FAMILY & LIFESTYLE

Pengalaman Saya Nyoblos: Tinta Ungu di Jari, Tanda Tintaku Padamu

Cisca Becker


Belum lama kita melewati pemilihan umum untuk legislatif, di mana kita berkesempatan memilih wakil-wakil yang akan memperjuangkan hak kita sebagai warga negara, dan memastikan jalannya pembangunan benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat.

Ok barusan saya baca ulang kalimat tersebut, kenapa rasanya terdengar seperti lawakan yah, padahal maksudnya serius loh. Nampaknya otak saya sudah terprogram untuk selalu sinis menanggapi apa pun yang berbau praktik politik di Indonesia. Efek dari berdekade melihat tingkah politikus dan pejabat yang tidak memperlihatkan karakteristik abdi rakyat yang sepatutnya.

Tapi di 9 April kemarin, saya memutuskan untuk menanggalkan dulu rasa sinis yang biasa bertengger di kepala dan rasa apatis yang sudah begitu lama bersarang di hati. Karena tidak ada gunanya hanya mengeluh tapi tak pernah berbuat apa pun untuk mengubah keadaan. Saya pernah baca twitnya Wimar Witoelar (@wimar) : Things you can do nothing about, you do not worry about. Things you worry about, you should do something about.

Ini menurut saya keren banget! Pas banget dengan apa yang mendadak saya rasakan saat menjelang pemilu ini. Daripada cuman komplain-komplain soal tingkah anggota Dewan di timeline Twitter dan jadi Little Miss Negatif tiap kali ngobrol topik politik di cafe, mestinya saya bisa mencari tahu soal kredibilitas dan track record para caleg, agar saya bisa memilih calon yang menurut saya memang pantas berada di kursi jabatannya, dan memiliki agenda perjuangan yang selaras dengan concern saya. Misalnya, yang peduli pada isu jaminan kesehatan ibu-anak, berjuang untuk penegakan hukum kejahatan pada anak, percaya pada pentingnya kualitas pendidikan sejak usia dini, percaya pada indahnya pluralisme, dan tentunya tidak korupsi.

Maka dari itu, jadilah saya selama beberapa hari browsing mencari tahu soal background para caleg. Kalau biasanya yang saya cari foto-foto dari Fashion Week dan berita artis Hollywood, kali ini yang dicari foto caleg dan berita sepak terjangnya sebelum mencalonkan diri. Hasilnya, saya menemukan sebuah video inspiratif di YouTube, dan beberapa website yang dibuat khusus agar kita bisa cari info soal para caleg (Kudos to the people behind Kampanye Pemiyuk, jariungu.com, bersih2014.net, dan wikikandidat.com, kontribusi kalian berharga sekali di pemilihan ini bagi saya).

Memang sih, tidak semua pertanyaan saya terjawab dan karena banyaknya partisipan, agak menyita waktu juga mencari tahu mengenai diri mereka masing-masing. Tapi saya coba jalani dengan sabar. Masa untuk riset iseng studi perbandingan model gaun-gaun yang dipakai Lupita Nyong’O di red carpet saya mau, tapi riset untuk memilih wakil rakyat saya tidak mau. Akhirnya berdasar informasi yang saya dapatkan, saya bisa memilih jagoan-jagoan yang menurut saya memang keren, dan pada akhirnya saya bisa mencoblos nama calon tersebut di bilik suara dengan perasaan pede dan nyaman.

Seiring saya mencelupkan jari kelingking di botol tinta ungu di atas meja kayu di TPS, saya tak bisa menahan rasa bangga. Bangga karena di negeri ini saya bisa memilih dengan bebas (di mana ada negara lain yang bahkan warganya tidak bebas untuk memilih model rambut, karena harus sama persis dengan pemimpinnya), bangga karena saya bisa ikut ambil bagian secara aktif dalam proses demokrasi yang sudah dimulai dari zaman Yunani Kuno, dan bangga karena sebagai warga negara yang juga seorang ibu, saya mengambil peran aktif untuk mencoba mengubah keadaan, agar anak saya kelak bisa menikmati Indonesia yang lebih baik.

Makanya seperti puluhan juta warga Indonesia penggiat social media lainnya, sayapun tak bisa menahan diri untuk meng-upload foto senyum manis memamerkan kelingking ungu ke akun Facebook. Can’t help it, wanted to share that I voted and I felt good about it. Saya juga bangga sekali melihat banyak teman-teman saya yang juga menunjukkan kelingking manis tanda mereka ikutan nyoblos. Nanti kita bertemu lagi di pemilihan presiden 9 Juli ya!

Dampak berikut yang saya rasakan pasca-pencoblosan, terpengaruh suasana optimis yang saya rasakan di sekeliling saya, saya menjadi berani untuk berharap. Saya pikir, toh sebenarnya Indonesia sudah mengalami cukup banyak perubahan yang positif, karena Indonesia yang sekarang tentunya jauh lebih baik daripada Indonesia di masa kecil saya (walaupun banyak pihak tidak mau mengakuinya). Rasanya cukup fair jika saya mengharapkan Indonesia akan menjadi lebih baik lagi di masa anak saya Lilou dewasa kelak, dan lewat gestur simpel mengikuti pemilu kemarin ini, mudah-mudahan saya bisa membantu membentuk masa depan Indonesia yang ingin saya wariskan untuk keturunan saya: di mana hukum dan keadilan benar-benar bersanding bukan saling menertawakan, semua menghargai indahnya perbedaan, dengan sistem pendidikan yang tidak hanya mengutamakan nilai diatas segalanya, namun juga pembentukan karakter manusia yang jujur, toleran, bertanggung jawab dan cinta lingkungannya.

Terdengarnya muluk sekali ya, mungkin ini hanya efek euforia dari keikutsertaan di pemilu legislatif, tapi harapan kan seperti mimpi, dan kata orang bijak bermimpilah setinggi-tingginya. It might take awhile to get there, but I believe we’ll get there eventually. Hopefully sooner rather than later.

Bagi Moms yang memutuskan untuk bergabung dengan Pasukan Jari Polos, tidak ikut dalam Pasukan Jari Ungu, hey that’s allright too. Saya yakin Anda punya alasan sendiri atas sikap tersebut, dan itupun adalah hak yang tak bisa diganggu gugat. Kan kita bisa melakukan aksi untuk Indonesia yang lebih keren dengan berbagai cara. Pemilu toh hanya 5 tahun sekali, tapi setiap harinya selalu tersedia cara dan kesempatan buat kita berkontribusi. Mengutip bebas ungkapan pemilu favorit saya: “Tinta ungu di jari akan hilang dalam 2 hari, tapi tintaku padamu Indonesia, tak akan lekang oleh waktu”. (Cisca Becker/SR/Dok.pribadi)