BUMP TO BIRTH

Amankah Terapi Hormon untuk Bisa Hamil?



Salah satu alternatif untuk hamil adalah dengan melakukan terapi hormon. Namun, keamanan dalam melakukannya masih dipertanyakan oleh banyak pasangan. Dr. Sofani Munzila Sp.OG dari Brawijaya Women&Children Hospital menjawabnya untuk Anda.


Pelaksanaan Terapi Hormon

Sebetulnya bila dilihat dari kacamata medis, melakukan terapi hormon untuk mendapatkan keturunan adalah aman dan sah-sah saja dilakukan. Terapi hormon merupakan terapi alternatif yang bisa Anda jalani jika obat-obatan tidak memberikan hasil, atau ada gangguan hormonal yang menghambat ovulasi.

Untuk proses pelaksanaannya, pertama Anda dan suami harus menjalani prosedur lengkap, seperti pemeriksaan anatomi kandungan melalui pemeriksaan dalam dan USG, pemeriksaan fungsi tuba melalui HSG (hysterosalpingogram), dan pemeriksaan darah profil hormon kesuburan untuk Anda; serta pemeriksaan analisa sperma untuk suami.

Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter kemudian akan memberikan terapi yang sesuai untuk Anda dan suami. Jika secara anatomi dan fungsi tuba tidak ada kelainan, serta obat-obat pemicu ovulasi oral tidak berhasil mematangkan sel telur, maka terapi hormon menjadi pilihan berikutnya untuk merangsang kehamilan.


Pil atau Suntikan

Biasanya terapi yang diberikan adalah hormon penyubur untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan sel telur. Hormon ini dapat diberikan dalam bentuk pil maupun suntikan, dan diberikan pada awal siklus menstruasi Anda. Hormon tersebut mengandung pil anti-estrogen atau injeksi gonadotropin (FSH), yaitu rekombinan FSH dan HCG yang disuntikkan untuk Anda.

Rekombinan FSH dan rFSH, adalah sintetik hormon FSH yang merangsang perkembangan folikel sel telur dalam ovarium, sedangkan HCG diberikan pada pertengahan siklus untuk memicu terjadinya ovulasi. Selain itu, terapi hormon kepada suami (testosteron) juga diberikan jika hasil analisa sperma tidak baik, terutama jika jumlahnya kurang.


Alternatif yang Aman

Pemberian hormon melalui suntikan juga dilakukan pada prosedur inseminasi atau bayi tabung, agar dapat dihasilkan sel telur pada waktu yang diinginkan. Keunggulan pemberian FSH dan HCG yaitu merangsang perkembangan sel telur lebih baik dengan dosis yang disesuaikan dan efek sampung lebih minimal.

Sementara kekurangannya hanya satu, yaitu biayanya mahal. Jika terapi hormon diberikan karena ada indikasi yang tepat dengan dosis yang disesuikan kebutuhan, tidak ada dampak negatif terhadap calon bayi. Sementara alergi bisa saja terjadi pada si ibu jika ia sensitif terhadap zat obat yang diberikan.

Perlu Anda ketahui, bahwa terapi hormon kesuburan tidak mengandung estrogen yang dapat menyebabkan kegemukan, seperti halnya suntikan KB. Yang pasti, obat-obatan pemicu ovulasi ini dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan kembar dan mempercepat pematangan sel telur. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)