Bagaimana tradisi pemberian nama bayi di keluarga Anda? Mungkin, setiap keluarga punya cara yang berbeda. Mari lihat bagaimana tradisi dunia untuk menentukan nama anak seperti yang ditulis babbles.com.
Inggris
Bayi di Inggris mendapat nama beberapa hari setelah lahir. Biasanya, pemberian nama itu dilakukan berbarengan dengan upacara pembaptisan. Nama yang dipilih pun biasanya adalah nama orang tua rohani (orang tua baptis) Si Bayi. Orang Inggris juga cenderung memilih nama tradisional untuk anak mereka, misalnya Elizabeth, Anne, Joan, Margaret, Alice, Mary, dan Agnes untuk anak perempuan, serta John, Thomas, William, Richard, atau Robert untuk anak laki-laki.
China
Di China, menamai anak adalah proses yang serius. Mereka menggelar upacara Telur Merah dan Jahe, yaitu pesta penamaan bayi. Pesta itu diadakan saat bayi berusia 1 bulan. Telur adalah lambang kesuburan menurut adat China. Sedangkan warna merah adalah lambang keberuntungan. Saat upacara, rambut bayi akan dicukur sebagai perlambang kehidupan baru.
Orang China tidak akan menamai anaknya sebelum dilahirkan. Jadi, saat di dalam kandungan, ibu akan memanggil anaknya dengan sebutan khusus untuk menghindari gangguan roh jahat yang dipercayai bisa mengganggu janin. Nama panggilan itu akan digunakan hingga anak kira-kira berusia 14 tahun. Orang China memercayai bahwa setiap anak adalah unik sehingga nama mereka harus menunjukkan keunikan itu.
Perancis
Di Perancis, bayi perempuan pertama akan mendapat nama neneknya dan bayi pertama laki-laki akan memakai nama kakeknya.
Jepang
Negara yang kaya dengan upacara tradisi ini memberikan nama kepada anak di usia 7 hari. Saat upacara, Si Anak akan memakai baju serba putih dan nama pilihan orang tua akan dituliskan di kertas khusus yang kemudian digantungkan di dinding ruang pesta. Pesta akan berlangsung sangat meriah, penuh tawa, dan makanan sebagai tanda merayakan kebahagiaan orang tua bersama bayi baru mereka.
Irlandia
Nama setiap anak di sebuah keluarga Irlandia ditentukan oleh urutan kelahiran. Anak laki-laki sulung memakai nama keluarga dari nama kakek pihak ayah. Anak kedua akan mendapat nama keluarga dari nama kakek pihak ibu. Anak ketiga, bisa mendapat nama ayahnya, lalu anak keempat bisa saja mendapat nama dari paman tertuanya.
Korea
Pada awalnya, hanya bangsawan yang diperbolehkan memiliki nama keluarga di Korea. Pada masa dinasti Joseon, aturan ini dihilangkan dan semua orang berhak punya nama keluarga. Sejak itu rakyat biasa berlomba-lomba memilih nama-nama bangsawan. Hingga saat ini, hampir setengah dari populasi rakyat Korea menggunakan nama bangsawan Kim, Lee, dan Park.
Argentina
Di Argentina, nama ada trennya. Misalnya di era kejayaan Diego Maradona, pemain sepakbola yang terkenal dengan gol tangan Tuhannya. Saat itu banyak anak yang dinamai dengan Diego.
India
Ada banyak upacara pemberian nama (Namakarena) di tradisi India. Pesta akan dimeriahkan dengan sekumpulan ibu yang menyanyi sambil menggoyang tempat tidur bayi yang sudah mereka hias dengan bunga-bunga. Ibu dan nenek Si Bayi akan membawa lampu perak dan memakaikannya pada Si Bayi. Setelah itu, bayi akan diberkati dan dipasangkan bindi di dahinya. Sang Ibu akan membisikkan nama ke telinga Si Bayi kemudian mengumumkan nama tersebut ke semua tamu.
Indonesia
Sebenarnya ada beberapa suku di Indonesia yang memakai sistem nama keluarga (marga). Seperti di Sumatera Utara, ada marga-marga yang diturunkan sesuai sukunya. Contohnya, marga Nasution dari Mandailing, Sembiring dari Batak Karo, Rajagukguk dari Batak Toba (Tapanuli), dan lain sebagainya. Atau Suku Ambon di Maluku dengan fam seperti Latuconsina dan Maitimu. Lalu ada juga keturunan Arab yang memiliki nama keluarga seperti Assegaf, Alatas, dan lain sebagainya.
Nama keluarga tidak umum digunakan di Jawa, Sunda, Betawi. Namun, biasanya kalangan bangsawan Jawa dan Sunda, menggunakan nama keluarga di belakang nama mereka. Ada orang Jawa yang memakai nama keluarga, ada yang berhenti di generasi Ayah atau kakek, dan ada yang sama sekali tidak punya nama keluarga.
Aturan penamaan dalam budaya Bali jauh lebih unik lagi. Bukan lagi nama keluarga yang diwariskan. Dari kasta, jenis kelamin, dan urutan lahir, semua dijadikan pedoman atau aturan mengikat untuk memberi nama anak yang baru lahir.
Di Indonesia saat ini nama tak lagi terpaku pada tradisi. Nama-nama tradisional, sudah semakin jarang dipakai. Makin banyak orang tua yang memilih nama dari negara Barat, atau yang berbau religi. Namanya pun bisa superpanjang. (M&B/SW/Dok. Freepik)