FAMILY & LIFESTYLE

Berpisah dengan Orang Tua, Waspadai Empty Nest Syndrome!



Saat Anda telah menikah dan meninggalkan rumah orang tua, rasa campur aduk mungkin bisa dialami oleh orang tua Anda. Berbagai rasa negatif tersebut bisa menimbulkan empty nest syndrome atau sindrom sarang kosong pada orang tua Anda. Sekilas, masalah ini mungkin terkesan sepele, namun rasa kehilangan yang dialami orang tua Anda bisa memberikan dampak serius, lho!

Untuk itu, mari ketahui informasi lebih lanjut mengenai empty nest syndrome atau sindrom sarang kosong berikut ini. Bukan apa-apa, hal ini penting untuk menjaga kesehatan mental orang tua Anda dan juga mungkin Anda sendiri jika suatu hari nanti anak Anda pergi meninggalkan rumah ketika ia sudah beranjak dewasa.

Apa Itu Empty Nest Syndrome?

Melansir Mayo Clinic, empty nest syndrome bukanlah diagnosis klinis, melainkan suatu fenomena di mana orang tua mengalami perasaan sedih dan kehilangan ketika anaknya meninggalkan rumah. Meninggalkan rumah yang dimaksud bukan sekadar pergi bekerja atau pergi sementara ya, Moms, tetapi lebih ke memutuskan untuk tinggal di rumahnya sendiri dan tidak tinggal bersama orang tua lagi.

Walau orang tua terus memberi dukungan bagi Anda untuk membangun rumah tangga yang mandiri, namun rasa sedih saat berpisah rumah dengan Anda tentu sangat berat baginya. Orang tua terbiasa tinggal satu atap dengan Anda, punya teman bicara, punya seseorang untuk dirawat dan berbagi kasih sayang, kini tiba-tiba orang tua harus kehilangan Anda.

Orang tua Anda tentu dipenuhi perasaan kalut, takut komunikasi menjadi terbatas, dan tentunya takut kangen dengan cucu-cucunya yang sangat menggemaskan. Ketika orang tua Anda mengalami empty nest syndrome, ia juga akan merasakan khawatir dengan keselamatan Anda dan berbagai kekhawatiran lainnya.

Dampak Empty Nest Syndrome

Dahulu, penelitian menyebutkan kalau orang tua yang mengalami empty nest syndrome bisa mengalami rasa kehilangan hebat yang membuatnya depresi, krisis identitas, konflik pernikahan, dan bahkan ketergantungan alkohol. Namun menurut Mayo Clinic, penelitian terbaru menyebutkan kalau empty nest syndrome justru bisa mengurangi konflik keluarga dan pekerjaan.

"Ketika anak terakhir meninggalkan rumah, orang tua memiliki kesempatan untuk terhubung kembali dengan hal lainnya, meningkatkan kualitas pernikahan, dan menekuni lagi hal-hal yang disukai dan selama ini tidak sempat dilakukan karena tidak ada waktu," tulis Mayo Clinic.

Gejala Empty Nest Syndrome

Bukan sekadar sedih, empty nest syndrome bisa membuat orang tua Anda depresi. Sangat sulit mengenali masalah ini secara kasat mata, karena bisa saja ia tetap tersenyum lebar sambil memendam pedih di hatinya. Sebelum terlambat, kenali beberapa gejala empty nest syndrome berikut ini:

• Orang tua merasa dirinya tidak bermanfaat lagi.

• Merasa kehidupannya akan segera berakhir.

• Kerap menangis berlebihan.

• Rasa sedih tak berkesudahan.

• Tidak tertarik bersosial.

• Tidak ceria atau lebih sering murung.

Berdamai dengan Empty Nest Syndrome

Ketika orang tua mengalami empty nest syndrome, Anda dan keluarga bisa melakukan beberapa hal ini untuk membantunya merasa lebih lega.

• Jangan membandingkan jadwal kehidupan Anda dengan jadwal orang tua Anda saat seusia Anda dulu. Lebih baik, fokus pada apa yang bisa Anda lakukan untuk mendukung masa transisi ini.

• Jaga komunikasi. Walau tidak bisa sering-sering bertemu, namun Anda tetap bisa rutin melakukan video call atau setidaknya telepon. Mengirimkan foto dan video Si Kecil juga efektif membantu orang tua Anda menerima masa transisi ini, lho.

• Beri dukungan. Cobalah bekerja sama dengan keluarga atau orang-orang terdekat orang tua Anda, dan minta mereka untuk rutin menemani orang tua Anda. Pastikan Anda selalu memberi dukungan, walau tidak lagi tinggal serumah. Jika orang tua terlihat depresi, pastikan ia menemui dokter atau psikolog untuk membantunya melewati fenomena empty nest syndrome.

• Bangun situasi positif. Pastikan orang tua Anda menggunakan waktu dan energi luangnya untuk meningkatkan kualitas hidup. Baik dalam kehidupan pribadi, sosial, maupun kehidupan percintaan dengan pasangan. Ingatkan orang tua Anda kalau jauh di mata pun tetap dekat di hati ya, Moms. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)