Payudara yang terasa nyeri atau disebut dengan istilah mastalgia merupakan salah satu kondisi yang sering dialami perempuan. Kondisi ini bukan tidak mungkin bisa membuat Anda cemas saat mengalaminya, karena nyeri pada payudara kerap dianggap sebagai salah satu gejala kanker.
Nyeri yang dirasakan bisa berupa rasa sensitif, sakit yang menusuk, atau rasa kencang di jaringan payudara, menyerang di bagian dada maupun di sekitar ketiak, dan bisa terjadi pada salah satu atau kedua payudara.
Namun, Yayasan Kanker Payudara Amerika Serikat sendiri mengatakan bahwa penyebab payudara nyeri kebanyakan bukanlah kanker. Jadi Moms tidak perlu keburu khawatir jika mengalami nyeri di payudara Anda karena hal tersebut tidak selalu meningkatkan risiko kanker payudara.
Baca juga: Puting Payudara Terasa Sakit saat Disentuh? Ini Penyebabnya
Meskipun begitu, tidak ada salahnya mengenal berbagai penyebab nyeri pada payudara. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan rasa nyeri di payudara Anda, Moms, yakni:
1. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi bisa menyebabkan fluktuasi hormon estrogen dan progesteron. Kedua hormon tersebut bisa menyebabkan payudara Anda bengkak hingga terasa nyeri. Umumnya, nyeri pada payudara saat siklus menstruasi akan terasa 3 hari menjelang haid dan akan membaik setelah menstruasi selesai. Meskipun begitu, intensitas nyeri dapat beragam setiap bulannya.
2. Mastitis
Gangguan ini sering dialami ibu menyusui. Mastitis disebabkan oleh jaringan dalam payudara mengalami infeksi bakteri Staphylococcus. Faktor lainnya adalah luka pada puting, menyusui hanya dengan satu payudara, menggunakan bra terlalu ketat, kelelahan, frekuensi menyusui yang tidak teratur, dan riwayat mastitis sebelumnya.
Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir (paling sering di minggu ke-2 sampai ke-3), dan cenderung menyerang salah satu payudara saja. Mastitis bisa membuat Moms mengalami kesulitan menyusui karena kondisi payudara terasa sakit.
3. Ukuran payudara
Wanita yang memiliki ukuran payudara yang besar atau tidak proporsional dengan tubuhnya mungkin saja mengalami nyeri payudara. Nyeri tersebut bisa terasa sampai ke leher, bahu, dan punggung.
4. Masalah extramammary
Kadang, nyeri pada payudara justru tidak disebabkan oleh masalah payudara, tapi dari area sekitarnya, seperti dada, lengan atau punggung. Nyeri ini bisa timbul sehabis Anda melakukan aktivitas seperti menyapu, menyekop, atau mendayung. Nyeri ini biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah Anda beristirahat atau minum obat pereda nyeri.
5. Obat-obatan
Payudara nyeri juga bisa disebabkan oleh obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat seperti antidepresan, antibiotik, terapi hormon, dan obat untuk mengobati penyakit jantung bisa menimbulkan efek nyeri pada payudara. Jika mengalami ini, jangan langsung berhenti mengonsumsi obat-obatan tersebut, Moms, konsultasikan dulu masalah ini dengan dokter.
6. Pembengkakan payudara
Gangguan ini umumnya terjadi pada ibu baru menyusui. Kondisi yang disebut dengan engorgement atau payudara bengkak ini terjadi jika produksi ASI di kelenjar payudara lebih cepat dibandingkan dengan yang dikeluarkan (baik dengan cara menyusui maupun dipompa). ASI akan tetap terkumpul di dalam payudara karena terjadi sumbatan. Aliran darah ke payudara pun akan meningkat sehingga payudara bengkak, padat, dan terasa nyeri.
7. Pola makan tidak sehat
Makanan yang kita konsumsi sehari-hari juga bisa menjadi faktor penyebab munculnya nyeri pada payudara. Pola makan tidak sehat, seperti sering mengonsumsi makanan olahan yang tinggi lemak dan karbohidrat, punya risiko lebih besar mengalami nyeri payudara.
Kebanyakan kafein juga bisa memicu nyeri payudara. Kafein mengandung methylxanthine yang bisa membuat pembuluh darah membesar. Pembesaran pembuluh darah ini bisa menyebabkan payudara ikut membengkak hingga terasa nyeri.
8. Benjolan di payudara
Benjolan yang bersifat jinak (bukan kanker) dapat timbul di payudara, yang memicu nyeri. Sebagian besar benjolan pada payudara terjadi akibat fibrosis atau kista, yang merupakan perubahan abnormal pada jaringan payudara dan tidak bersifat ganas. Perubahan ini biasanya disebut perubahan fibrokistik. (M&B/SW/Foto: Freepik)