FAMILY & LIFESTYLE

Ini Bahaya Gaya Hidup Sedentari dan Cara Mengatasinya



Moms, apa Anda gemar menghabiskan waktu duduk berjam-jam sambil menonton TV? Atau Anda suka terlalu fokus bekerja di depan laptop sepanjang hari? Bila demikian, bisa dikatakan Anda termasuk orang yang menjalani gaya hidup sedentari atau sedentary lifestyle.

Gaya hidup sedentari pada dasarnya menunjukkan kebiasaan malas bergerak yang ditunjukkan seseorang, di mana orang tersebut lebih suka duduk atau berbaring dalam waktu yang lama, dan sedikit melakukan aktivitas fisik.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), gaya hidup sedentari ini menjadi penyebab dari kasus kematian terbanyak yang ada di dunia. Selain itu, risiko mengalami penyakit tertentu juga meningkat dua kali lipat, serta bisa menyebabkan masalah kesehatan lain yang lebih serius.

Bahaya Gaya Hidup Sedentari

Berikut ini beberapa hal membahayakan yang bisa dialami seseorang bila menjalani gaya hidup sedentari:

1. Menyebabkan Obesitas

Menghabiskan waktu duduk berlama-lama di depan layar TV atau tidak melakukan aktivitas fisik dalam waktu yang lama bisa menyebabkan seseorang mengalami obesitas. Obesitas ini sendiri bisa dikaitkan dengan kondisi kesehatan seperti sleep apnea, nyeri sendi, serta risiko berbagai macam penyakit serius, seperti stroke, penyakit jantung, hipertensi, dan masih banyak lagi.

2. Rentan akan Risiko Penyakit Jantung

Seperti yang telah disebutkan, seseorang yang menjalani gaya hidup sedentari dapat berisiko mengalami penyakit jantung. Hal ini dikarenakan saat Anda terlalu banyak berdiam diri atau bermalas-malasan, hal tersebut bisa menyebabkan tekanan darah tinggi, kadar kolesterol buruk, dan peningkatan kadar gula darah yang bisa merusak dinding pembuluh darah sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.

3. Berisiko Mengalami Demensia, Kecemasan, dan Depresi

Jika Moms terlalu lama mebiarkan diri Anda tidak aktif bergerak, hal ini bisa berpengaruh pada kesehatan mental Anda sehingga dapat meningkatkan stres, kecemasan, dan depresi. Biasanya kondisi ini lebih cenderung terjadi pada remaja dan dewasa karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu melihat layar. Hal lainnya yang bisa memperburuk kondisi kesehatan Anda adalah mengikuti diet yang tidak sehat dan memiliki jadwal tidur yang buruk.

4. Meningkatkan Risiko Kanker

Tidak aktif bergerak secara fisik dan terlalu lama duduk dapat meningkatkan risiko kanker, tertentu termasuk kanker usus besar, payudara, dan paru-paru.

5. Osteoporosis

Tulang dan otot Anda diciptakan untuk bekerja atau bergerak. Bila Anda menjalani gaya hidup yang tidak aktif, hal ini dapat memengaruhi regulasi tubuh Anda sehingga membuat tulang Anda lebih lemah dan bisa dikaitkan dengan risiko mengalami osteoporosis yang lebih tinggi.

6. Hilangnya Fleksibilitas Tubuh

Gaya hidup sedentari dapat menyebabkan hilangnya fleksibilitas tubuh karena aliran darah mengalir relatif lambat melalui otot-otot yang kuat dan terikat. Hal ini juga bisa menyebabkan peradangan dan rasa nyeri, serta memberi tekanan di bagian punggung bawah yang biasanya menjadi alasan umum seseorang mengalami sakit punggung.

Cara Mengatasi Gaya Hidup Sedentari

Melakukan aktivitas fisik merupakan hal paling penting untuk mengatasi dan menghindari gaya hidup sedentari. Berikut ini beberapa aktivitas fisik yang bisa Moms lakukan agar Anda tetap aktif bergerak:

1. Lakukan latihan harian paling tidak 30 dalam sehari.

2. Lakukan aktivitas fisik seperti berlari, bersepeda, atau olahraga outdoor lainnya.

3. Biasakan untuk menggunakan tangga daripada naik lift.

4. Taruhlah kendaraan Anda jauh sedikit dari gedung kantor agar Anda bisa berjalan menuju gedung.

5. Lakukan pekerjaan rumah atau cobalah untuk berkebun.

6. Manfaatkan waktu untuk mengelilingi gedung kantor atau tempat kerja Anda saat waktu istirahat.

7. Menerima telepon di luar ruangan sambil secara bersamaan berjalan.

8. Berdiri dan jalan mengelilingi ruangan rumah saat iklan tayang di TV.

9. Memilih berdiri daripada duduk saat menggunakan transportasi umum.

10. Manfaatkan waktu libur untuk tetap aktif daripada nonton TV, main video games, atau main ponsel terlalu lama (Vonda Nabilla/SW/Dok. Freepik)