Serangan virus corona semakin merajalela, Moms! Waspada perlu, namun tidak perlu panik berlebihan. Yang penting, Moms dan keluarga selalu menjaga daya tahan tubuh tetap kuat dan tak lupa mengutamakan kebersihan diri.
Kami mengerti keresahan yang Moms rasakan, terlebih karena begitu banyak berita tentang corona di luar sana. Untuk itu World Health Organization (WHO) mengeluarkan fakta-fakta guna membantah mitos yang simpang siur mengenai virus corona. Simak fakta dari WHO berikut ini yuk, Moms!
Mitos: Virus corona tidak bisa hidup di udara panas.
Fakta WHO: Virus ini bisa hidup di semua area, termasuk area dengan suhu udara panas dan lembap. Walau begitu, tidak perlu terlalu panik! Bahkan jika Anda baru pulang traveling dari negara yang terserang wabah corona, Anda tetap bisa melindungi diri dengan rajin cuci tangan pakai sabun dan jangan menyentuh mata, mulut, serta hidung.
Mitos: Mandi air panas bisa mencegah COVID-19.
Fakta WHO: Mandi atau berendam air panas tidak bisa mencegah penularan virus corona. Suhu tubuh normal manusia berkisar antara 36 derajat C sampai 37 derajat C, dan begitu juga dengan suhu air hangat yang Anda gunakan untuk mandi. Rajin cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer berbahan dasar alkohol jauh lebih baik untuk melindungi diri Anda.
Mitos: Virus corona bisa ditularkan dari gigitan nyamuk.
Fakta WHO: Hingga saat ini belum ada informasi atau bukti penularan corona dari gigitan nyamuk. Virus corona adalah virus pernapasan yang mayoritas menyebar melalui droplets (cairan tubuh) dari penderita corona yang bersin atau batuk.
Mitos: Menggunakan pengering tangan bisa mencegah infeksi corona.
Fakta WHO: Tidak, menggunakan pengering tangan (hand dryer) tidak bisa mencegah atau bahkan mematikan virus corona. Namun rajin mencuci tangan benar bisa mencegah penularan virus corona. Setelah mencuci tangan, keringkan dengan sempurna menggunakan tisu bersih.
Mitos: Menggunakan lampu UV baik untuk mensterilkan tangan.
Fakta WHO: Lampu UV (ultraviolet) tidak seharusnya digunakan untuk mensterilkan tangan atau area kulit lainnya, karena radiasi sinar UV justru bisa menyebabkan iritasi kulit.
Mitos: Makan bawang putih bisa mencegah infeksi virus corona.
Fakta WHO: Bawang putih memang sehat dan baik untuk tubuh, ini juga dikenal memiliki kekuatan antimikroba. Namun hingga saat ini belum ada bukti makan bawang putih bisa melindungi diri Anda dari virus corona baru.
Mitos: Alat pendeteksi suhu tubuh bisa mendeteksi virus corona.
Fakta WHO: Pendeteksi suhu tubuh atau thermal scanner sangat efektif mendeteksi demam (apa pun penyebab demamnya), namun tidak bisa mendeteksi infeksi virus corona baru. Salah satu gejala awal infeksi virus corona memang demam, namun membutuhkan waktu 2-10 hari untuk demam sejak pertama kali terinfeksi virus corona, dan awal infeksi tidak bisa terdeteksi oleh thermal scanner.
Mitos: Menyemprotkan alkohol ke seluruh tubuh bisa membunuh corona.
Fakta WHO: Tidak, menyemprotkan alkohol atau klorin ke seluruh tubuh Anda tidak akan membunuh virus yang sudah masuk ke dalam tubuh. Menyemprotkan alkohol ke seluruh tubuh justru merusak pakaian dan sel-sel mukosa (seperti mata, mulut, dan hidung). Alkohol dan klorin lebih baik digunakan untuk mensterilkan permukaan benda.
Mitos: Vaksin pneumonia bisa melindungi diri dari COVID-19.
Fakta WHO: Vaksin pneumonia tidak bisa memberikan perlindungan melawan virus corona, begitu juga dengan vaksin influenza. Virus corona sangat baru dan berbeda dari virus yang sudah ada, maka ini membutuhkan vaksin tersendiri, yang hingga saat ini masih dalam tahap pengembangan oleh para peneliti dan ilmuwan WHO. Namun walau vaksin pneumonia dan influenza tidak melindungi dari virus corona, WHO sangat menyarankan kedua vaksin ini untuk melindungi diri dari penyakit pernapasan.
Mitos: Antibiotik bisa mencegah dan mengobati virus corona baru.
Fakta WHO: Ingat, antibiotik hanya efektif melawan bakteri, bukan virus! Antibiotik tidak bisa mencegah dan mengobati infeksi virus corona. Namun jika Anda dirawat di rumah sakit karena infeksi corona, maka Anda mungkin mendapatkan pengobatan antibiotik karena infeksi bakteri mungkin juga terjadi. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)