Moms, selama masa kehamilan Anda, kesehatan plasenta termasuk salah satu hal penting yang harus menjadi perhatian. Ini karena fungsi plasenta yang sangat krusial bagi perkembangan janin. Plasenta sendiri berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi ke tubuh janin, membuang residu yang dihasilkan oleh tubuh janin, serta melindungi janin dari infeksi bakteri.
Baca juga: 10 Fakta Menarik Seputar Plasenta, Penghubung Ibu dan Janin
Namun, terlepas dari perannya yang penting, plasenta juga bisa mengalami berbagai macam gangguan kesehatan. Hal ini perlu diwaspadai karena dapat memengaruhi kesehatan janin dan Anda sendiri, Moms.
Salah satu masalah terkait plasenta yang dialami ibu hamil adalah plasenta previa. Yuk, kenali lebih jauh masalah kesehatan ini, penyebab, gejala, dan cara mengatasinya, Moms.
Apa itu plasenta previa?
Plasenta previa adalah kondisi di mana plasenta berada di bagian bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Kondisi ini merupakan permasalahan plasenta yang umum terjadi di awal masa kehamilan, tapi bisa hilang seiring perkembangan rahim dan janin.
Di awal kehamilan, plasenta yang terletak di bawah terkadang cukup umum dijumpai. Namun, seiring bertambahnya usia kehamilan dan pertumbuhan rahim, plasenta biasanya bergerak ke atas dan menjauh dari mulut rahim.
Apabila plasenta tidak bergerak ke atas dan menutupi sebagian mulut rahim atau menyentuhnya, peristiwa ini disebut previa sebagian. Jika plasenta menutupi seluruh mulut rahim, disebut previa total.
Hanya sedikit kasus wanita hamil dengan diagnosis plasenta previa sebelum usia kehamilan menginjak 20 minggu yang tetap memiliki kondisi ini di trimester akhir kehamilan.
Plasenta previa yang ditemukan di akhir masa kehamilan bisa menyebabkan perdarahan yang parah sebelum atau saat melahirkan. Kondisi ini dapat berujung pada sejumlah permasalahan lain, termasuk persalinan prematur.
Apa penyebab plasenta previa?
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti. Meskipun demikian, ada beberapa penyebab yang membuat bumil lebih berisiko mengalami masalah ini, antara lain:
- Berusia lebih dari 35 tahun
- Bukan kehamilan yang pertama, atau kehamilan sebelumnya juga mengalami plasenta previa
- Hamil bayi kembar dua atau lebih
- Gemar merokok saat hamil
- Punya riwayat pernah menjalani operasi pada rahim
- Posisi janin tidak normal seperti sungsang
- Punya bentuk rahim tidak normal.
Apa saja gejalanya?
Plasenta previa lebih sering diketahui tidak dalam bentuk gejala-gejala, tapi bisa dideteksi melalui USG pada trimester 2, meski masalah yang timbul akibat plasenta previa biasanya baru muncul pada trimester 3. Plasentia previa yang terjadi pada trimester 2 dan 3 bisa terjadi pada 1 dari 200 kasus kehamilan. Berikut ini gejalanya, Moms.
1. Perdarahan tanpa disertai rasa sakit di akhir trimester 2 atau awal trimester 3 kehamilan. Perdarahan bisa banyak atau sedikit dan berulang dalam beberapa hari. Perdarahan juga bisa muncul setelah berhubungan intim.
2. Kontraksi atau kram perut.
Apa yang mesti dilakukan?
Jika plasenta previa terjadi di awal kehamilan, tidak ada yang perlu dilakukan hingga trimester 3, sebab hampir semua kasus plasenta previa dapat memperbaiki posisinya sendiri. Tidak perlu dilakukan kondisi medis apa pun jika Anda tidak mengalami perdarahan yang berkaitan dengan kondisi tersebut.
Namun, jika Anda mengalami perdarahan dan setelah didiagnosis memiliki plasenta previa, tindakan penanganan yang umum dilakukan adalah istirahat total. Tindakan lain yang juga sering disarankan adalah tidak melakukan aktivitas seksual selama hamil. Selain itu, tes USG yang dilakukan secara berkala juga penting untuk mengontrol kondisi plasenta.
Apabila pendarahan hebat terjadi, maka persalinan dengan metode caesar yang dilakukan dengan segera juga umum menjadi tindakan penanganan yang dilakukan. Konsultasi dengan dokter kandungan harus dilakukan untuk mendapatkan tindakan penanganan yang tepat berdasarkan kondisi bumil dan janin. (M&B/SW/Foto: Freepik)