BUMP TO BIRTH

Mitos Seputar Fertilitas, Infertilitas, dan IVF yang Keliru



Memiliki buah hati tentu merupakan salah satu hal yang didambakan oleh hampir semua pasangan yang telah menikah. Maka tak heran bila banyak pasangan suami istri yang akan mengusahakan segala cara agar mereka bisa mendapatkan keturunan.

Meskipun begitu, tak bisa dipungkiri bahwa tidak sedikit pasangan yang telah lama menikah dan mencoba segala cara untuk mendapatkan keturunan, namun usahanya belum membuahkan hasil. Hal ini biasanya dikaitkan dengan masalah kesuburan atau fertilitas.

Bila dalam setahun belum terjadi kehamilan, padahal pasangan suami istri sudah rutin berhubungan seksual dan tidak menggunakan alat kontrasepsi, pasangan tersebut bisa dikatakan mengalami infertilitas atau kemandulan. Sayangnya masalah infertilitas ini biasanya dikaitkan dengan masalah yang dialami oleh wanita, dan hal ini sepertinya sudah menjadi mitos yang beredar di masyarakat.

Selain mitos tersebut, masih banyak lagi mitos tentang fertilitas, infertilitas, maupun program IVF, yang keliru dan dipercaya oleh masyarakat, apa saja mitos-mitos tersebut?

1. Infertilitas adalah masalah wanita

Mungkin banyak orang yang tak asing dengan mitos yang menyebutkan bahwa infertilitas merupakan masalah yang cenderung dialami wanita. Namun faktanya inferlitas bukan merupakan masalah yang hanya bisa dialami wanita. Kaum pria pun bisa mengalaminya. Melansir laman Alodokter, bahkan sekitar 30% kasus infertilitas yang terjadi berasal dari pria.

2. Ejakulasi tanda kesuburan pada pria

Masalah infertilitas pada pria biasanya disebabkan oleh jumlah, bentuk, dan pergerakan sperma. Meski saat berhubungan intim seorang pria mengalami ejakulasi normal, hal ini tidak menjamin bahwa spermanya dalam kondisi prima dan menandakan kesuburannya.

3. Clomid dapat membuat wanita cepat hamil

Clomid merupakan obat yang biasa diresepkan dokter sebagai obat penyubur kandungan. Obat ini pun dipercaya dapat membantu seorang wanita agar bisa cepat hamil. Namun faktanya bila seorang wanita tidak mengalami masalah kesuburan, Clomid tidak akan membantu untuk mempercepat terjadinya kehamilan. Saat wanita yang tidak memiliki masalah kesuburan mengonsumsi Clomid, hal tersebut justru dikhawatirkan bisa menimbulkan hambatan untuk bisa segera hamil.

4. Seseorang tidak bisa hamil secara alami bila mengalami masalah infertilitas

Faktanya seseorang yang didiagnosis mengalami infertilitas bisa hamil secara alami meski tanpa menjalani perawatan kesuburan terlebih dahulu. Namun kemungkinan keberhasilan kehamilannya memang tergantung pada penyebab menurunnya kesuburan, usia, dan berapa lama seseorang berusaha untuk mendapatkan keturunan.

5. Adopsi anak bisa memancing kehamilan

Kehamilan memang bisa terjadi setelah pasangan suami istri mengadopsi seorang anak. Namun hal ini bukan disebabkan karena mengadopsi anak tersebut. Pada dasarnya pasangan suami istri yang mengalami masalah infertilitas bukan berarti tidak bisa hamil, kembali lagi pada usaha mereka untuk mendapatkan keturunan, misalnya dengan program IVF.

6. Pria dan wanita muda pasti subur

Semakin bertambah usia, seseorang memang mungkin mengalami penurunan kesuburan. Namun menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), diketahui 9% wanita usia 15 hingga 29 tahun mengalami kesulitan untuk hamil. Sementara persentase kesulitan untuk hamil meningkat menjadi 14% pada wanita usia 30 hingga 34 tahun, dan semakin meningkat menjadi 16% pada wanita berusia 40 hingga 44 tahun.

7. IVF tak terbatas usia

Sama seperti kesuburan yang akan menurun seiring usia seseorang bertambah, peluang seseorang untuk sukses dalam program IVF juga menurun dengan bertambahnya usia. Menurut data CDC, keberhasilan wanita di bawah usia 35 tahun menjalankan program IVF sebanyak 33%. Untuk wanita usia 38-40 tahun, tingkat keberhasilannya menurun hampir setengahnya, yaitu hampir 17%. Sedangkan untuk wanita usia 43-44 tahun, tingkat keberhasilannya hanya mencapai 3%.

8. Bila sudah punya anak, tak perlu mengkhawatirkan masalah fertilitas

Bila pasangan suami istri mengalami kesulitan untuk hamil setelah berhasil hamil sebelumnya ini bisa dinamakan infertilitas sekunder. Hal ini pun menunjukkan bahwa keberhasilan kehamilan sebelumnya tidak menjamin kesuburan yang berkelanjutan dan kesuksesan saat merencanakan kehamilan selanjutnya.

9. Masalah infertilitas bisa diatasi dengan mengubah pola makan dan gaya hidup sehat

Faktanya sebagian besar masalah infertilitas tidak dapat dengan mudah diselesaikan dengan perubahan pola makan dan gaya hidup. Selain itu, belum banyak pula studi yang mendukung mitos tersebut.

10. Herbal dan suplemen dapat meningkatkan kesuburan

Bebarapa suplemen memang dapat meningkatkan kesuburan, namun bukan berarti dapat benar-benar mengatasi masalah kesuburan yang dialami seseorang. Begitu pun dengan obat herbal, meski disebut alami, bukan berarti tidak berpotensi menyebabkan bahaya pada orang yang mengonsumsinya. (Vonda Nabilla/SW/Dok. Freepik)