TODDLER

Kiat agar Anak Tumbuh dengan Cemerlang



Anak dapat tumbuh sukses menjalani hidupnya kelak tentu merupakan harapan semua orang tua ya, Moms. Berbagai cara bisa dilakukan untuk mendukung hal tersebut, tapi tak banyak yang benar-benar berhasil karena kurang tepat atau tak cocok bagi anak.

Pada Seminar Parenting Online yang diadakan oleh Jakarta Child Development Center (JCDC) 1 Agustus 2020 lalu, Maude Le Reoux, OTR/L, SIPT, RCTC, IMC, expert trainer DIR menjelaskan bahwa hal tersebut dapat diupayakan sejak dini. Lalu, bagaimana caranya? Simak penjelasannya berikut, Moms!

Pentingnya Rangsangan Sensori yang Tepat Sejak Dini


Maude mengatakan bahwa rangsangan sensori yang tepat membuat anak mampu tumbuh dengan optimal, dan ini dapat dilakukan sejak anak masih berusia 5 bulan di dalam kandungan. Pada usia ini, ia sudah dapat mendengar dan mengenali suara ibunya. Hal ini mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf pusat bayi dengan optimal. Maka, menjalin relasi dengan berbicara atau menyanyi kepada Si Kecil sejak hamil adalah penting.

Rangsangan sensori yang pertama anak dapat adalah melalui sentuhan dan pendengaran, yakni sejak masih di dalam kandungan. Baru setelah lahir, rangsangan sensori penglihatan dan penciuman berkembang. Untuk itu, interaksi seperti berbicara, menyanyikan lagu, mencium, dan memeluk bayi dapat sangat membantu kesiapan seluruh panca indranya untuk mendukung kehidupannya kelak.

Bila rangsangan sensori pada awal kehidupannya kurang atau tidak tepat, maka perkembangan anak dapat melambat. Maude mengatakan bahwa hal ini dapat dilihat apabila bayi sudah berusia 18 bulan.

"Mungkin ia memang terlihat sudah pandai berguling, duduk, dan merangkak. Tapi ketika ia menginjak usia 18 bulan, perkembangan kemampuan lainnya dapat terasa sangat lambat. Sebabnya, di tahapan usia ini bayi perlu mampu multitask, mengatur agar seluruh panca indranya mampu bekerja sama untuk melakukan aktivitasnya. Bila ia gagal multitask, maka ia dapat mengalami perlambatan perkembangan," kata Maude.

Memberikan Mainan yang Tepat


Saran utama Maude adalah tidak memberikan perangkat yang memiliki layar, seperti ponsel ataupun televisi, pada bayi. "Sangatlah penting bagi orang tua agar tidak memaparkan anak pada segala jenis perangkat dengan layar hingga setidaknya ia berusia 2 tahun," kata Maude.

Dibandingkan dengan perangkat berlayar yang hanya menampilkan objek 2 dimensi, permainan dengan rupa 3 dimensi mampu menstimulasi indra-indranya dengan optimal. Saat anak berusia 4 hingga 9 bulan, Moms bisa berikan berbagai jenis kain untuk merangsang indra sentuhannya.

Selain itu berbagai penelitian juga menemukan bahwa mengobrol dengan bayi dengan bahasa yang pantas, seolah bayi dapat memahaminya, mampu membuat anak tumbuh dengan executive functioning (kemampuan otak bagian depan, seperti berpikir, menyimpulkan, dan menyelesaikan masalah) yang lebih baik daripada anak-anak lain yang seumuran ketika ia menginjak umur 4 tahun. Menyanyi dan memaparkan musik atau ritme pada bayi sejak dini juga mampu membantu mendukung kemampuan berbahasa dan motorik anak.

Sejak umurnya setahun, Anda bisa dukung perkembangan Si Kecil dengan bermain bersama. Permainan cilukba atau petak umpet adalah contoh permainan yang baik. Selain itu, membiarkan Si Kecil bebas bergerak adalah pilihan tepat untuk mendukungnya mengeksplorasi diri sendiri dan lingkungan. Hindari penggunaan baby walker, karena membatasi anak untuk mengeksplorasi dunianya dan ia bisa berkembang tidak alami.

Moms bisa berikan mainan yang berfokus pada upaya menyelesaikan masalah, seperti puzzle atau building blocks. Tak perlu mahal, barang-barang seperti stik maupun botol pun cukup asal mampu memicunya berpikir dan menyelesaikan masalah.

Pada usia 2 hingga 3 tahun, permainan menyusun berdasar kategori adalah pilihan tepat. Yang perlu diingat, memperkenalkan alat tulis pada rentang usia ini tidak disarankan karena fisik dan kemampuan motorik anak belum siap. Tetapi bila anak memang tertarik dan menggunakan alat tulis duluan tanpa paksaan, maka tak masalah.

Jika anak mampu melewati perkembangan tahapan usia ini dengan baik, maka ia juga dapat mengembangkan keahlian dan kemampuan lain yang ia butuhkan kelak. "Permainan-permainan ini akan mendukung anak pada saat ia harus menguasai dan masuk ke dalam aktivitas akademik," kata Maude.

Mengajak anak bermain role play juga mendukung otaknya untuk berpikir secara abstrak. Kemampuan ini sangatlah dibutuhkan di masa depan untuk memahami bacaan serta menulis esai. Tak hanya itu, permainan ini juga mendukung perkembangan kemampuan emosinya, membuatnya semakin siap menghadapi dunia sosial.

Pengalaman sensori yang baik juga mendukung anak untuk untuk merasa aman dan nyaman, baik tentang dirinya sendiri maupun lingkungannya, sehingga membantunya percaya diri dan mandiri. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)