Menyaksikan balita Anda memukul saudaranya atau kawannya mungkin membuat Moms mempertanyakan kemampuan parenting Anda. Anda merasa tidak pernah mengajarkannya untuk memukul, entah bagaimana Si Kecil bisa dengan entengnya memukul orang lain.
Tenang, Moms, karena sebenarnya semua anak akan melalui fase ini. Deborah Glasser Schenck, Ph. D., direktur Family Support Services di Nova Southeastern University, sering menyebut masa balita sebagai "fase memukul" karena perilaku ini umum muncul pada anak kecil, terutama yang berumur 1-2 tahun. Yang perlu Anda lakukan adalah memahami penyebabnya dan cara mengatasinya.
Baca juga: Kenapa Balita Makin Dilarang Malah Seperti Makin Disuruh?
Bukan nakal, ini alasan balita suka memukul
Melansir Parents, ada beberapa alasan yang bisa menyebabkan Si Kecil gemar memukul, antara lain:
Sedang berkomunikasi
Sebagai manusia kecil yang masih dalam tahap belajar, ia belum menguasai bahasa dengan fasih, padahal ia perlu meluapkan berbagai emosi yang ia rasakan. Karena itu, Si Kecil akan lebih suka menggunakan tubuhnya sebagai media komunikasi.
Melindungi diri
Bila Moms sadari, Si Kecil bisa menjadi lebih agresif saat playdate. Lalu, apa alasannya? Ia dikerumuni oleh anak-anak yang merebut mainannya, berteriak-teriak kepadanya, bermain dengan kasar, atau sekadar menginvasi jarak nyaman Si Kecil.
Mengalami hari yang buruk
Bila balita baru saja mengalami hari yang tidak menyenangkan, maka ia bisa dengan mudah memukul Anda atau orang-orang di sekitarnya. Alasannya, ia belum memiliki kemampuan untuk meredam amarah. Anak yang kalem pun akan memukul bila stres atau terlalu lelah.
Meniru orang lain
Bila Moms merasa tidak pernah mengajarkan kekerasan di dalam keluarga Anda, maka bisa jadi Si Kecil memukul karena ia melihat dan meniru orang lain. Tayangan televisi, pertikaian di tengah jalan, atau melihat teman-temannya memukul satu sama lain bisa memicu keinginan Si Kecil untuk mencoba mempraktikkannya.
Temperamental natural
Ada beberapa anak yang terlahir tenang, tapi ada pula anak yang lahir dengan emosi yang meluap-luap. Karena itu, dengan segala kendala bahasa yang dipunya, Si Kecil lebih sering mengekspresikannya dengan memukul. Hal ini tidak berarti ia nakal, tapi ia hanya butuh belajar untuk mengontrol emosi dengan baik sedini mungkin.
Mencoba hal baru
Masa balita adalah masa yang penuh dengan eksplorasi. Di momen-momen ini Si Kecil sedang senang untuk menguji reaksi sebab-akibat pada hal-hal di sekitarnya. "Bila aku melakukan ini, apa ya yang akan terjadi?" Maka, mungkin tak hanya memukul, Si Kecil juga bisa menyebabkan banyak "kekacauan" lainnya selama rentang usia ini.
Butuh ruang privasi
Balita belum memiliki kemampuan spasial yang mumpuni. Maka dari itu, bila ia merasa terpojok atau merasa terlalu dekat dengan anak-anak lain, ia bisa saja memukul anak lain. Hal ini terjadi sebagai tindakan refleksnya.
Cara mudah mengatasi masalah balita suka memukul
Jangan bingung atau panik ketika mendapati Si Kecil mulai memukuli temannya. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi situasi seperti ini, Moms.
Kenali alasannya
Hal ini bisa sulit dilakukan karena keterbatasan kemampuan berkomunikasinya. Amati apa yang terjadi sebelum ia memukul dan apa yang ia pukul. Bila ia memukul segelas jus, coba tanya apa yang mau ia minum dan minta ia untuk mengatakannya daripada memukul gelas.
Cegah ia memukul
Kenali tanda-tanda ia akan memukul dengan memahami kondisi Si Kecil. Apakah ia berada di kerumunan? Apakah ia lapar? Apakah ia kelelahan? Pastikan ia makan dan tidur dengan cukup. Hal ini bisa mencegah ia jadi rewel dan memukuli orang-orang di sekitarnya.
Tenangkan dirinya
Jangan sampai Si Kecil melihat Anda berlaku panik ketika mendapatinya memukul benda atau temannya. Pasalnya, reaksi Anda yang berapi-api bisa menjadi sebuah insentif dan kesenangan tersendiri bagi Si Kecil. Alhasil, ia bukan tidak mungkin akan melakukannya lagi di lain hari.
Tunjukkan empati
Si Kecil mungkin belum memahami perasaan yang ia alami, baik marah atau frustrasi. Maka dari itu, Anda bisa meresponsnya dengan mengidentifikasi perasaan yang mungkin ia rasakan. Di saat yang bersamaan, puji Si Kecil saat ia berhasil menahan diri untuk tidak memukul.
Hubungkan aksinya dengan perasaan orang lain
Anak memiliki pemahaman terbatas tentang dampak perilakunya pada orang lain. Maka, Moms bisa jelaskan dampak yang bisa orang lain rasakan bila ia memukulnya.
Ajari kemampuan menyelesaikan masalah
Latih Si Kecil untuk mengatasi situasi pelik dengan cara yang positif. Ajarkan ia untuk menggunakan kata-kata daripada memukul. Bila kata-kata tak berhasil, katakan bahwa ia bisa meminta orang dewasa untuk membantunya menyelesaikan masalahnya.
Awasi konsumsi media
Penting untuk mengontrol apa pun yang Si Kecil tonton, bahkan film kartun sekalipun. Pastikan tontonan Si Kecil aman dan layak dikonsumsi anak-anak.
Beri contoh
Menghukum anak yang gemar memukul dengan memukulnya bukanlah solusi dan contoh yang baik. Moms perlu mawas diri. Jangan sampai Anda tak sadar selama initelah memberikan contoh buruk pada Si Kecil. (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Freepik)