FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Jenis Tes Darah dan Penyakit yang Bisa Dideteksi



Tes hematologi atau pemeriksaan darah merupakan hal yang bisa dilakukan ketika seseorang diduga menderita penyakit yang tergolong berbahaya. Namun tahukah Anda, apa saja jenis tes hematologi dan penyakit yang bisa dideteksi melalui tindakan ini?

Perlu diketahui, hematologi adalah ilmu yang mempelajari dan meneliti lebih dalam mengenai darah, khususnya bagaimana darah dapat memengaruhi kesehatan atau penyakit secara keseluruhan.

Untuk membantu diagnosis suatu penyakit, tes hematologi yang dilakukan meliputi pengujian komponen pada darah, protein darah, atau organ penghasil darah. Sejumlah penyakit yang bisa diketahui melalui pemeriksaan hematologi antara lain adalah infeksi, anemia, peradangan, hemofilia, gangguan pembekuan darah, dan leukimia.

Jenis Tes Hematologi

1. Pemeriksaan Hitung Darah Lengkap (Full Blood Count)

Hitung darah lengkap atau tes FBC adalah tes rutin yang mengevaluasi tiga komponen utama yang ditemukan dalam darah, yaitu sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit.

Penyakit yang bisa diketahui: Infeksi, anemia, dan beberapa jenis penyakit hemato-onkologi.

2. Pemeriksaan Hitung Sel Darah Putih

Sel darah putih bertanggung jawab untuk membantu pertahanan tubuh dalam memerangi penyakit. Orang yang mengalami infeksi biasanya mengalami peningkatan sel darah putih. Mengetahui berapa banyak sel darah putih dalam darah dapat membantu mendiagnosis dan mengobati berbagai kondisi.

Penyakit yang bisa diketahui:

• Infeksi

• Leukimia atau kanker sel yang menghasilkan sel darah putih di sumsum tulang

• Penyakit granulomatosa kronis, yaitu kelainan di mana beberapa tipe sel darah putih (neutrofil, monosit, makrofag) tidak dapat berfungsi dengan baik. Kondisi ini diturunkan dan mengakibatkan beberapa infeksi, terutama pneumonia dan abses.

• Defisiensi adhesi leukosit, yaitu kelainan di mana sel darah putih tidak dapat bergerak ke area infeksi.

3. Pemeriksaan Hitung Sel Darah Merah

Jumlah sel darah merah dalam tubuh dapat meningkat melalui dehidrasi, stres dan kecemasan, atau kegagalan sumsum tulang. Penurunan sel darah merah juga dapat terjadi sebagai efek dari perawatan kemoterapi, penyakit radang kronis, kehilangan darah, dan beberapa jenis kanker.

Penyakit yang bisa diketahui:

• Polisitemia vera, yaitu kondisi ketika sel darah merah yang diproduksi pada sumsum tulang belakang terlalu banyak. Kondisi ini tentunya akan menghambat aliran darah karena sel darah dapat membeku. Jika hal ini sampai terjadi, risiko pembekuan darah akan semakin tinggi untuk dialami.

• Anemia dapat terjadi karena kurangnya jumlah sel darah merah dalam tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh tidak akan mendapat suplai darah yang kaya akan oksigen. Efeknya, penderita anemia akan merasa lesu, lelah, dan tidak mempunyai tenaga untuk melakukan aktivitasnya.

• Malaria. Penyakit ini dapat menyebar melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi parasit. Parasit inilah yang akan menginfeksi sel darah merah, serta merusak sel tersebut. Gejala yang ditimbulkan meliputi demam dan menggigil. Jika tidak ditangani, parasit ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.

• Limfoma, atau kanker darah yang berkembang dalam sistem limfa. Pada pengidap limfoma, sel darah putih akan menjadi ganas dan menyebar secara abnormal. Limfoma ditandai dengan gejala pembengkakan pada kelenjar getah bening pada area leher, ketiak, dan pangkal paha. Gejala ini kemudian akan menyebar ke sumsum tulang dan organ lain di sekitarnya.

4. Pemeriksaan Hemoglobin

Tanpa hemoglobin, oksigen tidak akan dapat bergerak ke seluruh tubuh. Protein yang kaya oksigen ini sangat penting bagi kehidupan, tapi dapat meningkat atau menurun karena sejumlah kondisi.

Penyakit yang bisa diketahui: Dehidrasi, gagal jantung kongestif, dan penyakit paru obstruktif kronis dapat menyebabkan peningkatan kadar hemoglobin. Sedangkan kehilangan darah, anemia, penyakit hati, dan limfoma dapat mengakibatkan penurunan.

5. Pemeriksaan Trombosit

Trombosit adalah bagian darah yang bertugas untuk pembekuan darah. Kadar trombosit yang minim akan membuat darah sulit membeku sehingga berisiko terjadinya pendarahan hebat ketika ada luka.

Penyakit yang bisa diketahui: Peningkatan kadar trombosit bisa disebabkan peradangan, seperti trauma, infeksi akut, dan sejumlah kanker ganas. Sedangkan penurunan trombosit dapat terjadi karena anemia, gangguan koagulasi seperti anemia sel sabit, keracunan alkohol, dan infeksi. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)