TODDLER

Balita Naksir Lawan Jenis? Normal atau Tidak, Ya?



Masih kecil, tapi kok sudah mengenal kata "cinta", "naksir", atau "pacar". Hmm, normal apa tidak ya, apabila balita Anda mulai mengucapkan kata-kata tersebut? Mungkin ada Moms yang pernah mengalami. Si Kecil tiba-tiba mendekati Anda dan bercerita kalau ia menyukai teman lawan jenis di kelompok bermain atau tetangga di sekitar rumah.

Sebelum Moms 'panik', perlu diketahui bahwa belum tentu Si Kecil benar-benar jatuh cinta atau naksir kepada teman lawan jenisnya itu. Bahkan bukan tak mungkin, ia tidak mengetahui arti jatuh cinta itu sendiri. Ada beberapa hal yang perlu Moms perhatikan apabila Si Kecil mulai berbicara tentang cinta kepada lawan jenisnya.


1. Anak adalah Peniru Ulung

Ya, anak-anak gemar mengikuti apa saja yang dilakukan orang dewasa, termasuk Moms dan Dads. Mereka bisa saja berperan sebagai orang tuanya di rumah, maupun sebagai tokoh-tokoh yang mereka saksikan di televisi.

Banyak anak yang senang bermain rumah-rumahan dengan melibatkan pekerjaan rumah, boneka sebagai anak, dan lawan jenisnya sebagai suami atau istri karena hal itulah yang ia lihat sehari-hari.

Biarkan saja Si Kecil bermain peran seperti itu. Sekalipun anak membicarakan pernikahan setiap saat, sesungguhnya ia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan karena ia hanya meniru hal-hal di sekitarnya.


2. Memahami dengan Baik

Perasaan yang dialami oleh anak tidak bisa Anda cegah begitu saja, Moms. Saat Si Kecil menyukai sesuatu, maka ia akan tetap menyukainya meski Moms dan Dads berusaha menjauhkannya. Oleh sebab itu, lebih baik Anda menjadi pendengarnya untuk saat ini dan berusaha mengetahui lebih dalam fenomena Si Kecil yang sedang 'naksir' temannya.

Perlu diketahui, jika ia dilarang maka bukan tak mungkin anak akan menjadi semakin penasaran dengan perasaannya tersebut. Si Kecil juga bisa merasa kecewa apabila Anda terlalu keras melarangnya untuk berdekatan dengan teman yang ia sukai. Ada baiknya, Anda memberi pengertian kepada Si Kecil bahwa wajar baginya untuk menyukai salah satu teman, asalkan tidak berlebihan.


3. Memperhatikan Si Kecil

Si Kecil memang belum mengerti betul apa yang dilakukannya. Meski begitu, Anda harus tetap memperhatikan sampai sejauh mana mereka bermain peran sebagai ayah dan ibu. Jangan sampai mereka menirukan adegan yang tidak semestinya dari apa yang selama ini ditonton.

Selain itu, Moms dan Dads juga perlu mengajarkan kepada anak tentang bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh oleh orang lain. Tujuannya agar anak tidak bertindak terlalu jauh dengan saling menyentuh organ tubuh pribadinya.

Moms juga perlu memperhatikan apabila 'hubungan' Si Kecil dengan teman lawan jenisnya sudah terlalu jauh, terutama apabila teman tersebut melarangnya untuk bermain dengan anak lain. Beri pengertian kepada anak soal pertemanan yang sehat. Selain itu, Moms juga perlu waspada jika Si Kecil mulai menyukai orang dewasa.

Moms, biasanya perasaan suka atau naksir yang dirasakan Si Kecil, tidak berlangsung lama dan akan hilang dengan sendirinya. Satu hal yang perlu diperhatikan ketika perasaan itu semakin menguat dan Si Kecil seakan menjadi terobsesi, maka perasaan tersebut sudah tidak sehat lagi. Anda juga perlu memberi batasan sejauh mana Si Kecil bisa menyukai seseorang.

Secara bertahap, Anda perlu mengurangi rasa suka tersebut. Caranya, bisa dengan mengurangi rutinitas bermain bersama dengan teman yang disukai Si Kecil atau memperkenalkannya dengan beberapa teman baru. Jangan lupa untuk lebih sering bertanya kepada Si Kecil tentang teman-temannya atau menemaninya ketika bermain. Dengan begitu, Anda bisa mengetahui bagaimana hubungan pertemanan mereka. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)