FAMILY & LIFESTYLE

Moms, Lakukan 6 Kebiasaan Baik Ini agar Keluarga Sehat



Banyak yang menganjurkan agar kita memiliki gaya hidup yang sehat. Namun, konsep ini selalu terkesan 'mahal' karena beberapa alasan. Misalnya, olahraga yang dilakukan harus di pusat kebugaran, atau bahan makanan yang organik dengan harga lebih tinggi dari yang biasanya.

Hal tersebut menjadi dasar yang ingin dipatahkan oleh Nestle di tengah masyarakat global. Melalui program Nestle for Healthier Kids (N4HK), anak-anak, orang tua, pengasuh, dan pengajar diajak untuk menerapkan hidup lebih sehat dan bahagia, sehingga terhindar dari risiko malnutrisi.

Gagasan mengenai pola hidup sehat ini disebut dengan '6 Kebiasaan Baik'. Jadi, Moms, Dads, Si Kecil, dan anggota keluarga lainnya dapat membiasakan diri dengan melakukan enam hal berikut ini, demi masa depan lebih baik.


1. Beri asupan gizi sesuai usia

Kebutuhan gizi anak tentu berbeda dengan orang dewasa, bahkan di setiap tahap kehidupannya, Si Kecil memiliki kebutuhan yang spesifik. Oleh karena itu, asupan gizi khususnya di 1.000 hari pertama menjadi krusial. Pastikan juga bahwa makanan yang diberikan adalah dari ragam jenis yang berbeda dan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi.


2. Konsumsi beragam jenis makanan bergizi seimbang

Penting bagi anak untuk mengonsumsi beragam jenis pangan guna memenuhi kebutuhan gizi seimbang, termasuk kebutuhan gizi makro dan mikro. Makanan yang bergizi mengandung karbohidrat untuk menyediakan tenaga yang dibutuhkan tubuh dalam melakukan kegiatan sehari-hari; protein seperti ikan, ayam, telur, tahu, dan tempe untuk membantu pembentukan sel dan otot yang diperlukan dalam pertumbuhan; serta vitamin dan mineral dari sayuran dan buah-buahan yang berperan dalam memelihara fungsi organ dan menyediakan antioksidan yang baik bagi tubuh.

Moms juga bisa mengajak Si Kecil untuk mengolah makanannya sendiri di dapur. Chef Sabir, Sekretaris Jenderal Association of Culinary Professionals Indonesia (ACPI) pun memberikan beberapa tips yang dapat diaplikasikan berdasarkan usia anak, yaitu:

• 3-5 tahun.Anak bisa mencuci, menuang, mengocok, mengaduk dan memilih bahan. Pada usia ini, biarkan Si Kecil mengenal alat memasak serta teknik dasar mengolah bahan makanan.

• 6-10 tahun.Anak dapat mengupas dan memarut sayur serta menimbang bahan. Ia akan lebih mampu memelajari tekstur dari jenis makanan yang berbeda dan cara menyiapkannya.

• 10-12 tahun.Anak sudah bisa memotong dan menggunakan kompor. Si Kecil dapat Anda latih untuk lebih disiplin dan membangun rasa kemandirian, terutama dalam memasak.


3. Mengatur porsi makan yang tepat sesuai usia anak

Anda bisa mengatur porsi makan anak dengan metode 'Isi Piringku'. Jadi pada piring Si Kecil, letakkan ¼ porsi protein, ¼ porsi karbohidrat, dan ½ sayuran serta buah-buahan. Camilan sehat juga bisa Moms siapkan, seperti kacang-kacangan atau buah yang diolah dan disajikan semenarik mungkin agar anak tertarik.


4. Konsumsi air putih

Berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang 2014 dari Kementerian Kesehatan RI, air merupakan sumber cairan yang paling baik. Fungsinya pun beragam, seperti membantu pencernaan, membuang racun, sebagai penyusun sel dan darah, mengatur keseimbangan asam basa tubuh dan mengatur suhu tubuh.


5. Lebih aktif bergerak

Orang tua memiliki tanggung jawab memberikan contoh dan mengajak anak menjalani pola hidup aktif, agar tubuh lebih sehat dan menurunkan risiko obesitas. Anda bisa mengajaknya melakukan aktivitas sederhana seperti merapikan kamar tidur atau mencuci mobil bersama, paling tidak seminggu sekali. Dengan berolahraga secara teratur, anak juga dapat menjaga berat badan normal (sesuai dengan umur dan tinggi badan anak).


6. Menikmati makan bersama keluarga

Psikolog anak, Saskhya Aulia Prima, menganjurkan untuk membiasakan memiliki rutinitas makan yang jelas. Hal ini akan melatih anak untuk merasakan rasa lapar agar porsi yang dimakan anak menjadi maksimal.

Melalui kegiatan makan bersama, orang tua dapat mengajarkan kebiasaan higienis, seperti mencuci tangan. Makanan yang dikonsumsi juga lebih terpantau kebersihannya. Pemakaian gadget oleh Si Kecil juga bisa dibatasi, dengan interaksi antar anggota keluarga. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)