BUMP TO BIRTH

Ibu Hamil Donor Darah? Ini Risikonya!



Setetes darah Anda, nyawa bagi sesama. Anda tentu sudah sangat mengenal kalimat tersebut. Ya, itulah slogan Palang Merah Indonesia (PMI) yang merayakan hari ulang tahunnya ke-74 pada 17 September 2019.

Salah satu kegiatan PMI adalah mendistribusikan persediaan darah yang didonorkan oleh sebagian orang untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkannya. Moms sendiri, apakah pernah mendonorkan darah? Ataukah Anda termasuk orang yang rutin mendonorkan darah melalui organisasi tersebut?


Manfaat Donor Darah

Pada dasarnya, semua orang dalam kondisi sehat bisa mendonorkan darahnya. Selain bisa membantu menyelamatkan nyawa sesama manusia, menjadi pendonor darah juga memiliki sejumlah efek positif bagi diri sendiri, yaitu:

1. Menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah

Melakukan donor darah secara teratur dapat menurunkan kekentalan darah yang merupakan salah satu faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko penyakit jantung. Selain itu, donor darah juga dapat membantu membuang kelebihan zat besi yang terdapat dalam tubuh. Zat besi yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan oksidasi kolesterol sehingga meningkatkan risiko serangan jantung serta stroke.

2. Menurunkan risiko kanker

Berkurangnya zat besi yang berlebih dalam tubuh Anda saat melakukan donor darah juga dapat mengurangi risiko terkena kanker. Kadar zat besi dalam darah yang berlebihan dianggap sebagai salah satu penyebab meningkatnya radikal bebas dalam tubuh yang berpotensi menjadi faktor risiko terjadinya kanker dan penuaan.

3. Membantu menurunkan berat badan

Manfaat donor darah lainnya adalah membantu menurunkan berat badan. Hal ini karena rata-rata orang dewasa bisa membakar 650 kalori saat memberikan 450 ml darahnya. Pendonor yang secara rutin menyumbangkan darahnya dapat mengalami penurunan berat badan yang berarti. Namun perlu diingat, donor darah tidak dapat dijadikan pilihan program penurunan berat badan.

4. Mendeteksi penyakit serius

Setiap kali akan mendonorkan darah, Anda akan menjalani pemeriksaan dasar rutin seperti pemeriksaan berat badan, suhu, nadi, tekanan darah, dan kadar hemoglobin. Selain itu, Anda juga akan diminta untuk melalui pemeriksaan darah guna mendeteksi ada atau tidaknya penyakit seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, sipilis, dan malaria. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit melalui transfusi.

5. Lebih sehat secara psikologis dan memperpanjang usia

Sebuah penelitian dalam bidang psikologi menunjukkan bahwa orang yang mendonorkan darahnya dengan tujuan menolong orang lain memiliki risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan yang melakukan donor untuk kepentingan sendiri atau tidak mendonorkan darahnya sama sekali. Menyumbangkan hal yang tak ternilai harganya seperti donor darah kepada yang membutuhkan akan membuat kita merasakan kepuasan psikologis.


Bumil Donor Darah?

Namun tentu saja, tak semua orang bisa melakukan donor darah. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, syarat utama untuk menjadi pendonor adalah dalam kondisi sehat. Selain sehat, Anda juga tak boleh dalam kondisi hamil ketika menyumbangkan darah. Apabila Moms ingin melakukan donor darah, Anda harus menunggu hingga enam bulan setelah melahirkan. Berikut adalah alasan mengapa wanita yang tengah mengandung tidak boleh menjadi pendonor darah.

1. Ibu hamil membutuhkan suplai darah yang sangat banyak.

Wanita hamil memang memiliki volume yang lebih banyak dari sebelumnya, yaitu meningkat sekitar 60 persen. Akan tetapi bukan berarti bumil memiliki banyak cadangan darah. Sebaliknya, Moms yang tengah hamil, khususnya pada trimester awal, membutuhkan suplai darah yang jauh lebih banyak dari volume darah. Melalui darah, sari-sari makanan dan oksigen didistribusikan untuk kebutuhan janin dan tubuhnya.

2. Ibu hamil mengalami pengenceran darah.

Bahaya donor darah saat hamil lainnya dipengaruhi kondisi sang ibu. Selain karena kebutuhan suplai darah yang sangat banyak, darah pada ibu hamil juga mengalami pengenceran. Hal ini dikarenakan cairan pada tubuh ibu hamil cenderung meningkat drastis sehingga memengaruhi kekentalan darah. Sari-sari makanan dan oksigen yang terkandung di dalam darah pun menjadi berkurang.

Apabila Moms bersikeras untuk menjadi pendonor darah saat hamil, Anda tentunya harus siap menghadapi sejumlah risiko, seperti bayi lahir prematur atau peningkatan risiko keguguran. Setelah melahirkan, Anda juga perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan donor darah usai proses persalinan agar tidak memengaruhi produksi ASI. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)