Anda sungguh beruntung jika setelah melahirkan tidak mengalami masalah kesehatan apa pun, Moms. Sebagian perempuan lainnya mungkin tidak seberuntung Anda. Ada saja masalah kesehatan yang muncul di sekitar organ reproduksi.
Masalah yang muncul ini tingkatannya bermacam-macam. Mulai dari sekadar mengganggu penampilan, menyebabkan rasa tidak nyaman, sampai sakit yang luar biasa. Nah, salah satu gangguan yang mungkin dialami usai persalinan adalah prolaps organ panggul (POP). Apa itu? Berikut penjelasannya, Moms.
Prolaps Organ Panggul (POP)
Persalinan melalui vagina memang jauh lebih aman dibandingkan dengan operasi caesar. Namun, bukan berarti melahirkan melalui vagina tanpa risiko. Salah satu risiko yang paling sering muncul adalah prolaps organ panggul (POP) atau kecacatan dasar panggul. Kasus POP ini sangat mengganggu penderitanya, sehingga harus segera diwaspadai sejak dini.
Menurut dr. Arie A. Polim, D.MAS., Sp.OG(K), dari RS Bunda Menteng, Jakarta, kondisi ini terjadi saat dinding vagina dan organ panggul turun, bahkan ada yang keluar melalui liang vagina. Masyarakat awam seringkali menyebutnya sebagai hernia atau turun berok. Kondisi ini banyak terjadi, hampir separuh dari ibu yang melahirkan secara normal mengalaminya.Â
Banyak yang Tidak Menyadari
Meskipun kasus POP sering ditemukan, tidak banyak orang yang menyadarinya, sebab, gejala penyakit ini kadang-kadang tidak mengganggu. Pada kasus POP stadium 1, misalnya ada rasa tidak nyaman karena dinding vagina terasa penuh. Pada stadium 2, selain terasa penuh, mulai keluar darah dalam jumlah yang sangat sedikit meskipun organ belum keluar dari lubang vagina.
Organ dalam mulai terasa keluar dari liang vagina pada stadium yang lebih lanjut. Dan jika rahim turun, kandung kemih juga seringkali ikut turun. Akibatnya, ibu yang mengalami masalah ini akan mengeluh sulit buang air kecil atau malah mengompol.
Penyebab Prolaps Organ Panggul
Ada beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan terjadinya POP, di antaranya:
1. Seringkali melahirkan (multipara). Ibu yang terlalu sering melahirkan ternyata berisiko mengalami penyakit ini, apalagi jika jaraknya berdekatan. Proses mengeluarkan bayi dari rahim melewati panggul bisa melemahkan otot dan sendi penyokong alat reproduksi.
2. Usia ibu. Otot-otot biasanya melemah saat usia bertambah, termasuk otot organ reproduksi. Itu sebabnya, ibu yang melahirkan di usia ini pun mengalami risiko POP.
3. Obesitas. Bumil yang menderita obesitas berisiko melahirkan bayi besar. Akibatnya, beban dasar panggul pun menjadi lebih berat.
4. Mengejan terlalu lama. Mengejan biasanya dilakukan secara refleks ketika kepala bayi sudah berada di dasar panggul. Karena menimbulkan tekanan pada otot organ reproduksi, mengejan mestinya dilakukan dengan hati-hati dan tidak berlangsung lama. POP juga bisa terjadi pada persalinan yang tidak sesuai dengan prosedur, sehingga menimbulkan robekan vagina yang terlalu lebar atau menggunakan alat bantu seperti vakum.
Mengatasi Prolaps Organ Panggul
Untuk mengatasinya, umumnya dilakukan operasi pemasangan ikatan agar rahim tertarik ke atas atau yang lainnya. Namun, pada ibu hamil, mengatasi POP bisa dilakukan dengan pemasangan cincin untuk menahan bagian rahim yang turun. "Biasanya dilakukan pada trimester pertama supaya rahim tidak tambah turun. Namun, cincin itu harus rutin dikeluarkan untuk dibersihkan, setidaknya dua minggu sekali," tambah dr. Arie.Â
Sebelum POP terjadi, ada baiknya Anda mencegahnya, yaitu dengan menghindari proses persalinan yang salah sehingga menyebabnya robekan vaginan yang luas. Hindari pula penggunaan alat-alat bantu persalinan, seperti vakum. Risiko ini juga bisa dikurangi dengan membatasi kelahiran tidak lebih dari tiga kali. "Semakin banyak melahirkan, semakin tinggi risikonya karena otot-otot semakin kendur," kata dr. Arie. Lakukan pula aktivitas yang memperkuat otot-otot panggul, seperti senam kegel. (M&B/SW/Dok. Freepik)