TODDLER

Mom's Story: Ini Cara Sukses Saya Menyapih dengan Cinta



Moms, pernah mendengar istilah menyapih dengan cinta? Lebih dikenal dengan slow weaning atau Weaning With Love (WWL), metode menyapih ini dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap, di saat ibu maupun anak benar-benar merasa siap untuk mengakhiri proses menyusui.

Menunggu ibu dan anak siap. Kata-kata itu terdengar agak menyeramkan bagi saya. Saya sendiri mengalami 'love and hate relationship' dengan aktivitas menyusui. Tentu, saya sangat bersyukur bisa menyusui anak saya sambil memeluk dan membelai kepalanya. Tapi, tidak bisa dipungkiri, kadang menyusui batita berusia 2 tahun yang sangat aktif juga sangat melelahkan. Apalagi, anak saya tergolong 'keras kepala' dan konsisten dengan kebiasaan menyusunya yang dilakukan setiap 2 jam sekali.

Ketika memutuskan untuk melakukan metode menyapih dengan cinta ini, saya sempat ragu: sampai kapan ya, saya bisa bersabar menunggu anak saya 'bosan' menyusu sementara pola menyusunya tetap seperti ini? Tapi ternyata kami berhasil melakukannya lho, Moms. Ini tips untuk Anda yang juga berniat melakukannya:


1. Komunikasikan Sedini Mungkin

Biasanya, usia 18 bulan sebagai saat yang tepat untuk mulai memberi tahu anak untuk berhenti menyusu, karena Si Kecil sudah mulai berkomunikasi dengan baik dan mengerti cukup banyak instruksi. Bisa saja saat itu reaksinya biasa saja, sedih, atau mungkin marah dan menolak. Tapi jangan bosan untuk memberi tahunya. Jelaskan juga alasan kenapa ia harus berhenti menyusu, dengan kata-kata sederhana, seperti "Menyusu itu hanya untuk bayi, nanti kalau sudah 2 tahun kamu minum air putih atau jus saja ya, karena kamu sudah besar".


2. Jangan Bohong

Menempel payudara dengan plester, mengolesinya dengan obat merah, kunyit, makanan yang pahit, dan lain-lain adalah salah satu hal yang pantang untuk dilakukan jika Anda memutuskan untuk menjalankan WWL. Cara ini bisa memengaruhi psikologis anak, membuatnya merasa bersalah karena ia berpikir Anda sakit karena ia menyusu, membuat ia shock karena tiba-tiba ditolak, sedih, bahkan takut dan bisa menjauh dari Anda.


3. Jangan Menawarkan, Tapi Jangan Menolak

Berhenti menawarkan Si Kecil menyusu untuk membuatnya mudah tidur atau menghentikan tangisnya saat terjatuh. Tapi saat ia meminta, berikan dan jangan pernah mengatakan tidak. Anda boleh saja mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan air putih, buah-buahan, atau bermain jika ia meminta menyusu di luar waktu tidur. Jika ia biasa menyusu sebelum tidur, coba tawarkan aktivitas lain seperti membaca buku sebelum tidur, atau mengelus punggung dan menepuk-nepuk kakinya.


4. Rutin Hipnoterapi

Hipnoterapi harus dilakukan dengan kata-kata positif, singkat, dengan suara lambat, dalam, dan tenang, serta dalam waktu yang tepat agar sugesti tersebut bisa masuk ke dalam memori anak hingga ke alam bawah sadarnya. Biasanya hal ini dilakukan menjelang tidur malam, saat Si Kecil berada dalam kondisi sudah sangat mengantuk tetapi masih sadar dan belum benar-benar tertidur.


5. Tetap Dekat

Banyak saran untuk 'menghilang' selama beberapa waktu agar Si Kecil melupakan keinginan menyusunya. Tapi, kenyataannya, menyapih bukan berarti membiarkan ia harus menghadapi rasa 'kehilangan' itu sendiri. Ia pasti sangat sedih saat tidak bisa menemukan orang terdekatnya. Meskipun ia harus menangis, pasti ia tidak akan merasa kesepian saat Anda menemaninya.


6. Berikan Lebih Banyak Kasih Sayang

Kebanyakan anak berpikir berhenti menyusu, berarti berhenti disayang. Rajin-rajinlah mencium, memeluk, menemaninya bermain, dan katakan Anda mencintainya setidaknya dua kali dalam satu hari. Dengan begitu, ia akan selalu merasa aman, nyaman, serta tidak akan kehilangan momen berdua Anda meskipun harus berhenti menyusu.


7. Ekstra Sabar

Percaya atau tidak, anak-anak memiliki insting yang luar biasa dan mereka akan tahu jika orang tuanya berencana untuk menyapihnya. Bisa jadi, beberapa bulan sebelum anak sukses disapih, ia menjadi lebih rewel, lebih menuntut banyak perhatian, dan lebih sering meminta untuk disusui. Hal ini tentu saja sangat menguras tenaga dan emosi, tapi Moms harus ekstra sabar menghadapinya, karena ternyata ini merupakan pertanda bahwa ia telah siap untuk disapih. (Nanda Djohan/SW/Dok. Freepik)