BABY

Janin Bisa Anemia, Waspadai Eritroblastosis Fetalis!



Begitu Si Kecil lahir, umumnya dokter akan langsung melakukan beberapa tes, termasuk tes golongan darah. Moms pun bisa langsung tahu apakah Si Kecil memiliki golongan darah, A, AB, B, atau O. Moms juga perlu mengetahui rhesus anak Anda, yaitu positif atau negatif.

Semua pengecekan darah ini sangat penting diketahui, karena perbedaan golongan darah orang tua dan anak bisa menyebabkan suatu kondisi yang disebut eritroblastosis fetalis. Wah, penyakit apa, tuh? Waspadai dengan mengetahui info selengkapnya di bawah ini, Moms.


Anemia pada Janin


Menurut Encycopedia of Britannica, eritroblastosis fetalis adalah tipe anemia di mana sel darah merah pada janin dirusak oleh reaksi imun kehamilan, yang menyebabkan terbentuknya ketidakcocokan grup darah antara janin dan ibu.

Melansir Stanford Children's Health, masalah kesehatan bayi yang juga disebut dengan hemolytic disease of the newborn (HDN), ini juga terjadi ketika sel darah merah bayi terpecah sangat cepat.


Penyebab Eritroblastosis Fetalis

Semua orang memiliki golongan darah (A, AB, B, dan O) dan faktor rhesus (positif dan negatif). Ternyata masalah kesehatan bisa terjadi jika ibu dan anak memiliki perbedaan golongan darah dan faktor rhesus lho, Moms!

Biasanya eriblastosis fetalis terjadi ketika ibu memiliki rhesus negatif, kemudian memiliki bayi dari suami yang memiliki rhesus positif. Jika bayinya lahir dengan faktor rhesus positif (seperti ayahnya), maka ini bisa menjadi masalah jika sel darah merah bayi masuk ke ibunya yang memiliki rhesus negatif.

Sistem imun tubuh ibu dengan rhesus negatif akan melihat rhesus positif sel darah merah bayi sebagai sebuah benda asing. Kemudian, sistem imun tubuh akan merespons dengan membuat daya tahan tubuh untuk melawan sel yang dianggap asing ini.

Kalau sudah seperti ini, maka sistem imun tubuh Anda akan menyimpan jenis antibodi yang memerangi rhesus seperti ini. Artinya, eritoblastosis fetalis bisa terjadi pada kehamilan Anda berikutnya, karena Anda sekarang sudah sensitif dengan rhesus positif.


Kapan Terjadi?

Umumnya ini terjadi saat persalinan, ketika plasenta pecah. Namun ini juga bisa terjadi kapan saja ketika darah ibu dan janin bercampur, seperti jika terjadi keguguran atau terjatuh. Bahkan ini bisa terjadi saat tes prenatal, seperti saat tes amniocentesis atau chorionic villus. Tes ini potensial mencampur darah ibu dan bayi, karena menggunakan jarum untuk mengambil sel darah ibu.


Lebih Parah di Kehamilan Kedua

Umumnya kasus ini bukan masalah di kehamilan pertama, karena lebih sering terjadi di kehamilan kedua, saat ibu mengandung janin dengan rhesus positif lagi. Di kehamilan kedua tersebut, antibodi ibu akan melawan sel positif di tubuh janin, hingga janin sakit. Inilah yang disebut eritoblastosis pregnancy, dan setelah bayi lahir penyakit ini disebut dengan HDN atau hemolytic disease of the newborn.


Gejala saat Hamil

Beda kehamilan, beda anak, beda pula gejalanya. Saat masih hamil, ibu biasanya tidak sadar akan potensi bahaya ini, namun eritroblastosis fetalis bisa diketahui dengan mengenai gejala ini saat tes kehamilan:

1. Cairan ketuban berwarna kuning. Warna ini berasal dari bilirubin, yang menjadi tanda sel darah mulai menurun.

2. Janin mungkin mengalami pembengkakan hati, jantung, dan limpa.

3. Janin mungkin mengalami cairan lebih di perut, paru, atau kulit kepala. Ini adalah tanda hydrops fetalis, suatu kondisi yang menyebabkan edema atau pembengkakan.


Gejala Setelah Lahir

Tanda bayi mengalami HDN adalah:

1. Kulit pucat karena mengalami anemia kekurangan sel darah merah.

2. Sakit kuning (tubuh dan mata berwarna kuning setelah bayi berusia 24-36 jam).

3. Hati dan limpa bayi berukuran besar.

4. Mengalami bengkak di banyak bagian tubuh lainnya, karena bayi mengalami hydrops fetalis. Hal ini biasanya membuat bayi sulit napas dan sangat pucat. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)