TODDLER

Kenali Mata Minus pada Anak dan Cara Pencegahannya



Kesehatan mata sangatlah penting untuk dijaga. Sebabnya, mata adalah satu-satunya indra penglihatan manusia. Maka dari itu, normal bila Moms menjadi sedikit ketat perihal aturan menonton televisi dan bermain gawai bagi Si Kecil.

Tapi bagaimana bila Si Kecil sudah memiliki kondisi mata minus? Apakah mata minus pada anak bisa sembuh? Apa penyebabnya? Yuk, ketahui jawaban berbagai pertanyaan tersebut dengan membaca penjelasan berikut ini, Moms!

Penyebab Mata Minus pada Anak

Myopia, mata minus, atau penyakit rabun jauh adalah salah satu masalah penglihatan yang umum dialami oleh anak-anak. Menurut Cincinnati Children's, sekitar 9% anak berusia 5-17 tahun memiliki kondisi mata minus.

Anak dengan mata minus memiliki ukuran bola mata yang lebih panjang atau lonjong, dibandingkan dengan ukuran bola mata normal. Hal ini membuat sinar gambaran objek yang dilihatnya jatuh di depan retina, akibatnya objek menjadi terlihat buram dan tidak jelas.

Kondisi ini disebabkan utamanya oleh faktor genetik. Anak yang lahir dari orang tua dengan myopia cenderung berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan dan memiliki kondisi ini. Selain itu, lingkungan juga dapat memicu mata minus pada anak. Pengaruh lingkungan sekaligus bakat genetik membuat perkembangan myopia semakin cepat. Berbagai kegiatan yang membutuhkan intensitas penglihatan jarak dekat, seperti membaca dan menggunakan komputer, juga dapat memperburuk kondisi mata minus.

Gejala Mata Minus pada Anak

Beberapa gejala yang dapat terjadi pada anak dengan mata minus, antara lain adalah:

• Sering menyipitkan mata bila melihat objek yang jauh.

• Sering salah membaca.

• Membaca atau menggunakan gawai dengan jarak pandang yang sangat dekat.

• Sensitif terhadap cahaya.

• Tidak suka bermain permainan yang memerlukan perhatian detail, seperti mewarnai dan puzzle.

• Suka mengucek mata.

• Sering mengedipkan mata.

Cara Menyembuhkan dan Mencegah Mata Minus pada Anak

Kondisi mata minus, yakni bola mata yang berkembang lebih panjang daripada yang seharusnya, tidak bisa diubah, tapi dapat dicegah. Jika diturunkan dari orang tua, mata minus tidak dapat dicegah melainkan dapat diperlambat perkembangannya. Beberapa kiatnya antara lain:

• Deteksi dini agar dapat mendapatkan perawatan yang tepat dan optimal.

• Sebisa mungkin jaga waktu membaca intens anak paling lama selama 3 jam sehari.

• Menghindari pemberian gawai pada bayi dan balita.

• Gunakan pencahayaan yang baik dan cukup terang saat membaca.

• Ajak anak untuk melakukan aktivitas di luar ruangan, setidaknya 90 menit sehari.

• Jaga jarak menonton televisi sejauh 2 meter.

Mata minus tidak bisa disembuhkan mengingat kondisi ini bukanlah penyakit, melainkan kerusakan pembiasan pada mata akibat perkembangan bola mata yang tidak normal pada masa kanak-kanak. Walau begitu, ada beberapa cara penanganan yang terbukti ampuh mengatasi mata minus.

Menggunakan kacamata dan lensa kontak khusus adalah cara utama. Penting untuk diingat, lensa kontak baru bisa digunakan oleh anak yang sudah agak besar. Kedua metode ini dapat mengatasi permasalahan penglihatan yang buram dengan efektif dan dapat mengontrol perkembangan bola mata. Selain itu, kedua metode ini juga dapat mengatasi gejala mata minus, seperti sakit kepala, mata lelah, dan menyipit.

Ketika myopia sudah stabil atau bola mata sudah berhenti berkembang, maka anak dapat melakukan prosedur LASIK, yakni tindakan bedah mata, agar ia dapat melihat dengan normal. Umumnya bola mata sudah tidak berkembang dan myopia tak semakin parah ketika anak berusia 17 tahun atau lebih. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)