BUMP TO BIRTH

Kehamilan dengan Hipertensi



Kehamilan adalah momen istimewa yang perlu dijaga. Ibarat sebuah porselen, kehamilan adalah benda antik yang tidak boleh rusak. Ada banyak barometer medis untuk menjaga agar kehamilan Anda tetap sehat, salah satunya dengan kontrol tensi atau tekanan darah secara berkala.

Sebelum berkonsultasi dengan dokter kandungan di ruang periksa, Anda biasanya akan diminta untuk menimbang berat badan dan juga diukur tensi. Jika tensi Anda 120/80 mmHg, tentu itu artinya Anda memiliki tensi yang normal. Batasan seseorang memiliki tensi yang normal adalah kurang dari 140/90 mmHg.

"Untuk mengetahui apakah ibu hamil menderita eklampsia ataupun preeklampsia, maka dokter yang menanganinya harus tahu terlebih dahulu apakah ibu ada riwayat atau sudah menderita hipertensi sebelum kehamilan. Jika memang ada indikasi hipertensi, maka obat yang diberikan pun tentu yang aman dan tidak bersifat teratogenik," jelas Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S dalam acara The 8th Annual Scientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension yang dibuka hari ini (7/3) di Hotel Ritz Carlton, Jakarta. Para ibu hamil pun diharapkan dapat memeriksa apakah terjadi pembengkakan di bagian kaki, selain melakukan tes urine untuk memeriksa ada/tidaknya protein, dan tekanan darah. Anjuran untuk membatasi konsumsi garam selama kehamilan pun hendaknya dilakukan untuk mencegah hipertensi dalam kehamilan.

Ibu hamil yang positif mengidap hipertensi pun sudah tentu harus mengontrol tekanan darahnya lebih ketat. Ibu hamil dengan hipertensi berat, yaitu tensi lebih dari 160/110 mmHg perlu menjalani terapi dengan obat-obat anti-hipertensi, seperti methyldopa, labetalol, dan CCB. Bahkan, pada keadaan darurat seperti preeklampsia, obat yang dianjurkan adalah i.v. labetalol, namun sebagai alternatif dapat juga dikonsumsi sodium nitroprusside atau nitrogliserin dalam infus. (Dian/Dok. M&B)