Selama pandemi COVID-19, tak sedikit orang tua yang memilih untuk tidak memberikan vaksinasi bagi sang buah hati. Maklum, sebagian dari mereka merasa khawatir Si Kecil akan tertular virus corona, baik di rumah sakit, klinik, maupun puskesmas.
Data imunisasi nasional menunjukkan adanya penurunan sebesar 13 persen antara Januari hingga Maret 2020, dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Hal itulah yang mendorong perusahaan farmasi, Merck Sharp & Dohme (MSD) didukung Yayasan Bersatu Sehatkan Indonesia (YBSI), serta aplikasi kesehatan anak, Primaku, untuk meluncurkan gerakan #LengkapiVaksinasiAnak.
Melalui gerakan ini, MSD ingin orang tua menyadari bahwa imunisasi lengkap merupakan salah satu jaminan bagi kesehatan anak. Ironisnya, cakupan imunisasi lengkap di Indonesia saat ini masih berada di kisaran angka 12 persen saja. Padahal menurut WHO, sekitar 1,5 juta anak mengalami kematian setiap tahunnya karena penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi, seperti campak, gondongan, rubella, dan varicella.
Menurut dr. Meta Melvina, Ketua Yayasan Bersatu Sehatkan Indonesia, masih banyak orang tua di Indonesia yang kurang memahami betapa besar dan pentingnya manfaat melakukan imunasi terhadap bayinya. "Untuk itu, dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, YBSI hadir memberikan dukungannya dalam gerakan #LengkapiVaksinasiAnak agar para ibu di Indonesia aktif dalam memastikan perlindungan optimal bagi anak mereka melalui vaksinasi yang lengkap," ungkap dokter Meta.
"Mengacu pada imbauan dari IDAI dan Kementerian Kesehatan untuk tidak menunda imunisasi anak, kami menganjurkan para orang tua untuk segera datang ke dokter dan memastikan anak sudah mendapatkan imunisasi lengkap, terutama untuk imunisasi campak, gondongan, rubella, dan varicella," lanjutnya.
Prosedur Khusus
Soal ancaman terinfeksi COVID-19, dokter Meta juga mengatakan bahwa sesungguhnya para orang tua tidak perlu khawatir karena biasanya rumah sakit, klinik, atau puskesmas sudah memiliki prosedur khusus agar bayi dan anak bisa melakukan imunisasi tanpa harus merasa resah. Ada rumah sakit yang memang menerapkan peraturan waktu khusus untuk imunisasi, bahkan ada yang menggunakan sistem drive-thru.
"Meski di tengah pandemi seperti sekarang, anak tetap bisa mendapatkan vaksinasi di rumah sakit atau klinik dengan aman dan nyaman karena banyak fasilitas kesehatan yang telah menerapkan prosedur keselamatan COVID-19 untuk vaksinasi, seperti pendaftaran awal atau pre-booking registration dan menyediakan area yang terpisah antara pasien sakit dan anak-anak yang akan melakukan vaksinasi," jelas dokter Meta.
Bukan Penyebab Autisme
Sementara itu, Prof. DR. Dr. Hartono Gunardi, Sp.A (K), yang merupakan wakil dari Primaku, menepis isu yang kerap membuat orang tua ragu untuk memberikan imunisasi bagi anaknya, yaitu soal vaksin yang bisa membuat anak berisiko mengalami gangguan spektrum autisme.
Di Denmark telah dilakukan penelitian terhadap bayi yang lahir antara Januari 1991 hingga Desember 1999. Dari 537.303 anak yang diteliti, 440.655 di antaranya mendapat vaksin MMR dan 96.648 lainnya tidak mendapatkan vaksin tersebut. Hasilnya, gangguan spektrum autisme pada kedua kelompok tersebut tidak berbeda. Artinya, masalah ini bukan disebabkan oleh pemberian vaksin.
Jadi Moms dan Dads, jangan khawatir lagi untuk membawa Si Kecil ke dokter agar diberi imunisasi. Ayo #LengkapiVaksinasiAnak, agar buah hati Anda terhindar dari penyakit menular, Moms!(Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)