Harapan agar Si Kecil tumbuh menjadi anak yang riang dan supel mungkin dimiliki oleh banyak orang tua, termasuk juga Anda ya, Moms. Namun, tak semua anak bisa bergembira dan mendapatkan energinya dari orang banyak dan sekitar, karena Si Kecil bisa saja tumbuh sebagai anak yang introvert, dan hal ini sama sekali normal.
Menurut Dr. Marti Olsen Laney pada bukunya yang berjudul The Hidden Gifts of The Introverted Child, kita semua terlahir baik sebagai introvert atau ekstrovert, walaupun hal ini bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu dan oleh pengalaman serta lingkungan. Akan tetapi, memang bisa menjadi sebuah tantangan tersendiri bila Si Kecil memiliki sifat introvert, terlebih lagi bila Anda adalah seorang ekstrovert. Lalu, bagaimana mengetahui bila Si Kecil introvert?
Kenali karakter anak
Introvert bukanlah sebuah kekurangan maupun cacat. Banyak seniman, ilmuwan, atau orang terkenal yang introvert. Penelitian menunjukkan bahwa 30-50% populasi masyarakat Amerika Serikat adalah pribadi yang introvert.
Introvert bukan termasuk gangguan kecemasan sosial atau gangguan perilaku lainnya. Tak melulu pendiam maupun pemalu, karena seorang introvert juga bisa ramah dan seru diajak bercerita.
Baik ekstovert maupun introvert bisa sama-sama pemalu, tapi berbeda dengan ekstrovert yang mengambil energi dari lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, introvert memenuhi energinya dengan orientasi ke dalam, yakni dengan menyendiri atau menghabiskan waktu dengan diri sendiri.
Berikut ini beberapa tanda awal bila Si Kecil adalah seorang yang introvert, Moms.
1. Penasaran tapi waspada
Si Kecil lahir dengan rasa penasaran yang tinggi, tapi di sisi lain ia juga terlahir sebagai seorang pengamat. Ia bisa saja termasuk introvert bila Anda melihatnya terdiam sejenak untuk mengamati dari jarak tertentu sebelum akhirnya bergabung dengan sebuah kelompok bermain.
2. Sensitif dengan lingkungan
Anak yang introvert bisa merasa kelelahan di tempat yang ramai dan sibuk, sehingga ia bisa menangis atau meminta Anda menggendongnya. Pada tahun 2014, Jerome Kagan dan Nancy Snidman, psikolog Harvard, menemukan bahwa bayi yang sangat reaktif terhadap stimulan asing cenderung tumbuh menjadi pribadi yang pemalu. Dibandingkan dengan anak ekstrovert, anak yang introvert mudah lelah oleh stimulasi luar yang berlebihan.
3. Riang di rumah tapi pendiam di tempat umum
Si Kecil mungkin akan menghindari kontak mata dan menjadi pendiam saat bertemu orang baru. Ia butuh waktu untuk "pemanasan" saat bertemu orang baru. Namun, ketika bersama dengan orang-orang yang ia sudah kenal dan nyaman, ia bisa menjadi seseorang yang cerewet atau bertingkah lucu.
Baca juga: 5 Cara Mengajarkan Anak untuk Mudah Bergaul
4. Gemar bermain sendiri
Anak yang introvert mengisi energinya dengan bersenang-senang dengan dirinya sendiri. Jadi, bila Si Kecil menghabiskan waktu berjam-jam di kamarnya untuk bermain masak-masakan atau hanya sekadar mewarnai, maka mungkin saja ia anak introvert. Salah satu sebabnya juga, banyak anak introvert yang memiliki imajinasi yang kuat.
5. Rewel setelah play date
Anak introvert bisa sangat kelelahan dengan interaksi sosial yang ramai dan berkepanjangan, sehingga ia butuh waktu sendiri untuk mengisi energinya kembali. Ketika Si Kecil sedang bermain dengan teman-temannya, perhatikan reaksinya. Bila ia tampak lelah atau rewel setelah play date, bahkan walau ia menikmati waktu bermainnya, maka bisa saja Si Kecil introvert.
Rawat dengan tepat
Bila Anda yakin Si Kecil adalah introvert, maka hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menerimanya 100 persen. Anda tak perlu merasa bingung atau cemas bila Si Kecil tampak lebih menikmati waktu sendirinya. Membuatkan atau menyediakan sebuah ruang privasi buat Si Kecil adalah hal yang penting agar ia punya fasilitas maupun kesempatan untuk "recharge". Ruang privasi untuk anak bisa berbentuk ruangan maupun momen di mana ia dapat melakukan hal-hal yang ia suka sendiri.
Selagi Anda perlu mendorongnya untuk memiliki interaksi sosial dan aktivitas fisik yang baik, penting pula untuk mengetahui pengalaman pertumbuhan emosi terbesar Si Kecil dan memberikannya stimulasi intelektual yang terbaik.
Memberikan Si Kecil pilihan dalam berbagai aktivitasnya, termasuk kapan dan bagaimana ia mau bermain dengan teman-temannya, akan membuat Si Kecil bisa tumbuh optimal tanpa beban. (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Freepik)