FAMILY & LIFESTYLE

Ini Cara Hadapi COVID-19 Bila Memiliki Masalah Autoimun



Pandemi COVID-19 telah menyebabkan kecemasan, terutama pada kelompok orang tua dan mereka yang memiliki masalah kesehatan atau penyakit. Ya, COVID-19 merupakan ancaman bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah dan punya riwayat penyakit kronis jangka panjang. Akan tetapi, bagaimana dengan mereka yang memiliki kondisi autoimun? Penyakit autoimun sendiri adalah suatu kondisi yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh balik menyerang tubuh kita.

Penderita Autoimun Tidak Lebih Rentan Terinfeksi

Sebenarnya, hingga saat ini COVID-19 belum tampak lebih mudah menyerang para penderita autoimun. Dilansir dari Northwestern Medicine, orang-orang dengan gangguan autoimun tidak lebih rentan untuk mengidap COVID-19. Walau begitu, orang dengan gangguan autoimun dapat memiliki komplikasi yang lebih berat bila sistem imun mereka ditekan, baik oleh kondisi imun yang dimiliki atau oleh medikasi autoimun.

Para ahli percaya bahwa semakin buruk kondisi kesehatan seseorang, maka semakin tinggi pula risiko untuk mengalami komplikasi serius akibat COVID-19. Meskipun begitu, masih belum jelas tentang dampak dari COVID-19 bila sistem imun terlalu aktif, sebagaimana yang sering muncul pada kondisi autoimun.

Orang-orang yang menggunakan medikasi untuk menekan sistem imun dipertimbangkan memiliki kelainan imun (immunocompromised). Medikasi bertugas untuk menurunkan fungsi sistem imun sehingga organ tubuh tak diserang oleh imun. Hal ini berarti sistem imun tidak sempurna dan kurang mampu untuk melawan infeksi, bukan hanya COVID-19, tapi banyak penyakit lainnya. Maka dari itu, tindakan pencegahan haruslah tepat untuk menjaga keselamatan.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memasukkan orang dengan kondisi immunocompromised dalam daftar orang yang memiliki risiko tinggi mengalami penyakit berat akibat COVID-19. Lengkapnya, berikut isi daftar tersebut:

• Orang berusia di atas 65 tahun,

• Orang yang tinggal di rumah rawat atau fasilitas perawatan jangka panjang,

• Orang dengan penyakit paru-paru kronis atau asma berat,

• Orang dengan kondisi jantung serius,

• Orang yang immunocompromised. Ada banyak penyebab immunocompromised, seperti perawatan kanker, merokok, baru menerima transplantasi organ, defisiensi imun, kondisi AIDS yang tidak dirawat dengan baik, atau penggunaan corticosteroid dan medikasi pelemahan imun dalam jangka waktu yang panjang.

• Orang yang obesitas,

• Orang dengan diabetes,

• Orang dengan penyakit ginjal kronis dan yang sedang menjalani dialisis,

• Orang dengan penyakit hati.

Menghadapi COVID-19 dengan Autoimun

Para ahli sepakat bahwa cara terbaik mengatasi COVID-19 adalah dengan berkonsultasi dengan dokter. Walaupun begitu, dengan kondisi prioritas yang bergeser untuk mencegah penularan, maka konsultasi dengan dokter perlu dilakukan hanya bila terasa gejala.

Menurut American Autoimmune Related Disease Association (AARDA), medikasi immunosuppressive dan corticosteroid mengurangi aktivasi sel imun yang berperan untuk menyebabkan demam. Maka dari itu, para penderita autoimun yang mengambil medikasi tersebut dapat saja terjangkit virus tanpa menimbulkan gejala demam.

Karena itu, AARDA merekomendasikan untuk segera hubungi dokter bila Anda menderita masalah autoimun dan sedang menjalani medikasi pengontrolan imun, lalu mengalami gejala batuk, kelelahan, dan masalah pernapasan, walaupun tanpa merasakan demam.

Yang perlu diingat, tindakan pencegahan utama seperti menghindari kerumunan dan pembatasan jarak fisik (physical distancing) harus terus dilakukan (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)