FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Pola Asuh "Yes Parenting"



Moms, mengasuh anak tentunya bukan pekerjaan mudah ya, segala hal harus diperhatikan, dipikirkan, dan dipertimbangkan sedemikian rupa. Ini tentunya demi membesarkan Si Kecil menjadi pribadi yang baik, bertanggung jawab dan tangguh menghadapi dunia.

Setiap orang tua pun tentunya memiliki pola asuh yang berbeda-beda. Ada yang selalu memantau Si Kecil seharian penuh dengan segudang aturan, namun ada pula yang memperbolehkan anak melakukan (nyaris) segala hal yang diinginkannya. Nah, inilah yang disebut dengan konsep pola asuh yes parenting.

Ya Moms, bertolak belakang dengan pola otoriter yang memberlakukan aturan ketat dan mendominasi keputusan anak, dalam pola asuh yes parenting, orang tua akan membiasakan diri untuk membatasi mengatakan "Tidak" atau "Jangan" pada anak, serta mendengarkan hal-hal yang diinginkan Si Kecil (tentunya jika keinginannya masih masuk akal), lalu mencoba sebisa mungkin untuk mewujudkannya.

Basically, tujuan dari pola asuh ini adalah agar Si Kecil dapat belajar dan mencoba hal-hal baru tanpa merasa dibatasi, sekaligus bertanggung jawab atas keinginannya tersebut.Sounds perfect? Hmm, seperti halnya pola asuh lainnya, yes parenting ini tentunya juga memiliki sisi positif dan negatif. Yuk, kita kenali satu-persatu, Moms!

Kelebihan Yes Parenting

1. Memerdekakan Anak

Karena tidak punya aturan khusus, misalnya tentang bagaimana Si Kecil harus membantu pekerjaan rumah atau kapan seharusnya ia tidur, pola asuh ini bisa berarti memerdekakan Si Kecil. Bagi orang tua pun, pola parenting ini bisa membuat mereka jadi tahu banyak hal mengenai diri Si Kecil dan ikut melihat serta memahami bagaimana pola pikirnya.

2. Anak Jarang Merasa Bosan

Karena anak cenderung dibebaskan melakukan keinginannya dan tidak dipaksa mengikuti daftar aturan yang panjang, ia cenderung tidak pernah bosan. Selalu ada hal baru yang dapat ia lakukan dan baginya ini merupakan suatu petualangan. Si Kecil pun akan lebih ceria dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.

3. Anak Lebih Kreatif dan Percaya Diri

Saat keingintahuan tak dibatasi, kreativitas Si Kecil pun akan tumbuh dengan baik, ia pun akan belajar menangani rintangan yang sulit dan mengeksplorasi banyak hal. Dengan kebebasan untuk menjelajah sekitarnya dengan batasan yang minim, tak jarang orang tua pun akan menemukan ide-ide Si Kecil yang out of the box. Saat besar nanti, diharapkan anak akan lebih bijak dan hati-hati dalam memilih, dan pada akhirnya, ia juga akan tumbuh sebagai pribadi yang penuh percaya diri.

4. Masa Kecil Lebih Menyenangkan

Ketika anak sering melakukan hal yang diinginkannya tanpa banyak batasan dan interupsi, sangat mungkin ia sangat menikmati hari-harinya. Di kemudian hari nanti pun ia akan mengingat masa kecilnya sebagai masa-masa yang sangat menyenangkan dan penuh dengan kenangan indah.

5. Hubungan Keluarga Lebih Kuat

Sebagian besar orang tua yang menerapkan pola asuh yes parenting ini menganggap bahwa waktu bersama anak tidaklah panjang. Karena itu, melakukan hal-hal menyenangkan bersama adalah hal yang sangat penting. Mereka tidak segan-segan untuk ikut kotor-kotoran dengan cat, atau ikut mandi hujan bersama anak-anaknya. Nah, banyaknya waktu yang dilalui bersama dan keterlibatan dalam aktivitas anak ini tentu bisa mempererat hubungan antara orang tua dan anak.

6. Orang Tua Lebih Relaks

Pola asuh yes parenting ini ternyata tak hanya bermanfaat untuk anak, lho. Orang tua pun otomatis akan 'melepaskan' aturan-aturan di rumah, mulai dari peraturan kerapian rumah, hingga waktu tidur siang. Karena banyak hal bersifat fleksibel, orang tua pun akan lebih relaks dan dapat belajar lebih banyak tentang jati diri anak dan cara berpikirnya. Orang tua tidak perlu lagi menjadi 'polisi' yang melarang-larang dan memberi hukuman.

Ada kelebihan, tentu juga ada kekurangannya. Apa saja, ya?

Kekurangan Yes Parenting

1. Orang Tua Kewalahan

Jika orang tua kebablasan menerapkan pola asuh ini sehingga tidak ada batasan sama sekali untuk anak, hal ini justru bisa membuat mereka kewalahan dalam mengasuh anak. Bila permintaan Si Kecil sederhana dan masuk akal, tentu tak masalah untuk mewujudkannya.

Namun apa jadinya bila anak meminta hal yang sulit dipenuhi orang tua? Tak hanya kewalahan, orang tua bisa sampai frustrasi kalau benar-benar harus menuruti semua keinginan anak. Tak hanya itu, Si Kecil bisa jadi suka berbuat sesuka hati dan melawan jika ia merasa tidak senang.

2. Anak Tumbuh Menjadi Egois

Karena terbiasa dibolehkan melakukan apa pun, bukan tak mungkin anak hanya peduli dengan keinginan dan kebutuhannya sendiri. Anak pun bisa menjadi egois, self-obsessed, atau narsistik. Padahal, anak juga harus belajar bahwa dalam kehidupan, tak harus segala hal adalah mengenai dirinya. Anak harus tahu bahwa seringkali kehidupan tidak berjalan sesuai keinginannya dan kadang pilihannya mungkin bukanlah pilihan yang baik.

3. Anak Kelewat Batas

Moms, mengatakan "Ya" pada setiap keinginan Si Kecil, bukan berarti Anda tidak memiliki aturan, ya. Ingat Moms, anak masih memerlukan batasan-batasan untuk menjaganya supaya tetap aman. Contohnya, saat Si Kecil ingin memotong kabel listrik, Moms seharusnya justru memberi pemahaman soal bahaya tersebut.

Sayangnya, banyak orang tua yang salah paham dengan konsep yes parenting ini. Kadang, dalam kasus memotong kabel listrik tersebut, bukannya memberi pemahaman kepada anak mengapa hal itu dilarang, mereka justru memberikan benda lain untuk dipotong. Bisa jadi lho, di kemudian hari anak memotong kabel listrik karena Moms menghindari kata "Tidak" tanpa memberi penjelasan.

4. Orang Tua Gagal Menegakkan Aturan

Kebebasan menjadi kebablasan. Hal ini sangat mungkin terjadi jika Moms menerapkan pola asuh tanpa batasan. Memberi kebebasan boleh-boleh saja kok Moms, tapi segala sesuatunya tentu tetap harus ada batasnya. Selalu mengatakan "Ya" dan menghindari kata "Tidak" tanpa memberi penjelasan bisa berdampak pada anak tidak peduli jika suatu hari Anda membuat peraturan.

5. Anak Tak Tahan Penolakan

Anak yang terbiasa dipenuhi segala keinginannya, saat ia mendengar kata "Tidak", akan kesulitan belajar cara menghadapi penolakan dengan baik. Saat ditolak, ini bisa jadi hal yang sangat menyakitkan, dan bahkan bisa membuatnya larut dalam kesedihan dan sulit untuk bangkit lagi. (Nanda Djohan/SW/Dok. Freepik)