Saat ini wabah virus COVID-19 telah menyebar dengan sangat cepat. Sudah ada lebih dari 160 negara di dunia yang terkena wabah tersebut. Hal ini tentunya menimbulkan kecemasan dan ketakutan di kalangan masyarakat.
Ditambah lagi, di era digital kini, banyak berita yang beredar secara simpang siur namun tidak bisa dipastikan kebenarannya. Alhasil, kita sendiri tidak tahu lagi, mana informasi yang bisa dipercaya dan mana yang tidak.
Salah satu informasi terkait virus COVID-19 yang belakangan marak beredar adalah mengenai rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) kepada penderita gejala infeksi virus corona untuk menghindari asupan medis atau obat ibuprofen.
Ada juga pesan berantai melalui grup-grup percakapan WhatsApp yang diklaim bersumber dari WHO mengenai ibuprofen yang bisa membuat virus COVID-19 hidup lebih lama. Moms mungkin pernah membaca atau menerima pesan tersebut di WhatsApp Anda.
Benarkah ibuprofen tidak boleh dikonsumsi oleh penderita gejala infeksi virus corona? Dan benarkah ibuprofen bisa membuat virus COVID-19 hidup lebih lama?
Fakta yang Sebenarnya
Dikutip dari Tempo.co yang melansir dari Poynter.org, perdebatan mengenai penggunaan ibuprofen pada pasien COVID-19 bermula saat Menteri Kesehatan Perancis Olivier Veran mencuit di Twitter mengenai obat tersebut beberapa waktu lalu. Menurut Veran, ibuprofen justru dapat memperburuk efek dari virus, bahkan dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke, terutama jika penggunaannya dilakukan dalam jangka panjang dan dosis tinggi. Ia mengatakan ini merujuk pada studi Badan Nasional Perancis untuk Keselamatan Obat pada 2019. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ibuprofen dapat menyebabkan komplikasi terhadap semua pasien penyakit menular.
Namun, pendapat berbeda diajukan oleh otoritas kesehatan di Spanyol maupun Austria. Mereka melaporkan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan ibuprofen bisa memperburuk pasien COVID-19. Bahkan, otoritas Kesehatan Austria menyebut bahwa klaim "ibuprofen memperburuk gejala COVID-19" sebagai berita palsu alias hoaks.
Menengahi perdebatan ini, WHO angkat bicara. Melalui akun Twitter resminya, @WHO, Badan tersebut menyatakan bahwa berdasarkan informasi yang tersedia sejauh ini, WHO tidak merekomendasikan untuk menentang penggunaan ibuprofen.
"Kami juga berkonsultasi dengan para dokter yang merawat pasien COVID-19 dan tidak menemukan laporan tentang efek negatif ibuprofen, di luar efek samping yang diketahui yang membatasi penggunaannya pada populasi tertentu. WHO juga tidak menemukan data berbasis klinis atau populasi yang dipublikasikan tentang topik ini," demikian pernyataan WHO.
Sejumlah pakar di bidang kedokteran dan kesehatan juga memberikan pendapatnya terhadap hal ini. "Saya tidak berpikir membuat rekomendasi untuk menghindari kategori obat ini, yang sangat bermanfaat, bijaksana pada saat ini," ujar Daniel Solomon, profesor kedokteran di Harvard Medical School dan dokter spesialis reumatologi di Brigham and Women's Hospital.
Sementara National Health Service, Badan Layanan Kesehatan Nasional asal Inggris juga berpendapat saat ini tidak ada bukti kuat bahwa ibuprofen dapat memperburuk penderita virus COVID-19. Namun sampai ada informasi lebih lanjut, NHS menyarankan menggunakan parasetamol untuk obat, kecuali jika Anda tidak cocok dengan obat tersebut. (M&B/SW/Dok. Freepik)