. Freedigitalphotos)
Baca Juga: Jika Bayi Mengidap Talasemia (2)