TODDLER

Kapan Saat Tepat Memberi Uang Jajan buat Anak?



Uang jajan! Ya, isu ini masih saja menjadi pro dan kontra di kalangan para Moms. Ada yang setuju untuk memberikan uang kepada sang buah hati untuk membeli keperluannya sendiri. Namun tak sedikit yang menganggap kebiasaan tersebut membuat anak boros dan termasuk tindakan memanjakan anak. Benarkah begitu?

Dr. Benjamin Spock, dokter anak asal Amerika Serikat sekaligus penulis buku Baby and Child Care, mengatakan bahwa memberikan uang bukan tindakan memanjakan anak. Akan tetapi, cara Moms menggunakan uang tersebut bersama Si Kecil yang menentukan apakah Anda terlalu memanjakannya atau tidak.

Dengan kata lain, memberikan uang jajan tidak berarti memanjakan anak asalkan ada batasannya. Namun pertanyaan yang tak kalah penting, kapan Anda bisa mulai memberikan uang jajan kepada Si Kecil?

Psikolog anak dan keluarga, Indri Savitri, Psi, M.Psi, mengatakan bahwa pada usia balita, Si Kecil belum memahami dengan benar konsep uang jajan yang diberikan dengan alasan untuk belajar mengatur keuangan sendiri sejak dini. Yang ada di benak mereka hanyalah membeli apa yang diinginkan, bukan dibutuhkan. Hal tersebut akan mendorong balita tumbuh menjadi anak yang boros karena terbiasa memenuhi segala keinginannya.

Memberi uang jajan kepada balita juga dapat mengganggu pola makan dan memicunya untuk mengonsumsi makanan tak sehat. Jadi sebaiknya, orang tua memang tidak memberikan uang jajan kepada balita.

Di sisi lain, pemberian uang jajan bisa saja dilakukan ketika Si Kecil sudah menginjak usia lima tahun. Sebagian orang tua memilih untuk memperkenalkan uang jajan ketika anaknya mulai bersekolah di Sekolah Dasar (SD). Penulis buku A Parent's Guide to Raising Money-Smart Kids, Robin Taub, mengaku dirinya memberi uang mingguan kepada kedua anaknya saat mereka sudah mulai bersekolah. Ketika anak-anak tersebut sudah duduk di bangku kuliah, Taub menilai keduanya memiliki kemampuan yang baik dalam membuat anggaran keuangan pribadi.


Waktu yang Tepat

Pada awal masa sekolah dasar, Moms bisa memberikan uang jajan secara harian kepada Si Kecil. Hal ini disebabkan karena mereka baru memulai latihan pengelolaan uang. Jika memberi setiap hari, setidaknya anak bisa membagi berapa jumlah yang bisa dibelanjakan dan jumlah yang harus disimpan.

Beri uang kepada anak secukupnya, tidak terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit. Sesuaikan jumlah uang dengan harga rata-rata jajanan di sekolahnya. Jika Moms tak mau Si Kecil terlalu banyak jajan, Anda juga bisa membawakan bekal makanan ke sekolah. Dengan begitu, anak hanya akan jajan jika ia masih lapar atau memang benar-benar menginginkan barang atau makanan tersebut.

Jangan lupa beri pengertian kepadanya bahwa tidak semua jajanan di sekolah sehat dan layak dikonsumsi. Ajarkan Si Kecil cara memilih jenis makanan dan minuman yang tidak berakibat buruk bagi tubuhnya.

Sebagai catatan, uang jajan memiliki beberapa fungsi, yaitu:

• Biaya tak terduga. Jika sewaktu-waktu peralatan sekolah ada yang hilang, anak bisa langsung membelinya menggunakan uang jajan tersebut.

• Uang amal. Sebagian sekolah mengajarkan anak untuk rutin beramal di hari tertentu. Selain itu, anak juga bisa menggunakan uang jajannya untuk sumbangan jika ada keluarga siswa yang tertimpa musibah atau meninggal dunia.

• Bersosialisasi. Sesungguhnya, jajan bukan sekadar untuk memenuhi hasrat membeli sesuatu. Salah satu cara anak bersosialisasi dengan teman-temannya adalah dengan jajan. Selain itu, jajan juga melatih anak untuk menghitung pengeluarannya sendiri. Jadi Moms, batasi jajan anak tapi disarankan untuk tidak melarangnya secara total.


Mengelola Uang

Jangan berikan uang jajan kepada Si Kecil tanpa mengajarkan ia cara mengelolanya. Beri pengertian soal uang dan fungsinya. Moms, bisa memberitahu anak Anda agar menyisihkan sebagian uang jajannya untuk ditabung. Sediakan celengan dengan bentuk yang menarik agar anak juga termotivasi untuk menyisakan uang jajannya. Jika jumlah uang dalam celengan tersebut sudah cukup banyak, Moms bisa membuka rekening tabungan khusus anak di bank.


Uang Jajan bukan Imbalan

Sebagian orang tua mengiming-imingi uang jika anak mau melakukan kewajibannya atau melakukan tugas-tugas rumah. Akan tetapi banyak pakar keuangan yang kurang sepakat dengan pendekatan semacam ini.

"Saran saya, pisahkan uang jajan dari uang imbalan dari pekerjaan rumah tangga. Dengan begitu, anak akan mempelajari nilai kerja sama dan pengalaman dalam keluarga," kata Aletha Solter, psikolog perkembangan dan pendiri Aware Parenting Institute di California, AS.

Perlu dipertimbangkan, saat ini anak-anak kerap menerima uang jajan tambahan entah dari paman dan bibinya, atau 'bisnis' kecil-kecilan di sekolah. Bukan tak mungkin, mereka menolak untuk melakukan tugas di rumah karena merasa tidak bergantung lagi dengan pemberian uang dari orang tuanya. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)