BABY

5 Jenis Skrining yang Penting Dilakukan untuk Bayi Prematur



Bayi yang terlahir prematur tidak hanya berukuran kecil karena ia dilahirkan lebih cepat daripada perkiraan, tetapi juga rentan mengalami berbagai gangguan pada kesehatannya. Ya, bayi prematur berisiko tinggi mengalami komplikasi, seperti asma, dan masalah penglihatan, pendengaran, pencernaan, hingga Sudden Infant Death Syndrome (SIDS).

Untuk itu, penting dilakukan skrining pada bayi prematur. Skrining sendiri bermanfaat buat mengetahui sejak dini, apakah ada masalah kesehatan pada Si Kecil yang terlahir prematur, mengingat bayi prematur lahir sebelum waktunya, sehingga organ tubuh mereka juga bisa dibilang belum berkembang sebagaimana mestinya.

Lantas, apa saja skrining yang perlu dilakukan pada bayi prematur? Agar dapat memberikan penanganan yang tepat jika ada masalah kesehatan pada Si Kecil, ada 5 macam pemeriksaan yang wajib dilakukan pada bayi prematur, yakni:

1. Skrining Sistem Pernapasan

Skrining yang awal dilakukan pada bayi prematur adalah pemeriksaan paru-paru dengan alat rontgen. Ini penting, karena bayi yang terlahir sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu biasanya memiliki paru-paru yang belum berkembang dengan baik, sehingga berisiko mengalami masalah pernapasan. Skrining ini biasanya dilakukan beberapa jam setelah Si Kecil lahir.

2. Skrining Mata

Pemeriksaan Retinopathy of Prematury (ROP) penting, karena bayi prematur, terutama yang di bawah usia kandungan 28 minggu, rentan mengalami gangguan ROP. Selain itu, biasanya bayi prematur menjalani terapi oksigen setelah pemeriksaan sistem pernapasannya. Namun, terapi oksigen bisa menyebabkan masalah ROP yang berisiko membuat retina berkembang abnormal dan berakibat pada kebutaan.

Skrining ini dilakukan berkesinambungan dan berdasarkan dua hal, jika bayi lahir sebelum usia kandungan 30 minggu, pemeriksaan ROP dilakukan setelah bayi berusia 4 minggu. Sedangkan, jika bayi lahir setelah usia kandungan 30 minggu, pemeriksaan ROP dilakukan di usia 2 minggu.

3. Skrining Pendengaran

Bayi prematur berisiko mengalami gangguan pendengaran. Pemeriksaan pendengaran penting dilakukan untuk mendeteksi apakah Si Kecil menderita gangguan pendengaran dan kemungkinan keterlambatan bicara.

Skrining dilakukan dengan alat bernama Brain Evoked Response Audiometry (BERA) dan juga Otto Acoustic Emission (OAE), alat yang mengevaluasi pemeriksaan usai ditempelkan pada telinga bayi.

4. Ultrasonography (USG) Kepala

Bayi prematur juga berisiko mengalami gangguan di otak dan pendarahan. Karena itu, penting untuk melakukan USG di kepala bayi guna memeriksa otaknya. Jangan sampai terjadi pendarahan pada otak Si Kecil. USG juga bertujuan untuk memeriksa apakah ada kelainan di struktur kepala bayi Anda.

5. Skrining Tulang

Dengan lahir lebih awal sebelum waktunya dan organ tubuh belum berkembang sebagaimana mestinya, maka penyerapan nutrisi juga belum bisa sempurna. Untuk itu perlu dilakukan skrining tulang atau disebut Osteopenia of Prematurity (OOP).

Pemeriksaan yang dilakukan ketika bayi prematur berusia 4-6 minggu ini bertujuan untuk mengetahui apakah tulang Si Kecil memiliki cukup kalsium untuk bisa berkembang dengan optimal. Umumnya, bayi yang harus menjalani skrining ini adalah bayi yang lahir kurang dari usia kandungan 28 minggu atau memiliki berat tubuh kurang dari 1.500 gram saat lahir. (M&B/SW/Dok. Freepik)