Pengalaman haid setiap perempuan tentu berbeda-beda. Ada yang tidak mengalami gejala apa pun, ada pula yang mengalami gejala berat. Nyeri atau kram merupakan salah satu gejala yang umum dialami selama haid. Tingkat keparahan nyeri haid juga bisa berbeda-beda bagi setiap perempuan.
Walau tergolong lumrah, pada beberapa kasus, nyeri haid yang parah dan abnormal dapat menandakan gangguan kesehatan tertentu. M&B sudah merangkum dari beberapa sumber tentang beberapa penyebab umum nyeri haid, baik yang normal maupun yang tidak normal. Simak penjelasannya berikut ya, Moms!
1. Perubahan Hormon
Pada saat ovulasi, dinding rahim menebal sebagai persiapan pembuahan sel telur. Namun, jika sel telur tidak dibuahi maka kemudian terjadi menstruasi untuk meluruhkan dinding rahim. Pada kasus normal, hormon prostaglandin meningkat untuk mendorong kontraksi pada rahim agar dinding rahim luruh. Semakin tinggi tingkat hormon prostaglandin, maka semakin sakit pula nyeri haid. Nyeri haid tergolong normal jika hilang setelah 2-3 hari.
2. Endometriosis
Endometriosis adalah kondisi di mana dinding rahim terbentuk di luar rahim, baik di tuba falopi, ovarium, jaringan dasar panggul, kandung kemih, bahkan diafragma, hati, atau otak. Menurut Ken R. Sinervo, MD, direktur medis Center for Endometriosis Care di Atlanta, rasa nyeri atau sakit dapat dipengaruhi oleh letak endometriosis muncul. Endometriosis yang tidak ditangani bisa berujung pada perlengketan organ, peradangan kronis, kista berdarah, hingga perdarahan internal yang bisa menyebabkan nyeri haid.
3. Adenomyosis
Mirip tapi tak sama dengan endometriosis, adenomyosis terjadi ketika dinding rahim (endometrium) tumbuh di dalam otot rahim. Menurut dr. Sinervo, rahim tampak memar pada kondisi ini. Beberapa gejala umum adenomyosis antara lain nyeri haid yang tidak tertahankan dan rasa sakit saat berhubungan intim.
4. Uterine Fibroid
Melansir Everyday Health, 3 dari 4 perempuan memiliki bakat uterine fibroid atau fibroid rahim, tapi hampir semuanya tak akan mengalami gejalanya. Fibroid rahim adalah tumor jinak yang tumbuh di dalam rahim. Tingkat keparahannya tergantung pada ukuran tumor. Oleh karena itu, perempuan dengan fibroid rahim cenderung memiliki nyeri haid yang lebih sakit dan perdarahan yang lebih banyak.
5. IUD Tembaga
IUD tembaga adalah alat kontrasepsi non-hormon yang dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan hingga 10 tahun. Alat kontrasepsi ini bekerja dengan melepaskan tembaga yang dapat menghambat pergerakan sperma dan implantasi sel telur di rahim. Lauren Streicher, MD, profesor bidang kebidanan dan ginekologi di Feinberg School of Medicine di Northwestern University di Chicago, menyatakan bahwa IUD tembaga dapat menyebabkan haid terasa lebih nyeri pada awal setelah dimasukkan atau setelah pemakaian bertahun-tahun.
6. Penyakit Radang Panggul
Penyakit ini merupakan infeksi pada sistem reproduksi perempuan yang bisa terjadi pada uterus, tuba falopi, atau ovarium. Penyakit radang panggul seringkali ditularkan melalui hubungan seksual. Jika tidak ditangani, penyakit radang panggul dapat menyebabkan peradangan, luka, kram haid yang parah, bahkan infertilitas.
7. Stenosis Serviks
Stenosis serviks adalah kondisi langka di mana serviks sangat sempit sehingga menghambat aliran darah saat haid. Terhambatnya aliran darah saat haid menyebabkan tekanan di dalam rahim yang menyebabkan rasa sakit atau nyeri yang tidak tertahankan.
8. Cacat Rahim
Perkembangan rahim yang tidak sempurna atau tidak normal juga dapat menyebabkan nyeri haid terasa tak tertahankan. Kondisi ini dapat menyebabkan infertilitas, nyeri haid, dan rasa sakit saat berhubungan intim. Beberapa anomali struktur rahim yang bisa muncul, yakni bicornuate uterus (2 rahim dengan 1 serviks), septate uters (rahim yang normal dengan jaringan fibrosa yang membelah dua), dan sebagainya. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)