BUMP TO BIRTH

5 Mitos Persalinan Caesar yang Salah dan Fakta Sebenarnya



Jika Moms akan menjalani proses melahirkan, Anda tentu berharap persalinan bisa dilakukan secara normal. Walaupun begitu, terkadang muncul kendala sehingga Anda akhirnya harus melakukan persalinan dengan operasi caesar.

Memang, sebenarnya bukan masalah besar jika Anda melahirkan lewat operasi caesar. Namun, Anda mungkin saja pernah atau bahkan sering mendengar banyaknya mitos seputar persalinan caesar yang bisa membuat Anda merasa khawatir dan takut, sehingga enggan melakukan persalinan caesar.

Padahal mitos-mitos tersebut bukanlah sesuatu yang benar dan mesti Anda percayai, Moms. Lantas apa saja sih, mitos-mitos tentang persalinan caesar yang beredar dan bagaimana faktanya?

1. Melahirkan caesar membuat perempuan tidak sempurna menjadi seorang ibu.

Mungkin ini adalah mitos yang paling sering Anda dengar ya, Moms. Padahal ini adalah pernyataan yang sangat konyol. Baik melahirkan secara normal ataupun caesar, Anda adalah seorang ibu yang telah berjuang penuh pengorbanan untuk bisa melahirkan buah hati Anda dengan sehat dan selamat ke dunia ini. Itu merupakan pekerjaan yang sangat tidak mudah, dan Anda sudah selayaknya bangga, Moms!

Jadi jika ada yang mengatakan hal tersebut, berikan tanggapan yang positif, bahwa melahirkan normal atau caesar hanya prosesnya yang berbeda, selebihnya sama, sama-sama melahirkan bayi, merasakan sakit, dan harus fokus dalam merawat Si Kecil setelah itu.

2. Tidak bisa melahirkan secara normal setelah melahirkan dengan operasi caesar.

Anda masih tetap bisa kok, melahirkan secara normal setelah melakukan persalinan caesar. Hal ini dikenal dengan VBAC (vaginal birth after caesarean), namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu Moms harus menjaga jarak antara persalinan pertama dan kedua, taksiran berat janin, serta letak janin dalam rahim. Syarat-syarat tersebut masuk ke dalam penilaian untuk bisa melakukan VBAC. Jika semuanya terpenuhi, Anda bisa mencoba persalinan per vaginam. Namun untuk amannya, sebaiknya Anda melakukan konsultasi secara rutin dengan dokter kandungan terkait VBAC.

3. ASI akan susah keluar usai persalinan caesar.

Faktanya, hal ini juga sering dialami oleh Moms yang melahirkan secara normal. Meskipun telah dinyatakan sehat oleh dokter, mungkin saja ASI Anda memang tidak langsung keluar saat itu juga. Hal ini disebabkan banyak faktor, seperti keadaan emosi yang dialami sang ibu. Jika Moms mengalami emosi yang tidak stabil, maka ASI yang diproduksi juga sangat sedikit.

Baca juga: Cara Melakukan Inisiasi Menyusui Dini Pasca Caesar

Memang, perlu waktu untuk bisa menghasilkan ASI dengan lancar dan Anda tidak bisa langsung sukses menyusui dalam satu hari. Bisa saja ASI yang Moms produksi tidak keluar karena posisi menyusui yang belum tepat. Perlu Anda ketahui, bayi bisa bertahan sampai 72 jam setelah dilahirkan tanpa asupan lain.

4. Persalinan caesar tidak memungkinkan untuk melakukan kontak dengan bayi.

Setelah melahirkan, Moms memang dianjurkan untuk memberikan skin-to-skin contact dengan bayi Anda. Salah satu tujuannya, tubuh ibu akan membantu mengatur suhu tubuh bayi baru lahir. Namun, usai melahirkan caesar, beberapa bagian tubuh Anda mungkin jadi sensitif. Tetapi ini tidak berarti Anda tidak bisa melakukan skin-to-skin contact dengan bayi.

Moms bisa mencoba menemukan posisi yang nyaman untuk melakukannya sambil memeluk bayi Anda. Jika perlu, Anda bisa menitip pesan kepada dokter agar langsung mendekatkan bayi dengan Anda untuk menciptakan kontak secara langsung dengan buah hati.

5. Ibu yang melakukan operasi caesar adalah ibu yang egois.

Proses persalinan yang akan dijalani oleh seorang bumil ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi kesehatan dan riwayat medis Anda. Jika kondisi kesehatan dan kehamilan Anda tidak bermasalah, maka Anda bisa melakukan persalinan normal. Namun, jika ada masalah, dokter mungkin akan merekomendasikan persalinan caesar. Adapun kondisi-kondisi yang sering menjadi alasan yang mengharuskan Moms melakukan operasi caesar adalah sebagai berikut:

• Ukuran bayi besar sedangkan ukuran pinggul ibu kecil.

• Bayi dalam posisi yang tidak memungkinkan, seperti sungsang.

• Ibu akan melahirkan bayi kembar.

• Proses pembukaan yang terlalu lambat sehingga bayi tidak mendapatkan cukup oksigen.

• Pengalaman traumatik ibu yang sebelumnya pernah melahirkan secara normal.

• Ibu memiliki riwayat medis yang tidak mendukung untuk melahirkan secara normal (diabetes, tekanan darah tinggi, HIV, herpes, atau masalah pada plasenta).

Jika Moms mengalami kondisi-kondisi tersebut dan dokter telah merekomendasikan, maka sebaiknya Anda melakukan persalinan sesuai prosedur demi keselamatan ibu dan bayi. Jadi, persalinan caesar dilakukan atas pertimbangan untuk keselamatan ibu dan bayi, bukan menjadi tanda Anda orang yang egois ya, Moms. (M&B/SW/Dok. Freepik)